Liputan6.com, Jakarta Bahasa tubuh seringkali berbicara lebih jujur daripada ucapanmu. Saat berbicara dengan orang lain, gerakan kecil seperti menggaruk kepala bisa memiliki makna tersembunyi. Psikologi menyebut bahasa tubuh sebagai cerminan pikiran dan emosi terdalam.
Kamu mungkin pernah memperhatikan seseorang tiba-tiba menggaruk bagian belakang kepala atau leher saat sedang ngobrol. Sekilas tampak sepele, namun bisa jadi isyarat dari rasa gugup, tidak yakin, bahkan stres. Gerakan ini masuk dalam kategori komunikasi nonverbal yang penting untuk dipahami.
Dalam ilmu psikologi, menggaruk kepala dianggap sebagai salah satu bentuk pelepasan ketegangan. Tubuh secara tidak sadar mencari kenyamanan lewat sentuhan ringan di area kepala atau leher. Namun, konteks dan konsistensi perilaku sangat menentukan makna sebenarnya.
Memahami isyarat ini dapat membantumu membaca situasi sosial dengan lebih akurat. Inilah pentingnya membaca bahasa tubuh secara menyeluruh, bukan hanya melihat satu gerakan. Berikut Liputan6.com mengulasnya dirangkum dari Scienceofpeople dan Okdiario, Minggu (11/5/2025).
Bahasa tubuh yang salah dapat membuat orang tersinggung karena dinilai tidak sopan atau meremehkan.
1. Bingung atau Malu? Gerakan Ini Jadi Isyaratnya
Mengusap kepala dengan satu tangan sering terjadi saat seseorang merasa malu atau bingung. Psikologi mengaitkan gerakan ini dengan usaha tubuh untuk menenangkan diri. Biasanya muncul tanpa disadari saat orang merasa tidak nyaman atau tidak yakin.
Gerakan ini mirip seperti menyisir rambut secara halus atau menyentuh kepala saat mencari jawaban. Kamu mungkin melihatnya saat seseorang ditanya pertanyaan sulit atau mendapat sorotan langsung. Ini adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk menenangkan kecanggungan.
Jika kamu menyadari sering melakukannya, cobalah tarik napas dan beri jeda sebelum merespons. Gantilah dengan gerakan yang lebih percaya diri seperti mengangguk ringan atau tersenyum kecil. Bahasa tubuh yang stabil akan membuatmu terlihat lebih tenang dan meyakinkan.
2. Simbol Keraguan dan Ketidakpastian dalam Percakapan
Menggaruk kepala saat berdiskusi bisa jadi tanda pikiran yang saling bertentangan. Tubuh menggunakan gerakan ini sebagai cara instingtif untuk "berpikir sambil bertahan". Biasanya terjadi saat seseorang sedang mengevaluasi pilihan atau belum yakin dengan jawabannya.
Psikolog melihat ini sebagai tanda bahwa otak sedang memproses konflik batin. Gerakan tersebut bisa muncul saat kamu ragu menyetujui suatu hal atau mencoba terlihat yakin padahal masih bimbang. Tidak jarang, ini juga menjadi tanda kamu butuh waktu lebih untuk berpikir.
Jika kamu merasakan dorongan untuk menggaruk kepala, coba beri jeda dan nyatakan bahwa kamu butuh waktu untuk memikirkan jawabannya. Mengungkapkan keraguan dengan jujur lebih baik daripada menyamarkannya lewat bahasa tubuh. Ini bisa meningkatkan kepercayaan lawan bicaramu.
3. Potensi Tanda Ketidakjujuran yang Sering Terabaikan
Menggosok leher atau kepala bisa jadi tanda stres karena menyembunyikan sesuatu. Psikologi menyebut ini sebagai reaksi tubuh terhadap tekanan internal. Terutama jika disertai dengan gerakan gelisah, menghindari kontak mata, atau nada bicara yang berubah.
Gerakan ini bukan bukti pasti bahwa seseorang berbohong, namun bisa menjadi sinyal untuk kamu waspadai. Jika seseorang terus menggaruk kepala saat menjawab dengan samar, bisa jadi ia sedang menyembunyikan hal penting. Konsistensi bahasa tubuh jadi kunci utama dalam membaca situasi.
Kamu bisa merespons dengan pertanyaan terbuka atau memperhatikan lebih lanjut perilakunya. Tidak perlu langsung menuduh, cukup awasi apakah ada pola yang berulang. Semakin kamu peka, semakin mudah mengenali kebohongan secara halus.
4. Frustrasi dan Tekanan Terselubung dari Kepala yang Gatal
Menggaruk kepala dengan cepat bisa menandakan frustrasi atau stres berat. Reaksi ini sering muncul saat seseorang kesulitan menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan sulit. Siswa, misalnya, sering terlihat melakukannya saat ujian berlangsung.
Gerakan ini berbeda dengan garukan ringan yang menenangkan. Semakin cepat dan agresif gerakannya, semakin tinggi kemungkinan adanya tekanan emosional. Ini bisa menjadi sinyal bahwa orang tersebut merasa kewalahan atau terjebak dalam kebingungan.
Kalau kamu melihat orang lain melakukannya, tawarkan bantuan atau jeda untuk meredakan situasi. Gunakan bahasa tubuh yang terbuka seperti senyum atau gerakan tubuh yang menunjukkan empati. Hal ini bisa membuat lawan bicaramu merasa lebih diterima dan tenang.
5. Mekanisme Menenangkan Diri yang Tak Disadari
Menggaruk leher atau kepala bisa membantu tubuh menurunkan tingkat stres secara alami. Psikologi menyebut ini sebagai bentuk self-soothing, atau menenangkan diri secara refleks. Saraf vagus yang dirangsang lewat sentuhan dapat membantu tubuh melepaskan zat penenang.
Kamu mungkin tidak sadar sedang melakukan ini saat rapat tegang atau percakapan emosional. Tubuh mencoba mengatasi kecemasan dengan gerakan halus yang membuatmu merasa sedikit lebih nyaman. Ini adalah respons alami yang sangat umum di situasi sosial yang sulit.
Untuk mengubah kebiasaan ini, kamu bisa mengganti dengan gerakan yang lebih netral. Menyilangkan tangan secara santai atau menyentuh dagu dengan ringan bisa memberikan efek tenang yang serupa. Ini akan membantu menjaga kesan percaya diri tanpa kehilangan kenyamanan.