Dunia 'Hilang' 10 Hari pada Oktober 1582, Ini Sejarah dan Alasan di Baliknya

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Selama lebih dari seribu tahun, dunia memakai Kalender Julian, yang ternyata memiliki kesalahan kecil tapi berdampak besar: satu tahunnya lebih panjang 11 menit 14 detik dari tahun tropis.

Akibatnya, kalender semakin melenceng dari pergerakan alam, dan tanggal penting seperti Paskah jadi sulit ditentukan dengan akurat. Masalah ini sudah disadari sejak abad ke-8, tapi baru pada Konsili Trente tahun 1562–63, gereja Katolik mendorong reformasi kalender.

Setelah hampir 20 tahun penelitian, Paus Gregorius XIII mengesahkan Kalender Gregorian pada Februari 1582, berdasarkan rancangan ilmuwan Luigi Lilio dan disempurnakan oleh Christopher Clavius.

Bagian paling mengejutkan dari perubahan ini terjadi pada Oktober 1582, saat 10 hari dihapus dari kalender untuk menyelaraskan kembali waktu alam dengan penanggalan manusia.

Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari britannica.com, Selasa (20/5/2025).

Penjualan kalender dinding biasanya meningkat setiap tahun baru. Beragam lembaga amal memanfaatkan perkembangan ini untuk menggalang dana dan menyisipkan pesan sosial. Sebagian memanfaatkan model kalender berbadan kekar, sebagian lain justru mencari ...

10 Hari Hilang: Transisi yang Membingungkan

Untuk menyesuaikan kembali ekuinoks musim semi ke tanggal aslinya (21 Maret), gereja memutuskan menghapus 10 hari dari kalender. Karena ingin menghindari gangguan pada hari raya besar umat Kristen, gereja memilih bulan Oktober untuk melakukan perubahan.

Maka, di negara-negara Katolik, tanggal 4 Oktober 1582 langsung dilanjutkan dengan tanggal 15 Oktober. Perancis mengadopsi perubahan ini secara terpisah pada bulan Desember, tapi tetap dengan cara yang sama: 'melompati' hari-hari di antara.

Tentu saja, hal ini terasa sangat aneh bagi masyarakat. Bayangkan tertidur pada tanggal 4 Oktober dan bangun keesokan harinya di tanggal 15. Bagi mereka, waktu benar-benar "hilang."

Namun, perubahan ini bukan tanpa kontroversi. Negara-negara Protestan dan Ortodoks menolak mengikuti keputusan Paus, karena mereka tidak ingin tunduk pada otoritas Katolik. Akibatnya, Eropa terbelah secara waktu: negara-negara Katolik seperti Spanyol, Portugal, Italia, Austria, dan Polandia langsung maju 10 hari, sementara negara lainnya tetap menggunakan kalender lama.

Hal ini membuat perjalanan lintas negara menjadi rumit. Seseorang bisa saja menyeberang perbatasan dan "bepergian ke masa lalu" atau "melompat ke masa depan" hanya karena sistem kalender yang berbeda.

Akhirnya Dunia Mengikuti

Walau pada awalnya ditolak oleh sebagian negara, Kalender Gregorian perlahan diterima secara luas. Wilayah-wilayah Protestan di Jerman dan Belanda mulai beralih ke sistem baru pada abad ke-17.

Inggris Raya dan seluruh wilayah kekuasaannya—termasuk Amerika—baru mengikuti pada 1752. Saat itu, 11 hari harus dihapus untuk menyesuaikan diri dengan kalender Gregorian yang telah lama dipakai di wilayah Katolik.

Dengan adopsi dari kekuatan besar seperti Inggris, kalender Gregorian mulai menyebar ke seluruh dunia. Kini, hampir semua negara menggunakan sistem ini sebagai kalender resmi, menjadikannya standar global untuk menentukan waktu dan tanggal.

Meski terdengar seperti hal teknis yang rumit, perubahan ini berdampak besar terhadap dunia: dari penentuan hari raya keagamaan hingga keseragaman waktu global yang kita nikmati sekarang. Dan tentu saja, ini jadi salah satu peristiwa sejarah paling aneh—karena tidak setiap hari kita mendengar tentang 10 hari yang benar-benar "hilang" dari waktu.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|