Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu membayangkan menyantap hidangan yang terbuat dari ular? Bagi sebagian orang, ide ini mungkin terdengar mengerikan. Namun di berbagai belahan dunia, daging ular telah lama menjadi bagian dari tradisi kuliner dan bahkan dipercaya memiliki khasiat kesehatan.
Konsumsi daging ular tidak hanya ditemukan di satu atau dua tempat, melainkan tersebar luas dari benua Amerika hingga Asia. Ini menunjukkan adaptasi budaya terhadap sumber pangan yang tersedia.
Berbagai cara pengolahan daging ular telah berkembang, mulai dari digoreng, dipanggang, dijadikan sup, hingga diolah menjadi sate, bahkan minuman. Setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri dalam menyajikan hidangan ekstrem ini.
Seringkali kuliner ekstrem ini dipengaruhi oleh ketersediaan jenis ular lokal dan kepercayaan turun-temurun mengenai manfaatnya. Keberanian para penikmat kuliner untuk mencoba hidangan ini mencerminkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk menjelajahi batasan rasa.
Berikut 8 kuliner berbahan ular dari seluruh dunia, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (24/7/2025).
1. Ular Derik Goreng/Panggang di Amerika Serikat
Di wilayah selatan dan barat daya Amerika Serikat, terutama di negara bagian seperti Texas, Oklahoma, dan Arizona, daging ular derik dianggap sebagai hidangan lezat yang sangat digemari. Acara "rattlesnake roundup" diadakan setiap tahun di negara-negara bagian ini. Acara tersebut menyatukan komunitas untuk menikmati daging ular derik dalam berbagai bentuk, mulai dari digoreng hingga dipanggang.
Melansir Gourmetguts, daging ular derik adalah jenis daging putih yang dikenal karena teksturnya yang lembut dan rasanya yang ringan. Rasanya sering digambarkan mirip dengan daging buaya, atau perpaduan antara daging katak dan kura-kura. Beberapa bahkan menyamakannya dengan ayam, memberinya julukan "tube chicken" atau "desert whitefish" karena rasanya yang ringan dan mudah dibumbui.
Selain digoreng, daging ular derik panggang dan dendeng adalah dua cara populer untuk menikmatinya. Daging ini juga sangat rendah lemak, menjadikannya pilihan protein yang sehat dan kaya nutrisi penting seperti protein, vitamin, dan mineral. Meskipun demikian, penting untuk memasaknya dengan benar karena teksturnya bisa sedikit kenyal.
2. Shé Gēng (Sup Ular) di Tiongkok
Sup ular, atau Shé Gēng, adalah hidangan Kanton klasik yang dinikmati di Hong Kong dan beberapa bagian Tiongkok. Sup berbasis kaldu ini biasanya menggunakan daging dari kombinasi 5-6 jenis ular yang berbeda, termasuk kobra, krait bergaris, ular air, dan ular elaphe. Hidangan ini telah ada selama lebih dari seribu tahun, bahkan sejak Dinasti Liang (502-557 M), dan menjadi populer di seluruh Tiongkok pada akhir Dinasti Qing.
Menurut Gourmetguts, sup ini dipercaya memiliki khasiat obat dan dianggap sebagai pilihan yang menyehatkan, terutama sangat dihargai selama musim dingin, namun juga dinikmati sepanjang tahun. Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, sup ular diklasifikasikan sebagai makanan "yang" yang memiliki sifat menghangatkan tubuh, membantu melawan "yin" (dingin) di musim dingin, serta dipercaya dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan sirkulasi darah.
Di wilayah Kanton, sup ular dilengkapi dengan nasi ketan dan sosis Tiongkok. Bahan-bahan sup ini meliputi daging ular yang disuwir, tulang ular, kaldu beraroma, ham, jahe, jamur, dan jamur hitam. Direbus selama 5-6 jam, kreasi aromatik ini menawarkan berbagai tekstur yang kaya dan kompleks.
3. Darah, Empedu, dan Bisa Ular di Taiwan
Di seberang Selat Taiwan, petualangan kuliner yang lebih ekstrem terungkap. Di sepanjang pasar malam Huaxi Street yang ramai di Kota Taipei, restoran spesialis ular dulunya sangat banyak. Kawasan ini bahkan dijuluki "Snake Alley". Pada masa kejayaannya, pertunjukan ular hidup menjadi daya tarik saat makan malam, memikat para pelanggan.
Seiring berjalannya waktu, tempat-tempat ini berangsur-angsur menghilang, hanya menyisakan satu restoran yang mempertahankan tradisi tersebut, yaitu Asia Snake Meat Restaurant. Restoran ini telah memperluas menunya dengan menambahkan sup kura-kura dan daging buaya, namun tetap bangga menyajikan sup ular terkenalnya dan menawarkan ramuan unik "tiga cangkir".
Spesialisasi ini terdiri dari minuman beralkohol yang dicampur dengan darah ular, empedu, dan bisa ular secara terpisah. Ramuan ini dipercaya dapat meningkatkan sirkulasi darah dan sangat digemari selama musim dingin untuk memperkuat tubuh melawan hawa dingin. Meskipun bisa ular secara alami bersifat mematikan, protein beracunnya dinetralkan saat dicampur dengan alkohol, sehingga aman untuk dikonsumsi.
