IHSG Hari Ini Terpantau Merah Membara, Saatnya Defensive Portfolio?

2 weeks ago 15

Liputan6.com, Jakarta Pada Jumat, 28 Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah signifikan, mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap dinamika ekonomi global dan domestik. Penurunan ini terjadi di tengah sentimen negatif yang dipicu oleh kebijakan perdagangan internasional serta data ekonomi regional yang kurang menggembirakan.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, mengemukakan bahwa IHSG diprediksi bergerak melemah dalam rentang 6.400 hingga 6.550. "IHSG hari ini (28/2) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.400 sampai 6.550," ujar Ratih di Jakarta, Jumat (28/2), mengutip ANTARA. 

Selain faktor eksternal, tekanan terhadap IHSG juga diperparah oleh aksi jual investor asing di pasar ekuitas domestik, khususnya pada saham-saham perbankan besar, yang mengindikasikan kekhawatiran terhadap kinerja sektor keuangan nasional.

Kebijakan Tarif AS Memicu Kekhawatiran Global

Kebijakan perdagangan Amerika Serikat kembali menjadi sorotan utama pelaku pasar global. Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa kenaikan tarif sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada akan tetap diberlakukan mulai 4 Maret 2025, setelah sebelumnya direncanakan ditunda hingga April 2025. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi perang dagang yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi global.

Reaksi pasar terhadap pengumuman ini cukup signifikan. Investor global mulai mengalihkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman, mengantisipasi kemungkinan volatilitas di pasar saham. Selain itu, ketidakpastian mengenai hubungan dagang antara AS dan mitra utamanya menambah tekanan pada indeks saham di berbagai negara.

Di Indonesia, sentimen negatif ini turut memengaruhi pergerakan IHSG. Pelaku pasar domestik cenderung berhati-hati, mengingat potensi dampak kebijakan tarif AS terhadap ekspor Indonesia dan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Inflasi Jepang Melandai, Namun Masih di Atas Target

Dari kawasan Asia, Jepang melaporkan inflasi tahunan pada Februari 2025 sebesar 2,9%, sedikit melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 3,4%. Meskipun terjadi penurunan, angka inflasi ini masih berada di atas target Bank Sentral Jepang (BOJ) sebesar 2%. Kondisi ini menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan penyesuaian kebijakan moneter oleh BOJ dalam waktu dekat.

Penurunan inflasi ini sebagian besar disebabkan oleh turunnya harga energi dan komoditas lainnya. Namun, tekanan inflasi inti yang mencerminkan harga barang dan jasa selain energi dan pangan tetap tinggi, menunjukkan adanya tekanan harga yang persisten di sektor lain.

Bagi investor, situasi ini menambah kompleksitas dalam pengambilan keputusan investasi. Di satu sisi, inflasi yang tinggi dapat menggerus nilai investasi; di sisi lain, potensi pengetatan kebijakan moneter oleh BOJ dapat memengaruhi likuiditas dan biaya pinjaman, yang pada gilirannya berdampak pada kinerja perusahaan dan pasar saham.

Aksi Jual Investor Asing Menekan IHSG

Di pasar domestik, IHSG mengalami tekanan tambahan akibat aksi jual oleh investor asing. Pada Kamis, 27 Februari 2025, tercatat arus keluar modal asing sebesar Rp1,87 triliun di seluruh pasar ekuitas Indonesia. Di pasar reguler, saham-saham perbankan besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri (BMRI) menjadi target utama penjualan, dengan total nilai jual bersih mencapai Rp1,5 triliun.

Aksi jual ini dipicu oleh laporan kinerja keuangan bulanan sektor perbankan yang menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang minimalis, terutama di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kenaikan beban provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai kredit menjadi salah satu faktor utama yang menekan profitabilitas bank.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai prospek pertumbuhan sektor perbankan ke depan, mengingat peran vitalnya dalam perekonomian Indonesia. Penurunan kinerja perbankan dapat berdampak negatif pada likuiditas dan pembiayaan di sektor riil, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

IHSG Tertinggal Dibanding Bursa Asia Tenggara Lainnya

Jika dibandingkan dengan bursa saham di kawasan Asia Tenggara lainnya, performa IHSG pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2025, menunjukkan kinerja yang paling lemah. Sementara bursa lain mengalami penurunan yang relatif moderat, IHSG mencatat penurunan yang lebih tajam, mencerminkan sentimen negatif yang lebih dominan di pasar domestik.

