Liputan6.com, Jakarta Tak sulit menemukan pedagang seblak di sudut-sudut kota Indonesia saat ini. Makanan yang dulunya hanya dikenal sebagai camilan khas Sunda ini kini menjelma menjadi salah satu ikon kuliner pedas yang disukai banyak kalangan, dari remaja hingga dewasa. Rasa gurih, pedas, dan aroma kencur yang khas membuat seblak selalu menggoda lidah.
Seblak bukan sekadar makanan kekinian yang viral di media sosial, melainkan cerminan kreativitas masyarakat dalam mengolah bahan-bahan sederhana. Kerupuk, telur, bakso, bahkan pasta bisa disulap menjadi sajian yang nikmat dengan sentuhan bumbu khas Sunda yang satu ini. Dan tentu saja, kunci kelezatan itu terletak pada bumbu seblak yang menggoda.
Di balik kelezatannya, tersimpan kisah panjang dan penuh makna. Dari sekadar camilan rumahan hingga jadi ladang bisnis kuliner yang menjanjikan, mari kita telusuri lebih jauh sejarah seblak, nilai-nilai ketahanan pangan yang terkandung, hingga variasi bumbunya yang membuat siapa pun ketagihan. Berikut ulasan Liputan6.com, Minggu (20/7/2025).
Sejarah Singkat Seblak, Dari Kerupuk Leor ke Sajian Pedas Modern
Tak ada catatan resmi yang menyebutkan tahun pasti kelahiran seblak. Namun, berbagai sumber menyebutkan bahwa seblak telah dikenal sejak zaman kemerdekaan, terutama di daerah Parahyangan seperti Garut dan Bandung. Dalam buku Gastronomi Indonesia sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata (Suci Sandi Wchyuni, 2023:39), disebutkan bahwa seblak berasal dari makanan bernama kerupuk leor, kerupuk mentah yang dimasak dengan bawang putih dan cabai rawit hingga lunak.
Seblak juga lahir dari kreativitas masyarakat Bandung yang memiliki stok kerupuk berlebih. Kerupuk lama yang tidak enak digoreng diolah kembali dengan cara direbus dan diberi bumbu agar tidak terbuang sia-sia. Dari situ muncul sajian seblak dengan cita rasa khas.
Seblak telah berkembang menjadi simbol identitas lokal yang memiliki makna sosial, budaya, dan ekonomi yang mendalam. Penelitian oleh Ramadhan, Shondra, Yusuf, dan Anwar (2024) dalam Jurnal Sabbhata Yatra menguatkan peran penting seblak dalam memperkuat rasa kebersamaan dan identitas masyarakat sunda, terutama Bandung.
Seblak diketahui mulai dikenal sejak awal tahun 1900-an dan mulai populer secara luas di awal tahun 2000-an. Seblak merupakan olahan dari kerupuk basah yang dimasak dengan campuran rempah seperti kencur, bawang putih, dan cabai. Keunikan rasa kencur ini menjadi ciri khas utama yang membedakan seblak dari makanan pedas lainnya.
Seblak: Wujud Kreativitas dan Ketahanan Pangan Masyarakat Sunda
Seblak tidak hanya lezat, tetapi juga merupakan simbol ketahanan pangan lokal. Dalam konteks ini, ketahanan pangan bukan sekadar soal pasokan bahan makanan, tetapi bagaimana masyarakat bisa mengelola dan memanfaatkan bahan lokal agar bernilai dan tidak terbuang sia-sia.
Masyarakat Sunda dikenal dengan kekayaan kuliner berbasis tapioka (aci), seperti cireng, cilok, cimol, cibay, hingga bakso aci. Hal ini berkaitan erat dengan fakta bahwa Jawa Barat merupakan pusat produksi tepung tapioka. Bahan sederhana ini dimodifikasi menjadi aneka sajian kreatif, dan seblak adalah salah satu hasilnya.
