Tidak Ada Hadits Tentang Berbuka dengan yang Manis, Begini 5 Sunnahnya

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Ramadan bulan penuh berkah yang dinantikan umat muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, salah satu tradisi yang populer adalah berbuka puasa dengan menu manis. Namun, tahukah Anda bahwa anggapan berbuka dengan makanan manis sebagai sunnah Nabi Muhammad SAW adalah pemahaman yang keliru?

Banyak yang mengira hadits menganjurkan hal ini, padahal faktanya tidak demikian. Informasi yang beredar luas di media sosial dan dari mulut ke mulut ini perlu diluruskan demi pemahaman ajaran Islam yang benar.

Kali ini akan mengulas tuntas tentang kesalahpahaman umum ini dan menguraikan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya terkait berbuka puasa. Menelusuri sumber-sumber hadits shahih serta pendapat para ulama untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan akurat. Tujuannya adalah memberikan kejelasan tentang praktik berbuka puasa yang sesuai dengan ajaran agama dan sekaligus menepis mitos yang telah beredar luas di masyarakat.

Sebagai muslim di Indonesia, siapa saja perlu memastikan pemahaman kita tentang ajaran agama didasarkan pada sumber yang valid dan terpercaya. Memahami hadits secara utuh dan tidak sepotong-sepotong sangat penting untuk menghindari kesalahan tafsir.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Minggu (2/2/2025).

Kali ini Fimela Food akan coba hadirkan resep untuk membuat menu buka puasa spesial kolak pisang mutiara. Cara membuatnya super mudah. Dijamin anti gagal bahkan untuk pemula. Intip resepnya di sini yuk!

Tidak Ada Hadits Tentang Berbuka dengan yang Manis

Salah satu pemahaman yang keliru yang berkembang di masyarakat adalah anggapan bahwa berbuka puasa dengan makanan atau minuman manis merupakan sunnah Rasulullah SAW. Anggapan ini tidak didukung oleh hadits shahih. Tidak ada satu pun hadits yang secara eksplisit menyebutkan anjuran untuk berbuka dengan yang manis. Justru, hadits-hadits shahih menunjukkan praktik Nabi Muhammad SAW dalam berbuka puasa yang berbeda.

Beliau lebih sering berbuka dengan kurma basah (ruthob), jika tidak ada, dengan kurma kering (tamr), dan jika keduanya tidak tersedia, beliau minum beberapa teguk air. Hal ini menunjukkan bahwa fokus utama bukanlah pada rasa manis, melainkan pada kesederhanaan dan ketersediaan makanan.

Melansir dari NU Online, banyak hadits yang menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad SAW berbuka puasa. Hadits-hadits tersebut tidak menyebutkan adanya anjuran untuk berbuka dengan yang manis. Justru, hadits-hadits tersebut menunjukkan praktik Nabi Muhammad SAW yang sederhana dan sesuai dengan kondisi yang ada.

Kesimpulannya, tidak ada dasar dalam hadits yang menyatakan bahwa berbuka dengan yang manis merupakan sunnah. Sebaliknya, banyak hadits yang menunjukkan preferensi Nabi Muhammad SAW terhadap kurma atau air putih.

"Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, Rasulullah SAW berbuka puasa dengan beberapa kurma matang dan basah (ruthob) sebelum melaksanakan shalat. Kalau tidak ada kurma basah, maka Rasulullah SAW berbuka dengan kurma kering (tamr). Bila tidak ada kurma kering, beliau meminum beberapa teguk air." (HR Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi)

Lebih lanjut, perlu dipahami bahwa hadits-hadits tersebut tidak mengajarkan bahwa berbuka puasa hanya boleh dilakukan dengan kurma atau air putih saja. Hadits tersebut lebih menekankan pada kesederhanaan dan kesesuaian dengan kondisi. Apabila kurma atau air putih tidak tersedia, maka makanan dan minuman lain yang halal dapat dikonsumsi untuk berbuka puasa.

Namun, penting untuk diingat bahwa berbuka puasa bukanlah ajang untuk bermewah-mewah, melainkan waktu untuk bersyukur dan menunaikan ibadah.

Sunnah Ketika Berbuka Puasa

1. Menyegerakan Berbuka

Rasulullah SAW menganjurkan untuk segera berbuka puasa setelah mendengar azan magrib. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi, “Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari 4/173 dan Muslim 1093). Menyegerakan berbuka tidak hanya berpahala, tetapi juga baik untuk kesehatan karena dapat mengembalikan energi tubuh setelah seharian berpuasa. Jangan menunda-nunda waktu berbuka, karena berbuka dengan segera adalah sunnah Rasulullah SAW yang dianjurkan.

Selain aspek pahala dan kesehatan, menyegerakan berbuka juga memiliki nilai edukatif bagi kita. Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk menghargai waktu dan tidak menunda-nunda hal yang baik. Menyegerakan berbuka mengajarkan kita kedisiplinan dan ketepatan waktu, dan hal tersebut merupakan nilai penting yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Berbuka dengan Kurma atau Air Putih

Nabi Muhammad SAW menganjurkan berbuka dengan kurma atau air putih. Hadits riwayat Tirmidzi dan Abu Daud menjelaskan, ”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.’ (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud). Kurma mengandung gula alami yang dapat mengembalikan energi tubuh secara cepat. Air putih membantu rehidrasi tubuh setelah seharian berpuasa.

Berbuka dengan kurma atau air putih bukanlah sekadar sunnah belaka, tetapi juga memiliki dasar ilmiah. Kurma mengandung berbagai nutrisi yang penting bagi tubuh, seperti gula, serat, dan vitamin. Sementara itu, air putih membantu menyeimbangkan cairan tubuh setelah seharian berpuasa.

3. Membaca Bismillah dan Doa Berbuka

Sebelum makan dan minum, dianjurkan membaca basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) untuk memohon berkah dari Allah SWT. Setelah makan, disunahkan membaca doa berbuka puasa. Membaca doa berbuka merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Dengan membaca doa, kita menunjukkan ketaatan dan keimanan kita kepada Allah SWT.

4. Tidak Berlebihan dalam Makan dan Minum

Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum saat berbuka. Hadits riwayat Ahmad, an-Nasa’i dan At-Tirmidzi menjelaskan, 'Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia, kecuali perutnya. Karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Kalaupun ia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan At-Tirmidzi). Makan dan minum secukupnya penting untuk menjaga kesehatan.

Menghindari makan dan minum secara berlebihan saat berbuka puasa sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Makan dan minum terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti kembung, mual, dan diare. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengontrol porsi makan dan minum saat berbuka, agar tubuh tetap sehat dan segar.

5. Memberi Makan Orang yang Berpuasa

Memberi makan orang yang berpuasa merupakan amalan mulia yang mendapatkan pahala besar. Hadits riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad menjelaskan, 'Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192). Bahkan memberi sedikit makanan atau minuman pun berpahala.

Memberi makan orang yang berpuasa merupakan bentuk kepedulian dan berbagi kepada sesama. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang selalu menekankan pentingnya kebersamaan dan kepedulian sosial.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|