Berat Badan Naik Setelah Menikah? Ini Alasannya dan Cara Mengatasinya

1 month ago 22

Liputan6.com, Jakarta Banyak pasangan yang menyadari bahwa berat badan mereka cenderung naik setelah menikah. Fenomena ini cukup umum dan bukan sekadar mitos. Setelah menjalani kehidupan rumah tangga, pola makan, aktivitas harian, hingga prioritas waktu cenderung berubah—dan tanpa disadari, semua faktor ini bisa memicu penambahan berat badan secara bertahap. Ditambah lagi dengan rasa nyaman bersama pasangan, banyak orang jadi lebih santai terhadap pola hidup dan cenderung mengabaikan kebiasaan sehat yang dulu rutin dijalani.

Namun, naiknya berat badan setelah menikah bukan berarti tidak bisa dicegah atau dikendalikan. Memahami alasan-alasan di balik perubahan tersebut adalah langkah pertama untuk menemukan solusi yang tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab umum mengapa berat badan cenderung meningkat setelah menikah, serta tips praktis untuk mengatasinya tanpa harus mengorbankan keharmonisan dan kenyamanan hidup bersama pasangan.

1. Pola Makan Bersama yang Tidak Terkontrol

Setelah menikah, makan bersama pasangan menjadi aktivitas rutin yang mempererat hubungan. Namun, kebiasaan ini sering kali diiringi dengan peningkatan frekuensi makan di luar, konsumsi camilan, atau porsi makan yang lebih besar. Kebiasaan ini, jika dilakukan tanpa kontrol, dapat menyebabkan asupan kalori harian melebihi kebutuhan tubuh.

Sebuah studi dari The New England Journal of Medicine (2007) berjudul Eating habits and beliefs of Greek adults: Results from the National Nutrition and Health Survey oleh M. Yannakoulia menyebutkan bahwa pasangan yang baru menikah memiliki kecenderungan untuk saling menyesuaikan pola makan, yang bisa menyebabkan peningkatan berat badan dalam 6–12 bulan pertama. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi pasangan untuk menyusun menu makan sehat bersama, membiasakan makan di rumah, dan mengatur porsi makanan agar tetap seimbang.

Menikah seringkali mengubah prioritas seseorang, termasuk waktu untuk berolahraga. Kesibukan mengurus rumah tangga, bekerja, atau bahkan sekadar menikmati waktu bersama bisa membuat seseorang kurang aktif secara fisik. Jika asupan kalori tetap tinggi tanpa diimbangi dengan aktivitas yang memadai, berat badan pun akan naik.

Penelitian berjudul Weight gain in adulthood and incident type 2 diabetes: the Nurses’ Health Study yang diterbitkan di Obesity (2012) menunjukkan bahwa pasangan menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berolahraga dibandingkan dengan individu lajang. Untuk mengatasinya, pasangan disarankan menjadwalkan aktivitas fisik ringan bersama, seperti berjalan kaki di pagi hari, senam di rumah, atau bersepeda santai di akhir pekan.

3. Terlalu Nyaman dengan Pasangan

Perasaan aman dan nyaman dalam pernikahan dapat menurunkan motivasi seseorang untuk menjaga bentuk tubuh seperti saat masih single. Tidak adanya tekanan untuk "menarik pasangan" membuat beberapa orang jadi lebih permisif terhadap kebiasaan makan berlebih atau tidak lagi rutin berolahraga.

Sebuah riset oleh CN Markey berjudul Romantic relationships and eating regulation: A dyadic perspective yang diterbitkan dalam Health Psychology (2013) menyebutkan bahwa kualitas hubungan yang tinggi ternyata berkorelasi dengan peningkatan berat badan karena rasa nyaman yang mendalam. Untuk menyiasatinya, penting memiliki tujuan kesehatan bersama, seperti menjalani pola makan sehat dan saling mengingatkan untuk tetap aktif.

4. Kecenderungan Mengikuti Pola Makan Pasangan

Tanpa disadari, pasangan yang baru menikah sering meniru kebiasaan makan satu sama lain. Jika salah satu gemar ngemil atau makan makanan tinggi lemak, besar kemungkinan pasangannya akan ikut, baik karena solidaritas emosional maupun kebiasaan baru bersama.

Dalam Jurnal Appetite (2011), J. Brug menulis di penelitiannya yang berjudul Social influence on food intake and food choices: A review bahwa pasangan cenderung memiliki pola konsumsi yang saling memengaruhi dalam waktu singkat setelah menikah. Untuk mengatasi hal ini, pasangan harus menyadari perbedaan kebutuhan tubuh masing-masing, dan mulai membuat komitmen untuk saling mendukung dalam menjaga pola makan sehat.

5. Kurang Tidur dan Ritme Harian yang Berubah

Setelah menikah, banyak pasangan mengalami penyesuaian ritme hidup—termasuk waktu tidur yang tidak teratur, bangun lebih awal, atau begadang bersama. Kurang tidur telah terbukti berkontribusi terhadap peningkatan hormon ghrelin (pemicu lapar) dan penurunan leptin (pengontrol kenyang), sehingga meningkatkan nafsu makan.

