Contoh Ceramah Singkat Tentang Bersyukur, Penuh Makna dan Mudah Dipahami

1 month ago 19

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, rasa syukur merupakan kunci utama untuk memperoleh ketenangan batin dan kebahagiaan sejati. Banyak orang yang terlalu fokus pada apa yang belum dimiliki, hingga lupa menghargai anugerah yang telah ada di depan mata. Melalui ceramah singkat tentang bersyukur, para pendengar diajak untuk menyadari betapa besarnya nikmat Allah yang telah tercurah dalam setiap aspek kehidupan, dari hal kecil seperti bisa bernafas, hingga rezeki besar seperti kesehatan dan keluarga. 

Sebagaimana dijelaskan dalam Buku Pintar Islam: Solusi Praktis Kehidupan Muslim Sehari-hari karya Arif Munandar Riswanto, bahwa bersyukur bukan sekadar ucapan hamdalah, tetapi mencakup pengakuan hati, ucapan lisan, dan amal perbuatan yang mencerminkan penghargaan terhadap nikmat Allah SW. Dalam konteks ini, ceramah singkat tentang bersyukur bukan hanya memberikan motivasi rohani, tetapi juga membangun karakter positif, yaitu menerima takdir dengan lapang dada dan terus berusaha dalam batas kemampuan terbaik. 

Lebih lanjut, dalam buku Tazkiyatun Nafs: Penyucian Jiwa karya Dr. Ahmad Farid, disebutkan bahwa,orang yang bersyukur akan semakin dekat kepada Allah dan dijauhkan dari sifat tamak yang merusak jiwa. Pernyataan ini menegaskan bahwa syukur bukan hanya bentuk pasif dari penerimaan, melainkan upaya aktif dalam menjaga kebersihan hati dan membangun hubungan spiritual yang kuat dengan Sang Pencipta. Maka, penting bagi setiap individu untuk menjadikan syukur sebagai sikap hidup, yang dapat ditanamkan melalui ceramah-ceramah singkat namun penuh makna seperti ini. 

Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Selasa (15/7/2025). 

1. Contoh Ceramah Pertama: Bersyukur sebagai Perintah Allah 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, mencurahkan nikmat tak terhitung kepada makhluk-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah kebenaran hingga akhir zaman. 

Jama’ah yang dirahmati Allah, dalam kehidupan ini, betapa banyak nikmat yang kita rasakan. Dari mulai kita bangun tidur, masih diberi kesempatan untuk hidup, bisa melihat, bisa bernafas, hingga bisa berkumpul bersama keluarga dan saudara. Semua itu adalah nikmat Allah yang sangat besar. Allah SWT berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 34: 

"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim: 34) 

Ayat ini menegaskan bahwa nikmat Allah terlalu banyak untuk bisa dihitung. Namun manusia seringkali lupa, bahkan kufur terhadap nikmat tersebut. Maka Allah memerintahkan kita untuk bersyukur. Syukur bukan hanya ucapan "Alhamdulillah", tapi mencakup kesadaran hati, lisan yang memuji Allah, dan perbuatan yang menggunakan nikmat Allah untuk kebaikan. Allah juga menjanjikan dalam Surah Ibrahim ayat 7: 

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." 

Ini adalah janji langsung dari Allah. Jika kita bersyukur, nikmat akan ditambah. Tapi jika kufur, ancamannya sangat jelas: azab yang pedih. Maka marilah kita jadikan syukur sebagai karakter utama kita sebagai hamba Allah. Mulai dari mensyukuri tubuh yang sehat, keluarga yang baik, hingga waktu luang yang bermanfaat. 

Rasulullah SAW juga memberi teladan dalam hal syukur. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa: 

"Rasulullah SAW shalat malam hingga kakinya bengkak. Lalu Aisyah berkata, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini padahal engkau telah diampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?’ Maka beliau menjawab, 'Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?'" (HR. Bukhari dan Muslim) 

Lihatlah, Rasulullah SAW saja yang telah dijamin surga masih bersyukur dengan ibadah yang sungguh-sungguh. Lalu bagaimana dengan kita yang penuh dosa? 

