Liputan6.com, Jakarta Memelihara ular kini bukan lagi hal yang aneh bagi pecinta hewan eksotik. Dengan karakter jinak, warna tubuh yang unik, dan perawatan yang relatif mudah, beberapa jenis ular justru menjadi hewan peliharaan favorit. Bahkan, tren memelihara reptil seperti ular terus meningkat, terutama di kalangan anak muda yang tertarik dengan pengalaman memelihara hewan yang tidak biasa. Tentu saja, tidak semua ular cocok dipelihara hanya spesies tertentu yang aman dan legal untuk dirawat di lingkungan rumah.
Dalam artikel ini, kami merangkum tujuh jenis ular yang paling populer di kalangan penggemar reptil. Mulai dari ular yang jinak dan mudah dirawat hingga yang tampilannya eksotis dan memikat mata. Jika kamu sedang mencari hewan peliharaan yang unik dan tidak biasa, deretan ular berikut bisa jadi pilihan menarik untuk dipelihara, asal tetap memperhatikan aspek keamanan, legalitas, dan etika dalam merawatnya.
1. Ball Python (Python regius)
Ball Python adalah salah satu jenis ular paling populer di kalangan penghobi reptil pemula maupun profesional. Ular ini berasal dari Afrika dan dikenal sangat jinak, jarang menggigit, serta memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dibandingkan spesies python lainnya, panjang maksimalnya hanya sekitar 120–150 cm.
Corak warnanya yang beragam, terutama hasil morph (variasi warna hasil pembiakan), menjadikannya daya tarik utama. Selain itu, Ball Python termasuk ular yang suka menggulung dirinya saat merasa terancam, sehingga terlihat lucu dan tidak agresif.
Dari segi perawatan, Ball Python tergolong mudah dirawat. Mereka hanya perlu kandang yang sesuai dengan suhu dan kelembapan stabil, serta diberi makan tikus hidup atau beku seminggu sekali. Karena termasuk ular nokturnal, mereka tidak terlalu aktif di siang hari, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan.
Ular ini juga tidak membutuhkan interaksi sosial tinggi, cocok bagi pemilik yang ingin hewan peliharaan low maintenance. Legalitasnya di Indonesia juga tidak dipermasalahkan selama diperoleh dari peternak resmi.
2. Corn Snake (Pantherophis guttatus)
Corn Snake adalah ular jinak asal Amerika Utara yang juga sangat direkomendasikan untuk pemula. Warna tubuhnya sangat menarik, dengan variasi oranye, merah, dan hitam yang membentuk pola seperti biji jagung, yang menjadi asal nama "corn".
Ukurannya ideal untuk peliharaan rumahan, sekitar 1,2 hingga 1,8 meter, dengan tubuh ramping dan tidak menakutkan. Mereka sangat jarang menunjukkan agresi dan mudah ditangani, membuatnya populer di kalangan pemula dan anak-anak yang didampingi orang tua.
Corn Snake mudah dipelihara karena tidak membutuhkan kondisi lingkungan yang terlalu rumit. Mereka dapat bertahan di suhu ruangan 24–28°C, dan hanya perlu diberi makan seminggu sekali. Selain itu, Corn Snake adalah pelari yang handal, jadi pastikan kandang atau vivarium tertutup rapat untuk mencegah kabur.
Keunggulan lainnya, ular ini memiliki usia panjang (10–15 tahun), sehingga bisa menjadi peliharaan jangka panjang yang menyenangkan. Di Indonesia, Corn Snake termasuk spesies legal selama didapat dari penangkaran bersertifikat.
3. King Snake (Lampropeltis spp.)
King Snake terkenal dengan kemampuan uniknya memangsa ular lain, termasuk ular berbisa seperti rattlesnake. Meski terdengar buas, King Snake sebenarnya sangat jinak terhadap manusia dan mudah dijinakkan sejak kecil.
