Liputan6.com, Jakarta Makan sambil berdiri memiliki efek bagi kondisi tubuh, salah satunya menyebabkan gangguan sistem pencernaan. Banyak juga aturan norma dan adab saat makan yang tak membolehkan sambil berdiri. Namun, kasus yang dialami Elise Baynard, seorang wanita asal Dover, Kent, Inggris, menjadi perhatian karena harus makan sambil berdiri akibat kondisi langka.
Elise Baynard, 25 tahun, didiagnosis mengidap akalasia, sebuah penyakit langka yang memengaruhi fungsi kerongkongan. Kelainan ini menyebabkan kerongkongannya sulit mendorong makanan atau cairan masuk ke perut, sehingga Elise terpaksa makan dengan berdiri untuk menghindari risiko tersedak. Kondisi ini membuatnya muntah hingga 60 kali sehari, terutama saat mencoba makan secara normal.
Gejala akalasia mulai muncul pada Januari 2020, ketika Elise tiba-tiba mengalami kesulitan menelan dan merasakan tekanan di dadanya. Dokter awalnya menduga penyakit tersebut adalah refluks asam lambung dan meresepkan obat, tetapi kondisinya terus memburuk. Elise akhirnya dirujuk ke dokter spesialis gastroenterologi pada tahun 2021 untuk pemeriksaan lebih lanjut.
November 2024 lalu menjadi momen penting dalam perjalanan Elise setelah dokter di London mendiagnosisnya secara pasti. Berikut kisah lengkapnya dilansir Liputan6.com dari New York Post, Kamis (23/1/2025).
Pembuat roti asal Inggris, Sarah Hardy dan juga pendiri The Edible Museum dikenal sangat unik dengan kue ciptaannya. Ia membuat cokelat dengan bentuk anotomi organ tubuh manusia.
Perjalanan Awal Elise Melawan Akalasia
Gejala akalasia pertama kali dirasakan Elise pada Januari 2020. Ia mengalami kesulitan menelan makanan dan tekanan ketat di dadanya. Dokter awalnya salah mendiagnosis kondisi tersebut sebagai refluks asam lambung.
Elise diberi resep obat untuk mengatasi gejalanya, tetapi tidak ada perubahan signifikan. Sebaliknya, ia mulai kesulitan menelan makanan seperti roti dan pasta. Bahkan, cairan yang ia konsumsi sering kembali keluar melalui mulut.
Pada 2021, Elise dirujuk ke spesialis gastroenterologi untuk pemeriksaan lanjutan. Namun, ia merasa diabaikan karena minimnya komunikasi dengan dokter, yang hanya dilakukan melalui telepon.
Kerongkongan Bisa Penuh Karena Tersumbat
Elise terpaksa makan sambil berdiri agar makanan dapat masuk ke perutnya. Ia menyebut posisi ini membantu mencegah makanan tersangkut di kerongkongan hingga kerongkongan penuh tersumbat. Namun, kondisi tersebut tetap memicu efek samping yang menyakitkan.
“Saya tidak bisa duduk saat makan, saya harus berdiri, jadi makanannya benar-benar masuk ke dalam perut,” ungkap Elise. Ia juga mengungkapkan bahwa efek samping dari kelainannya meliputi kejang esofagus dan rasa nyeri seperti serangan jantung.
Nyeri di rahang, leher, dan punggung menjadi hal yang rutin dialaminya. Pada hari-hari terburuk, Elise muntah hingga 63 kali, membuatnya takut untuk makan atau minum.
Harapan Elise Melalui Operasi Spesialis
November 2024 menjadi titik balik setelah dokter di London mendiagnosis akalasia pada Elise. Diagnosis ini dikonfirmasi melalui tes manometri, yang memeriksa pergerakan otot kerongkongan.
Kondisi tersebut membuat otot kerongkongan Elise tidak berkontraksi dengan baik, sehingga makanan sulit turun ke lambung. Elise berharap operasi miotomi endoskopi peroral (POEM) dapat memperbaiki kondisinya.
“Ini bukan hukuman mati, tapi ini bukan cara untuk hidup,” ujar Elise. Meski masih harus menunggu rujukan spesialis untuk operasi, Elise bertekad menjalani proses ini demi kembali makan dengan normal.