9 Jenis Binatang yang Sering Terbawa saat Banjir, Apa Bahayanya?

1 month ago 28

Liputan6.com, Jakarta Banjir tidak hanya membawa kerusakan fisik pada lingkungan, tetapi juga memindahkan banyak jenis hewan dari habitat aslinya ke tempat yang tidak biasa, termasuk rumah dan pemukiman manusia. Hal tersebut terjadi karena banjir membuat hunian asli hewan tersebut tergenang air dan tidak lagi layak huni, sehingga mereka mencari tempat yang lebih aman dan kering.

Fenomena perpindahan hewan akibat banjir ini sering menimbulkan risiko bagi manusia, sebab sebagian dari hewan yang terbawa banjir dapat berbahaya atau menjadi sumber penyakit. Mengenali jenis binatang yang sering terbawa banjir sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan tindakan pencegahan saat menghadapi bencana banjir.

Ular

Ular adalah salah satu hewan yang paling umum ditemukan saat banjir, sering terbawa arus yang deras dan akhirnya masuk ke pemukiman warga. Jenis ular yang sering muncul bervariasi, mulai dari ular sanca, kobra, hingga ular sawah, yang semuanya mencari tempat yang lebih tinggi untuk melindungi diri dari air.

Kehadiran ular-ular ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran, terutama karena beberapa jenisnya berbisa dan dapat membahayakan manusia secara serius. Gigitan ular berbisa memerlukan penanganan medis segera karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang parah atau bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

Masyarakat diimbau untuk tidak mendekati atau mencoba menangkap ular yang ditemukan, melainkan segera menghubungi pihak berwenang atau tim penyelamat hewan untuk penanganan yang aman dan profesional.

Buaya

Buaya yang hidup di sekitar sungai dan rawa seringkali ikut terbawa arus saat banjir terjadi. Mereka mencari tempat aman dan tidak terendam, sehingga terkadang masuk ke wilayah permukiman yang berdekatan. Ini menjadi masalah serius karena buaya memiliki sifat agresif dan berukuran besar yang berpotensi mencelakai manusia.

Saat banjir, laporan mengenai pertemuan antara manusia dan buaya di lingkungan hunian meningkat, sehingga warga harus ekstra hati-hati. Buaya yang kehilangan tempat persembunyian alami cenderung menunjukkan perilaku lebih agresif.

Penduduk yang tinggal dekat habitat buaya disarankan untuk menghindari aktivitas di area perairan saat banjir dan segera melapor kepada petugas jika menemukan buaya di sekitar permukiman.

Biawak

Biawak juga menjadi salah satu reptil yang sering terbawa banjir, terutama di daerah rawa atau sungai. Saat habitat mereka tergenang, biawak mencari tempat tinggi dan aman, sehingga tidak jarang ditemukan di lingkungan rumah warga. Meskipun biawak tidak beracun, kehadirannya sering menimbulkan rasa ketakutan.

Biawak dapat membawa bakteri atau parasit yang berbahaya jika terjadi kontak langsung, sehingga penting untuk menghindari interaksi dengan hewan ini. Mereka juga suka bersembunyi di tumpukan sampah atau bahan organik basah, yang membuat rumah warga rentan menjadi tempat persembunyian.

Menjaga kebersihan sekitar rumah dan mengurangi tumpukan sampah organik dapat membantu mengurangi peluang biawak bersarang di pemukiman pasca banjir.

Tikus

Tikus adalah hewan pengerat yang sangat adaptif dan sering kali mencari tempat yang lebih tinggi dan kering selama banjir untuk berlindung dan mencari makan. Kehadiran tikus di pemukiman saat banjir menjadi masalah serius karena mereka dapat membawa berbagai penyakit berbahaya.

Salah satu penyakit yang paling dikhawatirkan adalah leptospirosis, yang dapat menyebar melalui urine tikus yang terkontaminasi air banjir. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala parah pada manusia, termasuk demam tinggi, nyeri otot, dan bahkan gagal ginjal jika tidak diobati.

Masyarakat perlu menjaga kebersihan lingkungan setelah banjir, membersihkan area yang terkontaminasi, dan memastikan makanan serta air minum terlindungi dari kontaminasi tikus untuk mencegah penyebaran penyakit.

Katak

Katak termasuk hewan yang sangat aktif muncul saat musim hujan atau banjir, karena air yang melimpah adalah kondisi ideal untuk reproduksi mereka. Banyak katak yang terbawa aliran air dan akhirnya menghuni daerah sekitar pemukiman, terutama di daerah dekat sungai dan rawa.

Walaupun sebagian besar katak tidak berbahaya, ada juga spesies katak berbisa yang jika bersentuhan dengan manusia dapat menyebabkan iritasi atau gangguan kesehatan. Kehadiran katak juga sering meningkatkan populasi serangga yang menjadi makanannya.

