Idul Fitri 2025 Berapa Hijriah Benarnya? Ini Prediksinya

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Perdebatan hangat tengah mewarnai perbincangan masyarakat Indonesia menjelang Idul Fitri 2025. Pertanyaan "Idul Fitri 2025 berapa Hijriah?" menjadi topik utama, mengingat perbedaan metode penentuan tanggal antara Muhammadiyah dan pemerintah.

Hal ini penting dipahami oleh seluruh umat Islam di Indonesia, khususnya bagi mereka yang ingin mempersiapkan diri untuk merayakan hari raya besar ini. Mari telusuri prediksi tanggal Idul Fitri 2025 dan seluk-beluk penentuannya.

Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025 untuk menentukan awal Ramadhan 1446 H. Sidang ini akan mempertimbangkan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi dan hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (12/2/2025).

Sholat Idul Fitri bagi umat muslim akan segera tiba. Ini dia syarat sholat ied massal versi fatwa MUI di masa pandemi Corona Covid-19.

Idul Fitri 2025 Berapa Hijriah? Prediksi dan Perbedaan Metode

Prediksi mengenai Idul Fitri 2025 beragam. Muhammadiyah, berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), menetapkan Idul Fitri jatuh pada tanggal 30 Maret 2025 M. Sementara itu, pemerintah, mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri dan Kalender Hijriah Indonesia Kemenag, menetapkan Idul Fitri sebagai libur nasional pada tanggal 31 Maret dan 1 April 2025 M.

Penetapan ini bersifat sementara dan akan dikonfirmasi melalui sidang isbat menjelang akhir Ramadhan. Beberapa sumber lain juga memprediksi tanggal 31 Maret 2025 M sebagai Idul Fitri.

Perbedaan ini muncul karena perbedaan metode penentuan awal bulan Syawal. Muhammadiyah menggunakan metode hisab, yaitu perhitungan astronomis. Sedangkan pemerintah menggunakan metode rukyat (pengamatan hilal) yang dikombinasikan dengan hisab. Sidang isbat yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk memastikan visibilitas hilal secara langsung.

Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis, misalnya, melakukan perhitungan hisab imkan ru'yah dan menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025, serta Idul Fitri pada 31 Maret 2025. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam menentukan awal bulan Syawal.

Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025 untuk menentukan awal Ramadhan 1446 H. Sidang ini akan mempertimbangkan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi dan hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

Hasil sidang isbat akan diumumkan kepada publik dan menjadi acuan resmi pemerintah untuk awal Ramadhan dan Idul Fitri. Oleh karena itu, tanggal pasti Idul Fitri 2025 baru dapat dipastikan setelah sidang isbat tersebut. Penting untuk mengikuti pengumuman resmi dari pemerintah untuk kepastian tanggal Idul Fitri 2025.

Penetapan Idul Fitri 2025 PP Muhammadiyah

PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025, dan Idul Fitri pada 31 Maret 2025. Keputusan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajwid PP Muhammadiyah. Perbedaan ini sekali lagi menegaskan perbedaan metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah.

Berdasarkan prediksi yang ada, Idul Fitri 1446 H diperkirakan jatuh antara tanggal 30 dan 31 Maret 2025 M. Namun, tanggal pasti akan diumumkan oleh pemerintah setelah sidang isbat. Muhammadiyah telah menetapkan tanggalnya secara terpisah. Kepastian tanggal Idul Fitri sangat penting untuk mempersiapkan berbagai hal, mulai dari mempersiapkan diri secara spiritual hingga merencanakan kegiatan bersama keluarga dan kerabat.

Perbedaan metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal bulan Syawal perlu dipahami. Metode hisab lebih bersifat prediktif, sementara rukyat menekankan pada pengamatan langsung. Penggunaan kedua metode ini, baik secara terpisah maupun kombinasi, menunjukkan keragaman pendekatan dalam menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah. Memahami perbedaan ini penting untuk menghargai beragam pendapat dalam menentukan Idul Fitri 2025 berapa Hijriah.

SKB 3 Menteri telah menetapkan cuti bersama Idul Fitri 2025 pada 2 dan 3 April 2025. Hal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati liburan panjang bersama keluarga. Namun, tanggal pasti Idul Fitri masih menunggu konfirmasi dari sidang isbat. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengikuti informasi terbaru dari pemerintah terkait tanggal pasti Idul Fitri 2025.

