Pria Ini Relakan Tubuhnya Digigit 200 Ular Berbisa, Darahnya Jadi Berharga

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria asal Wisconsin, Amerika Serikat, melakukan hal ekstrem yang tidak biasa. Tim Friede sejak awal 2000-an membiarkan tubuhnya digigit lebih dari 200 ular berbisa. Aksi ini bukan karena iseng, melainkan bagian dari hobi yang sudah ia jalani selama lebih dari dua dekade.

Gigitan-gigitan mematikan ini datang dari spesies ular berbahaya seperti mamba hitam, taipan, kobra, dan ular weling. Friede mulai tertarik pada ular sejak masa kecil, tapi obsesi itu berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih berani. Ia melakukannya sebagian karena penasaran, dan sebagian lagi demi tujuan ilmiah.

Melalui cara ekstrem ini, Friede berharap tubuhnya bisa membentuk antibodi terhadap berbagai racun ular. Tujuannya adalah untuk membantu pengembangan antibisa yang bisa menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya. Kini, ia bahkan bekerja sama dengan perusahaan farmasi Centivax di AS.

Hobinya yang dianggap gila oleh sebagian orang justru membuka jalan bagi kemajuan medis. Friede kini menjadi orang penting dalam penelitian antibisa universal. Berikut kisahnya dirangkum Liputan6.com dari Npr, Selasa (6/5/2025).

Hobi Tak Biasa yang Dimulai dari Hal Sepele

Tim Friede mulai tertarik pada ular sejak masa kecilnya di Wisconsin. Ia sering mencari ular garter di halaman rumah. Rasa penasaran itu berubah jadi obsesi yang serius saat dewasa.

Berbeda dari penggemar reptil pada umumnya, Friede justru mengejar bahaya. Ia ingin tahu seperti apa rasanya digigit ular berbisa. "Beberapa gigitan pertama saya benar-benar gila," kata Friede kepada NPR.

Rasa penasaran itu memuncak pada tahun 2001, saat ia pertama kali digigit kobra. Ia masuk ICU dan koma selama empat hari. Namun ia tidak kapok, justru semakin terdorong bereksperimen.

Antara Gila dan Genius

Alasan utama Friede melakukan ini bukanlah sensasi atau adrenalin. Ia ingin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya antibisa, terutama di negara miskin. Gigitan ular dipilih sebagai jalan ekstrem menuju solusi nyata.

“Saya dimasukkan ke ICU setelah dua gigitan ular kobra dan saya koma selama empat hari,” akunya. Sejak itu, ia terus mencoba ular lain yang lebih mematikan. Ia percaya tubuhnya bisa jadi kunci untuk ilmu pengetahuan.

Kini, total sudah lebih dari 200 gigitan yang ia alami. Racun dari ular kobra, mamba, taipan, hingga ular weling pernah mengalir di tubuhnya. Semua itu ia lakukan demi satu tujuan: membantu dunia kedokteran.

Ilmuwan: ‘Kami Butuh Darahmu’

Peneliti Jacob Glanville dari Centivax akhirnya menghubungi Friede. Mereka tengah mengembangkan antibisa universal dan butuh orang dengan antibodi racun ular. "Kaulah orang yang kucari. Kami butuh darahmu. Kami butuh antibodimu," ujar Glanville.

Friede langsung menyetujui tawaran itu. Ia merasa semua risiko yang ia ambil selama ini tidak sia-sia. "Saya benar-benar tidak dapat mempercayainya. Saya tahu saya melakukan sesuatu untuk kemanusiaan dan memberikan kontribusi kepada sains," kata Friede.

Kini, Friede menjabat sebagai direktur herpetologi di Centivax. Ia berhenti membiarkan dirinya digigit, tetapi tetap merindukan tantangannya. “Mengetahui bahwa Anda dapat mengalahkannya dan tetap tenang serta bersikap tenang, itu adalah hal yang luar biasa,” renungnya.

Darah Friede Jadi Berharga

Dari darah Friede, ilmuwan Centivax menemukan antibodi super. “Kami menemukan antibodi ultra-luas yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengikat tepat pada situs konservatif yang digunakan neurotoksin untuk menyebabkan kelumpuhan,” jelas Glanville.

Satu antibodi saja berhasil melindungi tikus dari lima racun ular berbeda. Setelah dikombinasikan dengan senyawa lain, antibisa itu efektif terhadap 13 jenis ular. Ini pencapaian luar biasa dalam dunia medis.

Meski belum sempurna, hasilnya sangat menjanjikan. Beberapa jenis ular masih belum bisa dinetralisir sepenuhnya. Tapi eksperimen ini sudah menjadi langkah besar untuk dunia kedokteran darurat.

Bahaya Ular Berbisa dan Peran Kritis Penelitian Ini

Setiap tahun, ribuan orang tewas akibat gigitan ular berbisa. Ratusan ribu lainnya mengalami cacat permanen. Data ini diungkapkan oleh WHO sebagai masalah kesehatan global yang sering terabaikan.

Stuart Ainsworth dari Universitas Liverpool menjelaskan efeknya sangat serius. "Mereka mungkin kehilangan anggota tubuh, mereka mungkin harus menjalani operasi besar," katanya. Itulah mengapa antibisa universal sangat dibutuhkan.

Penelitian yang melibatkan darah Friede bisa menjadi terobosan penting. Namun, para ahli tetap menekankan perlunya uji klinis pada manusia. "Ada banyak komponen berbeda dalam racun," kata Ainsworth, memperingatkan bahwa hasil pada hewan belum cukup.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|