Marilah kita tingkatkan rasa syukur kepada Allah SWT dalam segala kondisi. Jangan tunggu kaya baru bersyukur. Jangan tunggu sehat baru mengingat nikmat. Karena syukur itulah yang menjaga nikmat tetap ada dan menolak bala dari kehidupan kita. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

2. Contoh Ceramah Kedua: Bersyukur Menjaga Nikmat dan Meningkatkan Iman 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, serta berbagai anugerah lahir dan batin yang tak terhingga jumlahnya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, manusia paling mulia, yang menjadi contoh terbaik dalam segala aspek kehidupan. 

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, syukur adalah akhlak mulia yang dapat menjaga nikmat yang sudah ada dan mengundang nikmat yang belum datang. Ketika kita tidak pandai bersyukur, nikmat itu bisa hilang, karena manusia seringkali lupa bahwa semua yang ia miliki adalah titipan dari Allah SWT. 

Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 114: 

"Maka makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu yang halal lagi baik dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. An-Nahl: 114) 

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk memakan rezeki halal dan baik, kemudian bersyukur sebagai bentuk pengakuan bahwa rezeki tersebut datang dari-Nya. Ini menunjukkan bahwa syukur adalah bagian dari ibadah. Maka siapa yang tak bersyukur, ia seperti enggan mengakui keesaan dan kemurahan Allah. Rasulullah SAW bersabda: 

"Barangsiapa yang tidak bersyukur atas yang sedikit, maka ia tidak akan mampu bersyukur atas yang banyak." (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani) 

Hadits ini memberi pelajaran penting: jangan tunggu rezeki besar untuk mulai bersyukur. Bersyukurlah atas nasi hangat yang kita makan, atas udara yang kita hirup, atas langkah yang bisa kita ayunkan. Nikmat besar akan datang setelah kita pandai mensyukuri nikmat kecil. 

Syukur juga menguatkan iman. Ketika kita menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian Allah, maka hati kita akan semakin tunduk dan merasa dekat kepada-Nya. Inilah hamba yang dicintai oleh Allah. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

3. Contoh Ceramah Ketiga: Bersyukur di Tengah Ujian 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji bagi Allah, yang dengan kasih sayang-Nya memberikan nikmat dan ujian sebagai sarana penyucian diri bagi para hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah mengajarkan kepada kita arti syukur sejati, bahkan dalam kesulitan. 

Saudaraku sekalian, salah satu bentuk syukur tertinggi adalah bersyukur dalam ujian. Terkadang kita hanya mengucap alhamdulillah ketika mendapat rezeki atau kemudahan. Tapi saat musibah datang, kita lupa bahwa musibah juga adalah bentuk kasih sayang Allah. 

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155-157: 

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: 'Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn'. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155–157) 

Ayat ini menunjukkan bahwa ujian bukanlah kutukan, tetapi kesempatan untuk menunjukkan kualitas iman. Saat kita bersyukur meski diuji, itu menunjukkan bahwa hati kita masih yakin bahwa Allah Maha Bijaksana. Rasulullah SAW bersabda: 

"Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, karena segala urusannya adalah kebaikan baginya. Jika ia mendapat nikmat, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar, maka itu pun baik baginya." (HR. Muslim) 

Subhanallah. Inilah kekuatan iman yang sejati. Tidak ada kata rugi bagi orang beriman: nikmat disyukuri, ujian pun disyukuri. Maka mari kita latih hati kita untuk melihat sisi positif dari setiap musibah, karena bisa jadi ujian itu adalah jalan menuju keberkahan yang lebih besar. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

4. Contoh Ceramah Keempat: Syukur sebagai Ciri Orang Beriman 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan menjadikan syukur sebagai sifat mulia yang membedakan antara hamba yang taat dan yang lalai. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, sebaik-baik manusia yang paling pandai bersyukur kepada Allah. 