Faktor-faktor seperti aksi jual oleh investor asing, kekhawatiran terhadap kinerja sektor perbankan, serta sentimen negatif dari kebijakan perdagangan global berkontribusi pada pelemahan ini. Selain itu, kurangnya katalis positif dari dalam negeri, seperti data ekonomi yang kuat atau kebijakan pemerintah yang mendukung, turut memperburuk sentimen pasar.

Investor lokal dihadapkan pada dilema, antara mempertahankan posisi mereka di tengah volatilitas pasar atau melakukan reposisi portofolio ke aset yang lebih defensif. Dalam situasi seperti ini, diversifikasi dan manajemen risiko menjadi kunci untuk menjaga nilai investasi.

Strategi Portofolio Defensif di Tengah Ketidakpastian Pasar

Dengan berbagai tekanan yang memengaruhi IHSG, pertimbangan untuk mengadopsi strategi portofolio defensif menjadi relevan bagi investor. Portofolio defensif biasanya terdiri dari aset-aset yang cenderung stabil dan kurang terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi, seperti saham di sektor utilitas, barang konsumsi, atau obligasi pemerintah.

Langkah pertama dalam membentuk portofolio defensif adalah mengidentifikasi aset-aset yang memiliki volatilitas rendah dan menawarkan dividen atau imbal hasil yang konsisten. Selain itu, diversifikasi lintas sektor dan instrumen investasi dapat membantu meminimalkan risiko kerugian.

Namun, penting bagi investor untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan ekonomi serta kebijakan yang dapat memengaruhi pasar. Konsultasi dengan penasihat keuangan atau melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan investasi adalah langkah bijak untuk memastikan strategi yang diambil sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik

Q: Apa yang menyebabkan IHSG melemah hari ini?

A: IHSG melemah akibat kombinasi faktor eksternal dan internal. Dari luar negeri, kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS yang tetap berlaku mulai 4 Maret 2025 menekan sentimen pasar global. Dari dalam negeri, aksi jual investor asing yang mencapai Rp1,87 triliun, terutama di sektor perbankan, turut memperberat tekanan pada indeks saham.

Q: Apakah pelemahan IHSG ini hanya sementara?

A: Sulit untuk memprediksi secara pasti, tetapi pelemahan IHSG sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan global, arus modal asing, serta laporan kinerja keuangan emiten domestik. Jika sentimen global membaik dan investor kembali masuk ke pasar, IHSG berpotensi mengalami rebound.

Q: Apa yang dimaksud dengan strategi portofolio defensif?

A: Strategi portofolio defensif adalah pendekatan investasi yang bertujuan untuk mengurangi risiko dan volatilitas dengan berfokus pada aset yang lebih stabil, seperti saham di sektor barang konsumsi, utilitas, atau obligasi. Strategi ini sering digunakan saat pasar sedang mengalami ketidakpastian.

Q: Apakah saat ini waktu yang tepat untuk membeli saham?

A: Keputusan untuk membeli saham tergantung pada tujuan investasi masing-masing investor. Jika memiliki perspektif jangka panjang dan mampu menahan volatilitas jangka pendek, pelemahan IHSG bisa menjadi peluang untuk membeli saham berkualitas dengan harga lebih murah. Namun, jika ingin menghindari risiko tinggi, pendekatan portofolio defensif bisa menjadi pilihan.

Q: Bagaimana cara mengetahui saham defensif yang cocok untuk investasi?

A: Saham defensif biasanya berasal dari sektor yang memiliki permintaan stabil, seperti barang konsumsi (consumer goods), kesehatan, dan utilitas. Investor dapat mengevaluasi fundamental perusahaan, rasio price-to-earnings (P/E), serta sejarah dividen untuk menentukan saham defensif yang sesuai dengan strategi investasi mereka.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|