4. Snake Pepper Soup di Nigeria
Di beberapa bagian Nigeria, daging ular semakin banyak digunakan dalam masakan lokal, dengan salah satu hidangan yang menonjol adalah sup lada yang terkenal. Alih-alih menggunakan daging kambing atau ayam, resep beraroma dan berempah ini menggunakan daging ular dan campuran rempah-rempah aromatik seperti adas manis, ketumbar, jintan, biji adas, dan lada hitam. Infus ini memberikan karakter yang kuat dan pedas pada sup.
Sup lada ular ini telah menjadi hidangan populer di Nigeria Selatan, terutama saat disajikan dengan bir dingin atau hidangan 'Eba dan Egusi soup'. Permintaan akan daging ular di Nigeria sangat tinggi, bahkan ada pasar ular lokal di Badagry tempat para pecinta daging ular berkumpul untuk membeli ular hidup.
Banyak penduduk setempat percaya bahwa mengonsumsi daging ular menawarkan berbagai manfaat kesehatan dan bahkan berpotensi mengatasi penyakit kulit atau impotensi. Meskipun demikian, penting untuk memastikan daging dimasak dengan benar untuk menghindari risiko kesehatan.
5. Ular Panggang di Kamboja
Daging ular panggang yang ditusuk adalah hidangan kuliner khas yang dapat kamu temukan di Kamboja, terutama di pasar malam di Siem Reap. Ular yang ditusuk biasanya dimarinasi dan kemudian dipanggang di atas api terbuka, memberikan rasa berasap dan gurih pada dagingnya. Hidangan ini sering disajikan bersama berbagai saus celup atau bumbu untuk meningkatkan rasanya.
Meskipun ide daging ular yang ditusuk mungkin terdengar menantang bagi sebagian orang, hidangan ini telah menjadi daya tarik populer bagi wisatawan yang ingin mencicipi cita rasa eksotis Kamboja. Ini memberikan kesempatan unik untuk menantang seleramu dengan rasa yang tidak biasa. Ular panggang ini mencerminkan kekayaan kuliner Kamboja yang berani dan beragam, menawarkan pengalaman gastronomi yang tak terlupakan bagi para petualang kuliner.
6. Tumis Ular di Vietnam
Untuk mencicipi masakan ular di Vietnam, tidak ada tempat yang lebih baik daripada desa Lệ Mật, yang hanya berjarak singkat di sebelah utara Hanoi. Banyak restoran spesialis ular menawarkan berbagai hidangan berbasis ular termasuk tumis, lumpia, dan sup dalam pesta ular. Desa ini dikenal sebagai "desa ular" karena tradisi berabad-abad dalam beternak dan memasak ular.
Bagi yang berani, kamu bisa mencoba jantung ular, yang merupakan inti dari pesta ular. Jantung ini dikonsumsi mentah dan masih berdetak, dipadukan dengan arak beras, memberikan pengalaman sensorik yang unik dan tak terlupakan. Selain itu, hidangan lain seperti kulit ular goreng renyah, tulang belakang goreng dengan kerupuk nasi, dan lumpia ular juga populer.
Desa Lệ Mật menawarkan pengalaman kuliner yang komprehensif, di mana kamu bisa melihat langsung bagaimana ular ditangani dan disiapkan menjadi hidangan lezat. Ini adalah kesempatan untuk menjelajahi sisi petualangan dari masakan Vietnam.
7. Rượu Rắn (Wine Ular) di Vietnam
Di Vietnam, para petualang kuliner dapat menjelajahi dunia masakan ular yang beragam. Wine Ular Vietnam, atau "Rượu Rắn," menggabungkan esensi ular dalam ramuan yang kuat yang terkenal karena dugaan manfaat kesehatannya. Minuman ini adalah minuman beralkohol tradisional yang dibuat dengan merendam seluruh ular dalam arak beras atau alkohol gandum.
Persiapan yang rumit melibatkan pengawetan empedu ular dan merendamnya dengan akar jahe dalam wine selama enam bulan. Proses ini dipercaya dapat meredakan berbagai penyakit dan telah menjadi bagian dari pengobatan tradisional Tiongkok sejak zaman kuno. Wine ular juga diyakini dapat meningkatkan vitalitas dan umur panjang.
Meskipun sering dijual sebagai daya tarik bagi wisatawan, Rượu Rắn memiliki tradisi panjang sebagai minuman obat. Ular berbisa dianggap sangat kuat, namun bisa ular dinetralkan oleh etanol dalam wine, sehingga aman untuk dikonsumsi.
8. Sate Kobra di Indonesia
Di Indonesia, sate kobra menjadi salah satu kuliner ekstrem yang cukup populer, terutama di kalangan pencinta makanan unik dan mereka yang mencari khasiatnya. Umumnya, sate dibuat dari daging ayam, kambik, atau sapi, namun sate kobra menawarkan sensasi dan manfaat yang berbeda.
Selain dagingnya yang diolah menjadi sate, bagian lain dari ular kobra seperti darah, empedu, dan sumsumnya juga dipercaya memiliki khasiat. Pedagang sate kobra sering menjelaskan bahwa empedu ular kobra dipercaya dapat membantu mengatasi kencing manis, penyumbatan darah, alergi, dan diabetes. Sementara itu, sumsumnya diyakini bermanfaat untuk rematik dan pegal-pegal.
Penyajian darah ular kobra pun cukup ekstrem, sering dicampur dengan empedu dan sumsum tulang, bahkan kadang ditambahkan ginseng dan madu. Meskipun banyak yang meyakini manfaatnya, penting untuk dicatat bahwa klaim-klaim ini sebagian besar berasal dari kepercayaan tradisional dan memerlukan penelitian medis lebih lanjut.
Sumber rujukan:https://gourmetguts.com/snake-meat/