7 Fakta Menarik dan Sejarah High Heels, Awalnya Dirancang untuk Pria

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Sepatu hak tinggi atau yang lebih dikenal dengan high heels telah menjadi simbol elegansi dan kepercayaan diri dalam dunia mode modern. Namun di balik desainnya yang anggun, high heels menyimpan sejarah panjang yang menarik dan penuh transformasi.

High heels terus berkembang seiring zaman. Dari runway hingga ruang kerja, dari pesta formal hingga street style, sepatu hak tinggi tetap menjadi pilihan yang merepresentasikan kepribadian, kekuatan, dan gaya.

Lebih dari sekadar alas kaki, sepatu hak tinggi adalah pernyataan. High heels adalah gabungan antara sejarah, seni, dan identitas yang terus melangkah maju bersama pemakainya.

Identik dengan penampilan feminin dan elegan, high heels awalnya dirancang untuk pria dan digunakan oleh prajurit kavaleri Persia sekitar abad ke-10 jauh sebelum menjadi simbol kecantikan dan status sosial wanita

Berikut Liputan6.com merangkum dari BBC tentang fakta unik dan sejarah high heels, Selasa (22/4/2025).

Tanggal 23 April diperingati Hari Buku Sedunia. Tanggal tersebut ditetapkan oleh UNESCO.

1. Heels Stiletto Dapat Nama dari Belati Italia

Stiletto, dengan haknya yang runcing dan tajam, dinamai dari jenis belati ramping yang digunakan di Italia pada masa Renaisans. Sulit menentukan kapan tepatnya hak stiletto yang ramping ini diciptakan di abad ke-20, tetapi Roger Vivier dari House of Dior membuat beberapa sepatu hak paling populer di era 1950-an. Namun, karena haknya lebih tipis, mendesainnya menjadi tantangan karena harus menopang berat tubuh pemakainya. Inilah yang mendorong Andrea Perugia untuk membuat hak pertama dari baja.

2. Awalnya Dirancang untuk Prajurit Abad Pertengahan

Bukti paling awal dari seseorang yang mengenakan sepatu hak berasal dari mangkuk Persia abad ke-10. Pada artefak abad pertengahan ini, terlihat seorang prajurit kavaleri siap bertempur dengan tumit terkunci di sanggur di kudanya. 

3. Tidak Semua High Heels untuk Dipamerkan

Pada abad ke-16, terutama di kalangan wanita Renaisans Venesia, chopines adalah jenis sepatu berhak tinggi berplatform yang tingginya bisa mencapai 50 cm. Meski ada mitos bahwa chopines digunakan agar rok tidak terkena lumpur, sebenarnya sepatu ini dipakai untuk membuat wanita terlihat lebih tinggi, sehingga mereka bisa memamerkan lebih banyak kain mewah pada gaunnya. Ironisnya, chopines tidak pernah terlihat langsung. 

4. High Heels Mode Kerajaan

Raja Louis XIV dari Prancis yang dikenal sebagai Sang Raja Matahari sangat menyukai sepatu hak tinggi. Sebagai pencinta mode abad ke-18, ia gemar memakai sepatu kulit bordir mewah dengan hak merah cerah. Namun, Raja Louis cukup posesif dengan sepatu cantiknya itu dan menjadi salah satu penguasa pertama yang membatasi pemakaian hak merah hanya untuk anggota istananya.

5. Desainer High Heels Pertama adalah François Pinet

Pada pertengahan abad ke-19, desainer asal Prancis François Pinet dikenal sebagai desainer sepatu hebat pertama. Dengan memanfaatkan praktik industri baru saat itu, ia menciptakan sepatu hak "Pinet" yang indah dan bisa diproduksi ulang, lengkap dengan sulaman tangan yang sangat halus.

Lambat laun high heels berevolusi dan menjadi simbol status sosial yang jelas di Eropa. Hanya kalangan bangsawan dan orang kaya yang mampu mengenakannya, karena pembuatannya yang rumit dan bahan-bahan berkualitas tinggi. Tinggi hak sepatu dan desainnya yang rumit semakin menegaskan status sang pemakai. Namun, perjalanan high heels tidak berhenti sampai di situ.

6. High Heels Pernah Dijadikan Alasan untuk Menghalangi Hak Pilih Perempuan

Menjelang akhir abad ke-19, saat perjuangan hak pilih untuk perempuan (suffrage) berlangsung, sepatu hak digunakan sebagai senjata untuk mendiskreditkan perempuan. Penentang gerakan tersebut mengklaim bahwa sepatu hak membuktikan perempuan tidak serius, seperti yang tertulis dalam artikel New York Times tahun 1871.

7. Perempuan Mulai Pakai Heels Abad ke-18

Perempuan mulai mengenakan high heels pada abad ke-18. Ratu Marie Antoinette dari Prancis dianggap sebagai salah satu tokoh yang mempopulerkan high heels di kalangan wanita. Ia mengaitkan sepatu ini dengan keanggunan, kelas, dan feminitas, mengubah persepsi high heels secara drastis.

Sejak saat itu, desain high heels terus berevolusi. Desain awal yang lebih persegi dan kokoh untuk pria, berubah menjadi lebih ramping dan elegan untuk wanita. Berbagai jenis high heels pun bermunculan, dari stiletto hingga platform heels, menawarkan beragam pilihan untuk memenuhi selera dan kebutuhan.

High heels menjadi simbol kecantikan dan feminitas, meningkatkan tinggi badan dan memberikan ilusi kaki yang lebih panjang dan ramping. Meskipun seringkali tidak nyaman, high heels tetap menjadi pilihan populer bagi banyak wanita hingga saat ini, menunjukkan daya tarik abadi sepatu ikonik ini.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|