Profil Dadan Hindayana, Kepala BGN yang Usulkan Makan Bergizi Gratis Bisa Pakai Lauk Serangga

6 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana baru-baru ini mengusulkan serangga sebagai alternatif lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah. Menurutnya, program ini harus menyesuaikan potensi sumber daya lokal yang tersedia di setiap daerah agar lebih beragam dan berkelanjutan. Usulan ini didasarkan pada fakta bahwa beberapa kalangan di Indonesia telah lama mengonsumsi serangga sebagai sumber protein.

Pemanfaatan serangga sebagai bahan makanan bukanlah hal baru, terutama di beberapa negara yang telah menjadikannya bagian dari kuliner tradisional. Selain kaya protein, serangga juga memiliki kandungan gizi penting lainnya, seperti vitamin B12 dan zat besi, yang dibutuhkan oleh tubuh. Dadan menekankan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu nasional yang seragam, tetapi lebih berfokus pada standar komposisi gizi yang dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan pangan di setiap daerah.

Namun, wacana ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Beberapa pihak menilai bahwa serangga bisa menjadi solusi ketahanan pangan yang inovatif dan berkelanjutan, sementara yang lain mempertanyakan penerimaan sosial dan keamanan konsumsi serangga bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, penelitian dan kajian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan efektivitas serta penerapan ide ini dalam program MBG secara nasional. Berikut informasinya, dirangkum Liputan6, Kamis (30/1).

Dadan Hindayana dan Usulan Serangga sebagai Menu Makan Bergizi Gratis

Dalam upaya meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengemukakan ide inovatif dengan mengusulkan serangga sebagai salah satu menu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan menyesuaikan sumber daya lokal dengan kebiasaan makan masyarakat di berbagai daerah sehingga menu yang disediakan dapat lebih beragam dan berkelanjutan.

Dadan menekankan bahwa serangga merupakan sumber protein yang telah dikonsumsi oleh beberapa komunitas di Indonesia dan dunia, sehingga dapat menjadi alternatif bagi daerah-daerah yang terbiasa mengonsumsi serangga sebagai makanan sehari-hari, tanpa perlu menetapkan standar menu nasional yang seragam tetapi tetap memperhatikan komposisi gizi yang telah ditetapkan oleh BGN.

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa MBG tidak hanya berfokus pada variasi sumber protein, tetapi juga memungkinkan adanya diversifikasi karbohidrat, seperti mengganti nasi dengan jagung, singkong, atau pisang rebus di wilayah yang memiliki sumber daya pangan tersebut, sehingga program ini dapat lebih inklusif dan menyesuaikan dengan kearifan lokal.

“Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu (serangga), itu (serangga) bisa menjadi menu di daerah tersebut,” kata Dadan beberapa waktu lalu, dilansir dari ANTARA.

Profil Dadan Hindayana: Akademisi dan Kepala Badan Gizi Nasional

Dadan Hindayana merupakan akademisi dengan latar belakang pendidikan yang kuat di bidang entomologi, yang merupakan ilmu yang mempelajari serangga, di mana ia menyelesaikan studi sarjana di program studi Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan magister di Universitas Bonn, Jerman, dalam bidang Entomologi Terapan, dan meraih gelar doktor di IPB.

Sebelum menjabat sebagai Kepala BGN, Dadan aktif sebagai dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. ia juga memiliki rekam jejak akademik yang mengesankan dengan berbagai publikasi ilmiah, termasuk penelitian tentang keanekaragaman dan peran fungsional serangga yang diterbitkan dalam Jurnal Entomologi Indonesia.

Sebagai seorang akademisi yang mendalami ilmu tentang serangga dan pangan, pemikirannya tentang pemanfaatan serangga sebagai sumber protein dalam program gizi nasional mencerminkan pemahamannya tentang solusi alternatif dan berkelanjutan untuk ketahanan pangan, yang juga diperkuat dengan pemahamannya terhadap potensi sumber daya lokal di Indonesia.