Menurut riset dari American Journal of Clinical Nutrition (2010) oleh M. P. St-Onge yang berjudul Short sleep duration increases energy intakes but does not change energy expenditure in normal-weight individuals, individu yang tidur kurang dari 6 jam per malam cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori dan memiliki risiko obesitas lebih tinggi. Mengatur jadwal tidur bersama dan menciptakan rutinitas malam yang tenang dapat membantu menjaga keseimbangan hormon dan berat badan.

6. Emosi dan Stres dalam Penyesuaian Rumah Tangga

Tahun-tahun awal pernikahan juga sering kali diwarnai stres karena adaptasi hidup baru, finansial, atau konflik kecil yang wajar terjadi. Beberapa orang merespons stres dengan makan berlebihan atau mencari pelarian pada makanan manis dan berlemak.

Penelitian bertajuk Perceived effects of stress on food choice oleh G. Oliver dan J. Wardle yang dimuat dalam Eating Behaviors (2014) menunjukkan bahwa stres dan kondisi emosional memiliki pengaruh besar terhadap pola makan dan peningkatan berat badan. Sebagai solusinya, penting bagi pasangan untuk terbuka dalam komunikasi, mencari aktivitas relaksasi bersama, dan tidak menjadikan makanan sebagai pelarian dari masalah.

7. Kurangnya Target Kesehatan dan Aktivitas Bersama

Setelah menikah, banyak pasangan terlalu fokus pada rutinitas rumah tangga hingga lupa menetapkan target atau gaya hidup sehat bersama. Tanpa adanya motivasi atau tujuan bersama—seperti menjaga berat badan, ikut olahraga rutin, atau menjalani diet seimbang—pasangan cenderung membiarkan pola hidup berjalan begitu saja. Akibatnya, kenaikan berat badan terjadi perlahan tapi konsisten karena tidak adanya kesadaran bersama untuk menjaga kesehatan.

Studi dalam Journal of Behavioral Medicine (2015) oleh A. A. Gorin berjudul Weight loss treatment influences untreated spouses and the home environment: Evidence of a ripple effect menunjukkan bahwa pasangan yang memiliki komitmen bersama dalam hal gaya hidup sehat lebih berhasil menjaga berat badan dan menghindari risiko obesitas jangka panjang. Mulailah dari hal kecil seperti menetapkan langkah harian minimal, mengganti camilan dengan buah, atau ikut kelas kebugaran berdua. Dengan saling dukung dan berbagi tanggung jawab, hidup sehat jadi lebih ringan dan menyenangkan.

8. Kehamilan dan Perubahan Fisik Pasangan

Dalam pernikahan, terutama saat memasuki fase kehamilan atau masa menyusui, perubahan berat badan memang wajar terjadi, terutama pada wanita. Namun, studi juga menunjukkan bahwa pria bisa mengalami "sympathetic weight gain" atau kenaikan berat badan sebagai bentuk dukungan emosional terhadap pasangan yang hamil.

Sebuah studi dari American Journal of Men’s Health (2011) dengan judul Marital status, relationship quality, and weight gain in adult men oleh J. Sobal menyatakan bahwa pria dalam hubungan jangka panjang mengalami peningkatan berat badan seiring berjalannya waktu, terutama jika pasangannya juga mengalami perubahan fisik. Memahami bahwa ini adalah hal alami, penting untuk tetap menjaga aktivitas fisik dan pola makan sehat selama fase-fase ini.

Pertanyaan Umum Seputar Topik

1. Kenapa banyak orang mengalami kenaikan berat badan setelah menikah?

Karena pola makan dan gaya hidup cenderung berubah jadi lebih santai dan tidak terkontrol. Kebiasaan makan bersama pasangan juga sering membuat porsi dan frekuensi makan meningkat.

2. Apakah normal berat badan naik setelah menikah?

Ya, ini cukup umum terjadi dan bisa disebabkan oleh kenyamanan emosional, perubahan rutinitas, atau kurangnya aktivitas fisik. Namun tetap perlu dikontrol agar tidak berlebihan.

3. Bagaimana cara mengatasi berat badan yang naik setelah menikah?

Mulai dari pola makan sehat, olahraga ringan bersama pasangan, hingga membatasi kebiasaan jajan dan makan malam larut. Konsistensi dan dukungan pasangan sangat membantu.

4. Apakah semua orang pasti gemuk setelah menikah?

Tidak selalu. Kenaikan berat badan bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, manajemen stres, dan kesadaran diri sejak awal pernikahan.

5. Apakah olahraga bersama pasangan efektif menurunkan berat badan?

Sangat efektif, karena bisa meningkatkan motivasi dan konsistensi. Selain itu, olahraga bareng juga bisa mempererat hubungan emosional.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|