Kepekaan masyarakat Sunda terhadap limbah makanan dan kemampuan mereka dalam mengolahnya menjadi sajian baru menunjukkan inovasi dalam kuliner tradisional. Seblak bukan hanya camilan, melainkan simbol adaptasi budaya terhadap perubahan zaman dan kebutuhan.
Variasi Bumbu Seblak
Seblak tidak akan lengkap tanpa bumbu andalannya yang khas: kencur, bawang putih, dan cabai rawit. Kombinasi ini menghasilkan rasa pedas, gurih, dan aroma menyengat yang menggoda.
Berikut beberapa variasi bumbu seblak berdasarkan jenis hidangannya:
1. Bumbu Seblak Simpel Tanpa Kuah
- Bahan utama: Kerupuk mawar, daun bawang
- Bumbu halus: Cabe rawit, bawang putih, kencur
- Cara memasak: Bumbu diulek lalu disiram minyak panas, dicampur dengan kerupuk rebus, disajikan dengan irisan bawang daun.
2. Bumbu Seblak Ceker Komplit
- Bahan: Kerupuk, makaroni, ceker rebus, cilok, telur, daun bawang
- Bumbu halus: Bawang putih, kencur, cabe merah besar, cabe rawit
- Cara memasak: Tumis bumbu, tambahkan air dan isian, masak hingga matang, masukkan daun bawang sebelum disajikan.
3. Bumbu Seblak Kuah (Seblak Basah)
- Bahan: Kerupuk bawang, sosis, bakso, telur, daun bawang, merica, garam
- Bumbu halus: Bawang putih, bawang merah, cabai rawit, kencur
- Cara memasak: Tumis bumbu, masukkan bakso & sosis, tambahkan air dan telur, masukkan kerupuk dan daun bawang.
4. Seblak Kuah Mie
- Bahan: Mie, telur, kerupuk aci rebus
- Bumbu halus: Bawang putih, cabai, kemiri, kencur
- Cara memasak: Tumis bumbu, masukkan air, lalu tambahkan mie dan telur, masak hingga matang.
5. Pasta Bumbu Seblak
- Bahan: Pasta, bakso, telur, garam, gula, daun bawang
- Bumbu halus: Bawang putih, bawang merah, cabai rawit, kencur
- Cara memasak: Tumis bumbu, masukkan bakso, pasta, telur, beri air, dan sajikan dengan taburan bawang goreng.
Setiap variasi memiliki kekuatan rasa pada perpaduan kencur dan cabai, namun bisa disesuaikan dengan selera, mulai dari ringan hingga pedas ekstrem.
FAQ Seputar Seblak
1. Apa arti kata 'seblak'?
Kata seblak berasal dari bahasa Sunda seperti "nyeblak" atau "segak" yang berarti mengagetkan atau menyengat, sesuai dengan karakter rasa seblak yang pedas dan menggugah selera.
2. Apakah seblak makanan tradisional Sunda?
Ya, meskipun tidak tercatat dalam buku resep klasik, seblak merupakan hasil kreativitas masyarakat Sunda, khususnya di Bandung dan Garut.
3. Apakah seblak harus menggunakan kencur?
Iya. Kencur adalah bumbu wajib yang memberikan cita rasa khas pada seblak. Tanpa kencur, rasa seblak akan kehilangan identitas utamanya.
4. Apakah seblak hanya berbahan kerupuk?
Awalnya hanya kerupuk, namun kini isian seblak sangat bervariasi, mulai dari mie, bakso, makaroni, hingga seafood dan pasta.
5. Bisakah seblak dibuat tidak pedas?
Bisa. Tingkat kepedasan seblak sangat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan selera masing-masing.
Sumber Rujukan
- Suci Sandi Wchyuni. Gastronomi Indonesia Sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata. 2023.
- Jurnal Sabbhata Yatra Volume 5 Nomor 2 Desember 2024