Punya Hobi Main Golf

Saat ini, Dadan juga menjabat sebagai Ketua di Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) Banau, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Ia juga aktif menulis dan berhasil mempublikasikan empat jurnal pada 2023, dengan hasil penelitiannya yang telah disitasi sebanyak 98 kali.

Salah satu hasil penelitian Dadan berjudul "Keanekaragaman dan peran fungsional serangga Ordo Cleopatra di area reklamasi pascatambang batu bara di Berau, Kalimantan Timur" juga berhasil diterbitkan dalam Jurnal Entomologi Indonesia

Dirujuk dari laman IPB, di luar kegiatan pemerintahan dan akademik, Dadan memiliki hobi bermain golf, di mana pada Bulan Juni 2024, ia sempat menjadi Ketua Panitia Fakultas Pertanian IPB Charity Golf Tournament.

Peluang Serangga sebagai Alternatif Lauk Makan Bergizi

Serangga telah lama dikenal sebagai sumber protein alternatif yang kaya nutrisi, di mana berbagai jenis serangga, seperti jangkrik, belalang, dan ulat sagu, memiliki kandungan protein yang tinggi, mencapai 60–70% dari berat keringnya, selain itu, serangga juga mengandung asam lemak esensial, vitamin B12, zat besi, serta serat alami yang baik untuk pencernaan.

Di berbagai negara seperti Thailand, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika, konsumsi serangga telah menjadi bagian dari tradisi kuliner, sementara di Indonesia, beberapa komunitas di Papua dan Jawa Barat juga memiliki tradisi mengonsumsi serangga sebagai sumber protein, yang menunjukkan bahwa potensi serangga sebagai makanan bergizi bukanlah hal yang baru.

Selain kandungan gizinya yang tinggi, budidaya serangga juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ternak konvensional, karena produksi serangga membutuhkan lebih sedikit lahan, air, serta menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, menjadikannya sebagai solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan protein global di masa depan.

Wacana Serangga sebagai Lauk Makan Bergizi Gratis Perlu Dikaji

Wacana integrasi serangga ke dalam menu MBG muncul dari pemikiran untuk memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat di berbagai daerah, yang menurut Dadan Hindayana, BGN tidak menetapkan standar menu nasional yang seragam, tetapi lebih kepada standar komposisi gizi yang dapat disesuaikan dengan potensi dan kebiasaan lokal.

Dalam implementasinya, program MBG telah dilakukan di 31 provinsi di Indonesia dengan total 238 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi, di mana pada periode pertama, yaitu Januari–April 2025, ditargetkan ada 3 juta penerima manfaat dari program ini, dan pada tahapan selanjutnya, April–Agustus 2025, jumlah tersebut ditargetkan bertambah menjadi 6 juta penerima manfaat.

Sayangnya, ide serangga sebagai alternatif menu makan siang gratis ini akan membutuhkan proses panjang agar bisa diterima. 

“Kebiasaan makan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang sudah terbiasa dengan makan serangga di beberapa daerah tertentu, namun banyak juga yang merasa jijik dan tidak mau memakannya. Perasaan tidak nyaman ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan agar tujuan program untuk menciptakan pola makan bergizi tetap tercapai tanpa menimbulkan penolakan,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, Alifudin.

Apakah serangga aman dikonsumsi manusia?

Ya, beberapa jenis serangga seperti jangkrik, ulat sagu, dan belalang telah dikonsumsi oleh banyak masyarakat dan memiliki kandungan gizi tinggi.

Apa manfaat gizi dari serangga?

Serangga kaya akan protein, asam lemak esensial, vitamin B12, zat besi, dan serat yang baik untuk pencernaan.

Bagaimana cara mengolah serangga agar aman dikonsumsi?

Serangga harus dibersihkan dan dimasak dengan baik, seperti digoreng, dipanggang, atau dijadikan tepung untuk berbagai makanan olahan.

Apa tantangan penerapan serangga sebagai menu makan bergizi?

Tantangan utamanya adalah penerimaan sosial, edukasi masyarakat, serta memastikan keamanan dan standar higienis dalam pengolahannya.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|