Liputan6.com, Jakarta Jengkol, merupakan makanan khas nusantara yang menjadi favorit bagi banyak orang. Meskipun memiliki aroma yang khas dan kuat, makanan ini telah menjadi bagian dari budaya kuliner yang kaya, sekaligus bermanfaat bagi kesehatan.
Salah satu klaim populer mengenai jengkol adalah kemampuannya untuk menurunkan kadar kolesterol. Banyak orang meyakini bahwa konsumsi jengkol secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, benarkah demikian?
Meski begitu, jengkol tetap memiliki sejumlah manfaat kesehatan lainnya. Dengan kandungan antioksidan, vitamin, dan mineral, jengkol dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Berikut adalah penjelasan tentang jengkol yang jadi favorit para pencinta kuliner, dirangkum Liputan6, Rabu (22/1).
Perlu Dikonsumsi Terbatas
Mengutip hellosehat, jengkol merupakan makanan yang kaya akan nutrisi penting seperti vitamin C, zat besi, kalsium, dan fosfor. Nutrisi ini berperan dalam mendukung kesehatan tubuh, seperti memperkuat sistem imun, menjaga kesehatan tulang, dan mencegah anemia. Selain itu, kandungan serat dalam jengkol dapat membantu memperlancar pencernaan.
Kandungan antioksidan dalam jengkol juga berpotensi melindungi tubuh dari radikal bebas, yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada penuaan dini serta penyakit kronis. Meski demikian, konsumsi jengkol harus tetap dalam batas wajar untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
"Jengkol mengandung senyawa bernama asam jengkolat yang dapat menyebabkan masalah pencernaan. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi jengkol dalam jumlah yang terbatas dan tidak berlebihan," tulis hellosehat.
Benarkah Jengkol Menurunkan Kolesterol?
Klaim bahwa jengkol dapat menurunkan kadar kolesterol belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa jengkol mengandung senyawa yang membantu memperlebar pembuluh darah, sehingga dapat membantu mengurangi tekanan darah. Namun, efek ini tidak secara langsung berkaitan dengan penurunan kolesterol.
Penting untuk dicatat bahwa pola makan sehat dan gaya hidup aktif tetap menjadi kunci utama dalam mengelola kadar kolesterol. Jika Anda memiliki kolesterol tinggi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran diet yang sesuai.
"Untuk manfaat jengkol dalam menurunkan kadar kolesterol, hingga saat ini, masih belum ada data / penelitian yang jelas mengenai hal ini sehingga tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi sebagai salah satu makanan untuk menurunkan kadar kolesterol tubuh," tulis Alodokter.
Risiko Konsumsi Jengkol Berlebihan
Meskipun memiliki banyak manfaat, jengkol juga mengandung asam jengkolat, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Asam jengkolat dapat memicu terbentuknya kristal dalam ginjal, yang berisiko menyebabkan kejengkolan atau nyeri saat buang air kecil.
Selain itu, konsumsi jengkol yang berlebihan dapat menyebabkan bau mulut dan urine yang menyengat. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi jengkol sesuai dengan anjuran, yaitu tidak lebih dari 75-90 mg per hari, tergantung pada kondisi kesehatan masing-masing individu.
Cara Aman Mengonsumsi Jengkol
Untuk mengurangi risiko efek samping, jengkol sebaiknya diolah dengan cara yang benar. Merebus jengkol dengan air garam atau daun jambu biji dapat membantu mengurangi kandungan asam jengkolat. Proses ini juga dapat mengurangi aroma kuat jengkol, sehingga lebih mudah diterima oleh banyak orang.
Selain itu, konsumsi jengkol sebaiknya diimbangi dengan makanan lain yang kaya serat dan protein. Dengan demikian, Anda tetap dapat menikmati manfaat jengkol tanpa mengorbankan kesehatan tubuh.
Jengkol untuk Penderita Kolesterol Tinggi
Penderita kolesterol tinggi sebenarnya masih bisa mengonsumsi jengkol, asalkan dalam jumlah yang wajar. Jengkol mengandung antioksidan dan protein nabati yang baik untuk tubuh, tetapi konsumsi yang berlebihan tetap harus dihindari untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan lainnya.
Sebaiknya, penderita kolesterol tinggi berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum menambahkan jengkol ke dalam menu makanan harian mereka. Dengan pengawasan yang tepat, jengkol dapat menjadi bagian dari diet yang seimbang.
Kombinasi Jengkol dengan Makanan Lain
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, jengkol dapat dikombinasikan dengan makanan lain yang sehat, seperti sayuran hijau, ikan, atau kacang-kacangan. Kombinasi ini dapat membantu menyeimbangkan asupan nutrisi dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Hindari mengonsumsi jengkol bersama makanan yang tinggi lemak jenuh atau gula, karena dapat meningkatkan risiko kesehatan. Sebagai alternatif, cobalah memasak jengkol dengan cara ditumis bersama rempah-rempah untuk meningkatkan cita rasa tanpa menambahkan kalori berlebih.
Mitos dan Fakta tentang Jengkol
Ada banyak mitos yang beredar tentang jengkol, termasuk kemampuannya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Faktanya, meskipun jengkol memiliki banyak manfaat, konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping.
Salah satu mitos yang perlu diluruskan adalah bahwa jengkol dapat menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Hingga kini, belum ada penelitian yang membuktikan klaim tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengandalkan informasi yang berbasis ilmiah dalam menentukan manfaat makanan.
1. Apakah jengkol aman untuk penderita kolesterol tinggi?
Jengkol aman dikonsumsi oleh penderita kolesterol tinggi, asalkan dalam jumlah yang wajar dan tidak berlebihan.
2. Bagaimana cara mengolah jengkol agar lebih sehat?
Merebus jengkol dengan air garam atau daun jambu biji dapat membantu mengurangi asam jengkolat dan aroma kuatnya.
3. Apakah jengkol benar-benar bisa menurunkan kolesterol?
Belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung klaim bahwa jengkol dapat menurunkan kadar kolesterol secara signifikan.
4. Apa saja manfaat jengkol selain untuk kolesterol?
Jengkol kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan yang dapat membantu meningkatkan sistem imun, menjaga kesehatan tulang, dan mencegah anemia.
5. Berapa jumlah konsumsi jengkol yang disarankan per hari?
Disarankan untuk mengonsumsi jengkol tidak lebih dari 75 mg per hari untuk wanita dan 90 mg per hari untuk pria.