Ukurannya sedang, antara 90 hingga 120 cm, serta memiliki warna tubuh mencolok seperti belang hitam-putih atau hitam-merah-kuning yang menyerupai ular koral. Sifat aktif dan penasaran membuat ular ini tampak hidup dan menarik diamati, terutama saat menjelajah kandangnya.
Dalam perawatan, King Snake tidak jauh berbeda dengan Corn Snake. Mereka tidak terlalu sensitif terhadap suhu dan kelembapan, serta bisa diberi makan tikus kecil atau pinkies secara rutin setiap 5–7 hari. Namun, karena naluri kanibalnya tinggi, sebaiknya King Snake dipelihara secara individu dan tidak digabung dengan ular lain, bahkan sesama jenis. Dengan penanganan yang konsisten dan kandang yang aman, ular ini bisa hidup hingga 20 tahun. Di kalangan kolektor reptil Indonesia, King Snake cukup diminati karena coraknya yang artistik dan karakter yang unik.
4. Rosy Boa (Lichanura trivirgata)
Rosy Boa adalah salah satu ular terkecil dalam keluarga boa, dengan panjang dewasa hanya sekitar 60–90 cm. Warna tubuhnya kalem dan menawan, umumnya berwarna dasar krem atau abu-abu dengan garis-garis cokelat atau oranye.
Ular ini sangat lambat bergerak dan lebih suka menggali atau bersembunyi di substrat kandangnya, menjadikannya ideal untuk pemilik yang ingin peliharaan yang tenang dan tidak terlalu aktif. Karena gerakannya lambat, Rosy Boa juga sangat mudah ditangani dan tidak agresif sama sekali.
Rosy Boa membutuhkan lingkungan kering dengan suhu sekitar 25–30°C, cocok untuk iklim tropis seperti di Indonesia. Mereka dapat hidup di kandang kecil dengan substrat pasir atau serutan kayu yang dalam, untuk mendukung kebiasaannya menggali. Makanan utamanya adalah tikus kecil yang bisa diberikan setiap 7–10 hari. Perawatannya minim, tidak menimbulkan bau, dan sangat jarang sakit jika kondisi kandang dijaga dengan baik. Karena belum banyak dibudidayakan di dalam negeri, Rosy Boa termasuk ular yang agak langka di pasar lokal, tetapi sangat cocok sebagai peliharaan eksklusif.
5. Kenyan Sand Boa (Eryx colubrinus)
Kenyan Sand Boa merupakan ular kecil yang sangat populer karena bentuk tubuhnya yang gemuk dan pendek, dengan panjang dewasa hanya sekitar 40–60 cm. Ular ini memiliki warna dasar kuning atau oranye terang dengan bercak hitam kontras, menjadikannya sangat mencolok.
Sifatnya sangat pemalu dan lebih suka bersembunyi di bawah pasir atau substrat lunak, sehingga jarang terlihat aktif. Namun hal ini justru menarik bagi sebagian penghobi yang menyukai tantangan mengamati perilaku hewan tersembunyi.
Ular ini sangat mudah dipelihara dan cocok untuk kandang kecil. Suhu kandang sebaiknya dijaga antara 27–32°C dengan substrat lembut seperti pasir kalsium atau tanah khusus reptil. Mereka makan dengan baik dan hanya butuh diberi pakan seminggu sekali. Kenyan Sand Boa termasuk spesies yang tahan terhadap stres dan tidak mudah sakit. Karena ukurannya yang kecil dan wajahnya yang menggemaskan, banyak pecinta reptil menjadikan ular ini sebagai peliharaan pertamanya. Di Indonesia, ular ini legal jika berasal dari penangkaran, dan cukup mudah ditemukan di komunitas reptil.