Masyarakat diimbau untuk mengenali jenis katak beracun dan menjaga agar lingkungan tetap bersih agar tidak memicu ledakan populasi katak secara berlebihan usai banjir.

Serangga (Nyamuk dan Lalat)

Banjir dapat menyebabkan peningkatan drastis populasi nyamuk dan lalat karena genangan air menjadi tempat perkembangbiakan yang ideal. Nyamuk, khususnya, menjadi vektor utama penyakit seperti demam berdarah, malaria, dan chikungunya, yang dapat menyebar dengan cepat pasca-banjir.

Lalat juga dapat menyebarkan berbagai penyakit gastrointestinal karena mereka sering hinggap di tempat kotor dan kemudian mendarat di makanan. Peningkatan jumlah serangga ini secara signifikan meningkatkan risiko penularan penyakit di masyarakat.

Masyarakat dianjurkan untuk membersihkan genangan air, menggunakan kelambu atau obat anti-nyamuk, dan menjaga kebersihan lingkungan untuk meminimalkan risiko penularan penyakit yang dibawa oleh serangga.

Ikan Berbahaya (Ikan Pari dan Ikan Lele)

Meskipun jarang, beberapa jenis ikan berbahaya seperti ikan pari dan ikan lele dapat terbawa arus banjir dan terjebak di area pemukiman. Ikan pari dapat menyerang jika merasa terancam, terutama jika terinjak, dengan sengatan ekornya yang berbisa.

Sementara itu, ikan lele, meskipun umumnya aman dikonsumsi, dapat membawa bakteri tertentu yang menyebabkan keracunan makanan jika tidak dimasak dengan benar atau jika terjadi kontaminasi silang. Kontak langsung dengan duri lele juga bisa menyebabkan luka dan infeksi.

Masyarakat perlu berhati-hati saat membersihkan sisa banjir, terutama di area yang mungkin masih tergenang, dan memastikan semua ikan yang ditemukan dimasak dengan sempurna sebelum dikonsumsi.

Kalajengking dan Lipan

Ketika banjir mengguyur, kalajengking dan lipan yang tinggal di bawah tanah dan area tersembunyi terpaksa keluar mencari tempat yang aman. Mereka kadang ditemukan di pemukiman warga karena habitat asal mereka tergenang air.

Gigitan kalajengking bisa menimbulkan rasa sakit hebat dan reaksi alergi, sementara lipan walaupun tidak terlalu beracun namun tetap menimbulkan rasa takut dan ketidaknyamanan. Risiko kontak dengan hewan ini meningkat pasca banjir.

Warga dianjurkan untuk selalu melakukan pemeriksaan di sekitar rumah dan menggunakan pelindung seperti sepatu saat berjalan di area rawan kalajengking dan lipan usai banjir.

Lintah

Lintah juga tergolong hewan yang kerap terbawa arus banjir dan muncul di pemukiman, terutama di daerah dengan genangan lumpur dan kelembapan tinggi. Fenomena kemunculan lintah di lokasi banjir biasanya mengejutkan warga karena selama ini lintah sulit terlihat kecuali kondisi lingkungan sangat basah dan tergenang.

Sebagai hewan penghisap darah, lintah dapat menempel pada kulit manusia atau hewan peliharaan sehingga menimbulkan luka dan risiko infeksi. Beberapa lintah juga mampu membawa bakteri yang berbahaya jika terjadi kontak langsung.

Untuk mencegah lintah masuk ke rumah atau melukai penghuni, penting untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar, menghilangkan tempat lembap seperti tumpukan daun basah atau genangan air kecil, serta menggunakan pengusir alami seperti bawang putih atau garam di area yang sering tergenang air.

People Also Ask

Q: Kenapa ular sering muncul ketika banjir?

A: Karena ular mencari tempat yang lebih tinggi dan aman akibat habitatnya terendam air.

Q: Apakah tikus berbahaya selama banjir?

A: Ya, tikus dapat membawa penyakit serius seperti leptospirosis.

Q: Apa risiko yang ditimbulkan buaya saat banjir?

A: Buaya bisa menyerang manusia dan menyebabkan cedera parah atau kematian.

Q: Bagaimana cara mencegah gigitan kalajengking pasca banjir?

A: Rutin memeriksa lingkungan dan memakai alas kaki saat beraktivitas di area rawan.

Q: Mengapa nyamuk banyak berkembang biak setelah banjir?

A: Karena genangan air yang tersisa menjadi tempat ideal bagi nyamuk bertelur.

Q: Apakah semua katak berbahaya saat banjir?

A: Tidak semuanya, namun beberapa jenis katak memiliki racun yang bisa mengganggu kesehatan.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|