Saudaraku yang beriman, di dalam Al-Qur’an, Allah memuji para hamba yang bersyukur dan menyebut mereka sebagai hamba yang sedikit jumlahnya. Dalam Surah Saba’ ayat 13, Allah berfirman: 

"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba’: 13) 

Ini menunjukkan bahwa tidak semua orang mampu bersyukur. Syukur bukan perkara ringan. Ia membutuhkan mata hati yang jernih, hati yang tunduk, dan jiwa yang sadar bahwa semua datang dari Allah. Rasulullah SAW bersabda: 

"Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian (dalam hal dunia), dan jangan melihat kepada orang yang berada di atas kalian, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." (HR. Muslim) 

Hadits ini menjadi pedoman hidup agar kita tidak terus membandingkan diri dengan orang lain dalam urusan dunia. Karena membandingkan diri ke atas akan membuat kita kufur nikmat. Tapi jika kita melihat ke bawah, kita akan lebih mudah merasa cukup dan bersyukur. 

Orang beriman selalu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Ia tidak mudah iri, tidak gelisah, dan tidak tamak. Sebaliknya, ia fokus menggunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

5. Contoh Ceramah Kelima: Bahaya Kufur Nikmat dan Pentingnya Syukur 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji bagi Allah SWT, Zat yang telah menurunkan nikmat tanpa henti kepada kita siang dan malam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberi teladan terbaik dalam syukur dan ibadah. 

Jama’ah yang dirahmati Allah, sebagaimana syukur mendatangkan keberkahan, maka kufur nikmat akan mendatangkan murka Allah. Orang yang tidak bersyukur berarti telah melupakan Allah, bahkan bisa jatuh ke dalam kekufuran. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 152: 

"Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu kufur (ingkar kepada-Ku)." (QS. Al-Baqarah: 152) 

Allah menyandingkan antara syukur dan kufur. Artinya, jika kita tidak bersyukur, kita telah melakukan perbuatan kufur secara amal. Kufur nikmat adalah awal dari kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat. Allah juga berfirman tentang kaum Saba’ yang dihancurkan karena kufur nikmat: 

"Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirimkan kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami ganti dua kebun mereka dengan dua kebun yang berbuah pahit, pohon Atsl, dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami membalas mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan siksaan itu kecuali kepada orang-orang yang sangat kufur." (QS. Saba’: 16–17) 

Kisah ini menjadi pelajaran nyata bahwa kufur nikmat membawa kehancuran. Jangan sampai nikmat yang kita punya hilang hanya karena kita lalai bersyukur. Maka marilah kita jaga lidah kita dengan dzikir, hati kita dengan tawakal, dan perbuatan kita dengan amal kebaikan sebagai bentuk syukur kepada Allah. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

QnA Seputar Ceramah Singkat Tentang Bersyukur 

Q1: Apa itu bersyukur? 

A: Bersyukur adalah sikap mengakui dan menghargai segala nikmat yang kita terima, baik melalui ucapan, hati, maupun perbuatan. Bersyukur membuat kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah, bukan semata hasil usaha sendiri. 

Q2: Mengapa kita harus bersyukur? 

A: Karena dengan bersyukur, hati kita menjadi tenang, hidup terasa cukup, dan hubungan kita dengan Allah menjadi lebih dekat. Syukur juga menjaga nikmat agar tidak hilang dan menghindarkan kita dari sifat serakah. 

Q3: Kapan waktu yang tepat untuk bersyukur? 

A: Setiap saat. Tidak hanya ketika mendapat rezeki besar atau kabar baik, tapi juga ketika dalam kesulitan, sakit, atau tertimpa ujian. Bersyukur di tengah ujian menunjukkan kedewasaan iman kita. 

Q5: Apa akibat jika seseorang tidak bersyukur? 

A: Orang yang tidak bersyukur akan selalu merasa kurang, mudah mengeluh, dan sulit merasakan kebahagiaan. Ia cenderung iri pada orang lain dan tidak mampu menikmati apa yang sudah dimilikinya. 

Q6: Apakah bersyukur bisa membuat hidup lebih bahagia? 

A: Ya, karena syukur mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang ada, bukan pada apa yang belum dimiliki. Hidup jadi terasa ringan, hati lebih lapang, dan kita menjadi lebih positif dalam memandang hidup. 

Q7: Bagaimana agar kita bisa membiasakan diri untuk bersyukur? 

A: Caranya dengan membiasakan diri melihat sisi baik dari setiap keadaan, rajin mengingat nikmat-nikmat kecil, dan membandingkan diri dengan orang yang lebih kekurangan, bukan yang lebih berlebih. 

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|