6. Milk Snake (Lampropeltis triangulum)
Milk Snake adalah kerabat dekat King Snake yang juga sangat populer karena penampilannya yang menyerupai ular berbisa Coral Snake. Dengan corak belang merah, hitam, dan putih atau kuning, ular ini terlihat menawan dan eksotis. Meski tampilannya menyeramkan, Milk Snake sebenarnya sangat jinak dan cocok untuk pemula.
Ukuran tubuhnya sedang, antara 90 hingga 120 cm, dan sangat aktif serta lincah. Keunikan warnanya membuatnya banyak dijadikan objek foto dan edukasi tentang ular non-berbisa.
Perawatannya sederhana dan tidak menuntut banyak perhatian. Mereka tidak memerlukan kelembapan tinggi dan bisa dipelihara di suhu ruangan tropis yang stabil. Pakan utamanya adalah tikus kecil yang diberikan seminggu sekali. Sama seperti King Snake, Milk Snake juga memiliki kecenderungan kanibalisme, sehingga sebaiknya tidak disatukan dengan ular lain.
Dengan kandang yang aman dan perawatan yang konsisten, Milk Snake bisa hidup hingga 15 tahun. Ular ini mulai banyak dibudidayakan oleh peternak lokal dan sudah tersedia dalam beberapa morph warna yang lebih beragam.
7. Garter Snake (Thamnophis spp.)
Garter Snake adalah salah satu jenis ular non-konvensional yang juga cocok untuk peliharaan karena sifatnya aktif, lincah, dan cukup interaktif. Ukurannya kecil hingga sedang, umumnya hanya 50–80 cm, dan mereka memiliki pola garis memanjang di tubuh dengan warna-warna kontras seperti hitam, hijau, dan kuning.
Ular ini sangat jarang menggigit dan cenderung ramah, bahkan bisa menunjukkan respons terhadap interaksi manusia setelah terbiasa. Garter Snake juga dikenal sebagai ular semi-akuatik, sehingga menarik bagi mereka yang ingin sesuatu yang berbeda.
Kelebihan utama Garter Snake adalah fleksibilitas makanannya. Tidak seperti kebanyakan ular yang hanya makan mamalia kecil, Garter Snake bisa diberi makan ikan kecil, cacing tanah, atau bahkan pelet reptil khusus. Namun, pastikan sumber makanannya bebas parasit.
Mereka menyukai kandang dengan variasi tanah, air, dan tanaman palsu sebagai tempat berlindung. Karena habitat asalnya lebih lembap, pastikan tingkat kelembapan kandang tetap terjaga. Meskipun belum sepopuler Ball Python, Garter Snake semakin dikenal di Indonesia karena keunikannya dan perawatan yang lebih fleksibel.
People Also Ask
1. Apakah memelihara ular itu berbahaya?
Tidak, selama memilih jenis ular jinak dan legal serta memahami cara penanganannya, memelihara ular bisa aman. Kunci utamanya adalah edukasi dan kandang yang sesuai standar.
2. Apa ular peliharaan harus selalu diberi makan tikus?
Mayoritas ular peliharaan memang diberi makan tikus karena sesuai kebutuhan nutrisinya. Namun beberapa jenis seperti Garter Snake bisa makan ikan atau cacing.
3. Apakah memelihara ular legal di Indonesia?
Legal, asalkan jenis ular tersebut bukan satwa dilindungi dan berasal dari penangkaran resmi. Selalu pastikan ada surat keterangan sah dari penjual atau breeder.
4. Apakah ular peliharaan bisa mengenali pemiliknya?
Ular tidak memiliki kemampuan emosional seperti anjing atau kucing, tapi mereka bisa terbiasa dengan aroma dan kebiasaan pemiliknya. Ini membuat mereka lebih tenang saat ditangani.
5. Berapa lama umur rata-rata ular peliharaan?
Tergantung spesiesnya, umur ular peliharaan bisa berkisar antara 10 hingga 25 tahun. Dengan perawatan yang baik, mereka bisa hidup lebih lama dari banyak hewan peliharaan lain.