Kesimpulannya, meskipun terdapat perbedaan prediksi, Idul Fitri 2025 diperkirakan jatuh pada akhir Maret 2025. Penting untuk menunggu pengumuman resmi dari pemerintah setelah sidang isbat untuk kepastian tanggal Idul Fitri 1446 H.

Asal-Usul Tahun Hijriah

Kalender Hijriah, atau kalender Islam, memiliki sejarah yang kaya dan penting bagi umat Muslim. Kalender ini diadopsi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, sekitar 17 tahun setelah hijrah Nabi Muhammad SAW.

Melansir dari berbagai sumber, sebelum adanya kalender Hijriah, umat Islam menggunakan penanggalan yang masih mengacu pada peradaban Arab pra-Islam, yang hanya mencatat bulan dan tanggal tanpa tahun. Hal ini menimbulkan kebingungan dalam pengarsipan dokumen dan surat menyurat, seperti yang dialami Gubernur Abu Musa Al-Asyari.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Khalifah Umar bin Khattab mengumpulkan para sahabat dan pembesar untuk bermusyawarah. Mereka membahas usulan untuk menetapkan tahun pertama kalender Islam. Beberapa usulan muncul, seperti tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun turunnya wahyu, dan tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW. Namun, usulan-usulan tersebut ditolak karena berbagai pertimbangan.

Akhirnya, disepakati bahwa peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M dipilih sebagai awal penanggalan kalender Islam. Peristiwa hijrah ini dianggap sebagai titik balik penting dalam sejarah Islam, karena menandai awal pembangunan masyarakat Islam yang lebih terorganisir dan mandiri di Madinah. Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak sejarah yang sangat penting dalam perkembangan Islam.

Pemilihan bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah juga melalui proses musyawarah. Meskipun hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awal, Muharram dipilih karena dianggap sebagai permulaan dari peristiwa hijrah itu sendiri.

Kalender Hijriah bukan hanya sekadar penanggalan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Tahun baru Hijriah menjadi momentum untuk introspeksi diri dan merenungkan perjalanan sejarah Islam. Memahami asal-usul kalender Hijriah akan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan perkembangan Islam.

Penulisan Hijriah yang Benar

Penulisan kata "hijriah" seringkali menjadi pertanyaan. Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V menetapkan penulisan yang benar adalah "hijriah," bukan "hijriyah." Kata "hijriah" berarti "tahun berdasarkan perhitungan peredaran bulan, yang dimulai dari bulan Muharram dan berakhir pada bulan Zulhijjah."

Istilah "hijriah" berkaitan erat dengan momen hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa hijrah ini menjadi titik awal penanggalan dalam kalender Islam. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks historis di balik istilah ini. Penulisan yang benar mencerminkan pemahaman akan sejarah dan makna di balik istilah tersebut.

Secara etimologi, kata "hijriah" berasal dari bahasa Arab, dari kata "hijriyyah" yang artinya "tahun berdasarkan perhitungan peredaran bulan, dimulai dari Muharram dan berakhir pada Zulhijjah". Kata "hijriyyah" sendiri berasal dari kata "hijrah" yang berarti "perpindahan". Memahami asal-usul kata ini akan membantu kita dalam memahami penulisan yang benar.

Meskipun penulisan "hijriyah" masih sering digunakan, penulisan yang baku dan benar menurut KBBI V adalah "hijriah". Menggunakan penulisan yang benar menunjukkan kepatuhan terhadap kaidah bahasa Indonesia dan pemahaman yang tepat terhadap istilah tersebut. Penting untuk selalu merujuk pada KBBI untuk memastikan penulisan kata-kata yang benar dan baku.

Penggunaan penulisan yang benar, "hijriah", penting dalam konteks penulisan formal, seperti artikel berita, makalah, dan dokumen resmi. Penulisan yang benar mencerminkan profesionalisme dan pemahaman yang baik terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena itu, selalu pastikan untuk menggunakan penulisan "hijriah" yang benar dan baku dalam berbagai konteks penulisan.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|