Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu menyadari perubahan aroma tubuhmu? Bau badan memang hal yang wajar, namun terkadang bisa menjadi sinyal adanya sesuatu yang tak beres dalam tubuh. Perubahan ini bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari pola makan hingga kondisi organ dalam.
Tubuh manusia memiliki aroma alami yang dipengaruhi oleh berbagai proses internal. Ketika bau tubuh berubah secara signifikan, itu bisa menjadi petunjuk bahwa ada masalah kesehatan yang tersembunyi, seperti gangguan metabolisme, infeksi, atau ketidakseimbangan hormon.
Melalui artikel ini, kita akan membahas tujuh jenis perubahan bau tubuh yang bisa mengungkap kondisi kesehatan tertentu. Mengenal tanda-tanda ini bisa membantumu lebih waspada terhadap apa yang terjadi di dalam tubuh.
Jangan anggap remeh sinyal dari tubuhmu, bisa jadi, aroma yang tercium bukan hanya soal keringat, tapi pesan penting soal kesehatanmu secara keseluruhan.
Berikut ini aroma tubuh yang bisa ungkap kondisi kesehatanmu, dilansir Liputan6.com dari Brightside, Jumat (23/5/2025).
Viral di media sosial, cara mengatasi bau ketiak dengan teknik marinasi. Simak selengkapnya di Fimela Update!
1. Bau Manis atau Buah
Bau manis seperti buah, terutama dari napas, bisa menjadi tanda diabetic ketoacidosis (DKA) — komplikasi serius dari diabetes. Ini terjadi saat tubuh kekurangan insulin dan membakar lemak sebagai energi, menghasilkan keton dan melepaskan aseton yang menyebabkan aroma buah.
Gejala lain yang menyertai termasuk kelelahan, rasa haus berlebihan, dan sering buang air kecil. Kondisi ini darurat medis dan memerlukan penanganan segera. Menjaga kadar gula darah tetap stabil adalah kunci pencegahan.
2. Bau Amis (Ikan)
Bau amis yang menetap bisa disebabkan oleh trimethylaminuria (TMAU), kelainan metabolisme langka yang membuat tubuh tidak mampu mengurai senyawa trimetilamin dari makanan seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan. Senyawa ini keluar lewat keringat, napas, dan urin, menimbulkan bau amis.
Meski tidak membahayakan fisik, kondisi ini bisa berdampak secara psikologis. Penanganannya mencakup diet rendah kolin, antibiotik, suplemen seperti arang aktif, dan konseling.
Pada wanita, bau amis juga bisa menandakan bacterial vaginosis (BV) — infeksi akibat ketidakseimbangan flora vagina. Bau bisa terasa amis atau apek. Menjaga kebersihan dan keseimbangan pH vagina penting untuk mencegah kondisi ini.
3. Bau Seperti Bawang Putih
Saat stres, tubuh mengaktifkan kelenjar keringat apokrin di ketiak, selangkangan, dan kulit kepala. Kelenjar ini mengeluarkan keringat kaya protein yang kemudian diurai oleh bakteri kulit menjadi senyawa sulfur yang mudah menguap (VSC). Hasilnya, bisa muncul bau mirip bawang putih atau bawang merah, tergantung mikrobioma kulit masing-masing orang.
4. Bau Napas Seperti Amonia atau Pemutih
Napas yang berbau amonia atau seperti cairan pemutih bisa menjadi tanda gagal ginjal. Ini terjadi saat ginjal tidak lagi mampu menyaring urea dari darah. Bau ini sering muncul setelah olahraga intens atau konsumsi makanan tinggi protein. Jika bau ini berlangsung lama, sebaiknya segera periksa fungsi ginjal melalui tes darah.
5. Bau Asam atau Seperti Cuka
Keringat yang berbau asam atau mirip cuka bisa disebabkan oleh perubahan hormon seperti pubertas, menstruasi, atau menopause. Selain itu, diabetes yang tidak terkontrol juga bisa menyebabkan tubuh membakar lemak sebagai energi, menghasilkan metabolit seperti aseton yang baunya mirip cuka. Kondisi seperti hyperhidrosis (keringat berlebih) dapat memperparah bau tersebut.
6. Bau Apek
Bau tubuh yang apek dapat mengindikasikan penyakit hati stadium lanjut, seperti sirosis. Dikenal sebagai fetor hepaticus, bau ini disebabkan oleh penumpukan zat dimetil sulfida dalam napas dan keringat. Karena hati tidak mampu memproses racun, zat ini keluar melalui kulit atau napas. Gejala lain bisa mencakup kulit menguning, kelelahan, dan pembengkakan perut.
7. Bau Manis seperti Sirup
Bau manis menyerupai sirup maple bisa menjadi tanda Maple Syrup Urine Disease (MSUD), kelainan metabolisme langka yang menghambat pemecahan asam amino tertentu. Kondisi ini menyebabkan penumpukan racun yang berbau khas. Biasanya terdeteksi sejak bayi, tapi kasus ringan bisa muncul di kemudian hari. Gejala lain termasuk lemas, sulit makan, hingga kejang. Penanganannya memerlukan diet ketat.