Liputan6.com, Jakarta Dalam hubungan asmara, pertengkaran sering kali menjadi ujian yang mempengaruhi keharmonisan pasangan. Banyak pasangan yang menghadapi dilema besar ketika perselisihan terus berulang dan tidak kunjung usai.
Dua pilihan utama yang biasanya diambil yaitu berpisah atau mencoba konseling, ada pasangan yang menemukan cara yang tak terduga untuk mengatasi masalah dalam hubungan mereka.
Grace Carter dan pacarnya Lucas Martin menghadapi situasi yang tak jarang membuat hubungan mereka terancam retak. Mereka terus berdebat bahkan dalam masalah sepele yang lambat laun memicu ketegangan lebih besar.
Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan melalui ChatGPT, Grace mencari cara untuk lebih memahami perasaan dan sudut pandang Lucas, serta memperbaiki cara mereka berkomunikasi tanpa harus terjebak dalam pertengkaran yang terus-menerus.
Cerita wanita jadikan ChatGPT sebagai tempat konselingnya ini dilansir Liputan6.com dari Mirror.co.uk pada Senin (12/5/2025).
Paus Leo XIV menganggap kecerdasan buatan manusia sebagai salah satu masalah paling kritis yang dihadapi manusia saat ini. Hal itu disampaikan Paus Leo XIV saat memaparkan visi Kepausannya di Vatikan pada Sabtu waktu setempat.
Malu Mengeluh ke Teman-temannya
Setelah beberapa kali mengeluh kepada teman-temannya, ia merasa malu. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri, atau lebih tepatnya, menyerahkan masalah tersebut kepada kecerdasan buatan.
"Saya tidak ingin menjadi orang yang terus-menerus mengeluh tentang pacarnya," katanya.
Grace ungkap jika ia sudah biasa menggunakan ChatGPT untuk pekerjaannya. Setelah adanya masalah tersebut, Grace pun menjadikan ChatGPT sebagai tempat konseling.
"Saya sudah terbiasa menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan dan berpikir, saya ingin tahu apakah alat ini juga bisa membantu saya menyelesaikan masalah hubungan ini."
Meski awalnya merasa aneh, namun kemudian Grace merasa nyaman menjadikan ChatGPT sebagai tempat curhat dan meminta saran untuk hubungannya.
"Rasanya agak aneh pada awalnya, seperti mengaku kepada robot, tapi anehnya itu cukup menenangkan. Saya merasa lebih tenang dan kami segera berdamai," ujarnya.
Menjadi Kebiasaan
Situasi ini kemudian menjadi kebiasaan. Sekarang, Grace yang berusia 34 tahun, menggunakan ChatGPT sebagai alat yang sangat penting dan menjadi sistem pendukung utama dalam menghadapi segala masalah, mulai dari pertengkaran kecil hingga masalah emosional dalam hubungan mereka yang telah berlangsung selama dua tahun.
Salah satu pertengkaran mereka adalah tentang apakah boleh memeriksa ponsel masing-masing. Lucas menganggapnya hal yang biasa, tetapi bagi Grace, itu melanggar batas privasi. Alih-alih membiarkan argumen itu berkembang seperti biasa, ia memilih untuk berkonsultasi dengan AI untuk mengetahui bagaimana pasangan seharusnya menetapkan batasan privasi.
AI itu memberi penjelasan bahwa masalah ini bukan tentang mengintip, melainkan tentang "rasa hormat, bukan kerahasiaan." Penjelasan ini membantu mereka untuk membicarakan masalah tersebut dengan tenang dan saling memahami perspektif satu sama lain.
"Bukan berarti AI memberi tahu saya apa yang harus saya lakukan," kata Grace. "AI lebih membantu saya merumuskan kata-kata dengan lebih baik, memahami pandangannya, atau memberikan saran untuk mengatasi suasana tegang." tambahnya.
ChatGPT Mainkan Peran Penting
Meskipun alat AI ini kini memainkan peran penting dalam hubungan mereka, Lucas awalnya tidak percaya. Ia tertawa terbahak-bahak ketika tahu, menyebut ChatGPT sebagai 'terapis robot ajaib' milik Grace.
Namun, sekarang Lucas mendukung penggunaannya dan bahkan terkadang menyarankan Grace untuk berkonsultasi dengan AI. Bagi Lucas, ia senang melihat Grace berusaha mencari cara yang lebih baik untuk berkomunikasi dengannya daripada hanya diam dan menyimpan perasaan.
Grace sering menggunakan ChatGPT di ponselnya, kadang beberapa kali dalam seminggu. Grace menanyakan seperti, 'Bagaimana cara berbicara dengan pacar saya tentang merasa tidak dihargai tanpa memulai pertengkaran?' atau 'Cara membangun kembali kepercayaan setelah pertengkaran kecil.'
Grace mengatakan bahwa salah satu kelebihan AI adalah netralitasnya. Meskipun ia terbuka untuk dukungan tradisional jika dibutuhkan, Grace merasa bahwa AI sudah cukup membantu, setidaknya untuk saat ini.
"Itu menenangkan saya dan memberi saya waktu untuk berpikir sebelum bereaksi. Rasanya seperti memiliki teman yang bijaksana dan sabar yang tidak pernah lelah mendengarkan pertengkaran yang sama berkali-kali," jelas Grace.