Liputan6.com, Jakarta Pada peringatan Hari Bhayangkara ke-79 yang berlangsung khidmat dan meriah di Monas, 1 Juli 2025 lalu, Ketua DPR RI Puan Maharani menarik perhatian publik lewat busana kebaya modern yang ia kenakan. Penampilannya bukan sekadar estetika, tetapi juga simbol kuat tentang peran perempuan dalam panggung kepemimpinan nasional. Ia tampil dalam balutan busana bernuansa mustard yang kontras namun tetap harmonis dengan suasana resmi dan penuh penghormatan tersebut.
Sosoknya memang selalu tampil tegas, dan relevan dengan busana yang dikenakan termasuk saat bertemu dengan Presiden RI, Prabowo Subianto. Dari foto-foto yang beredar di media sosial pribadinya @puanmahariri, terlihat bahwa pilihan busana ini dipersiapkan dengan sangat cermat, mulai dari kebaya panjang, aksesori serupa selendang batik geometris, dan bawahan batik lilit klasik sebagai penyempurna momentum kenegaraan tersebut. Agaknya, busana Puan Maharani ini bisa jadi inspirasi banyak perempuan untuk menunjang penampilan yang aktif di kegiatan sehari-hari. Simak ulasannya, dirangkum Liputan6 selengkapnya untuk Anda, Kamis (3/7).
1. Kebaya Modern Berpotongan Panjang Mustard Tua Jadi Gambaran Keanggunan Sekaligus Ketegasannya
Dilansir dari unggahan di Instagram pribadinya, pilihan warna mustard tua yang dikenakan Puan mencerminkan keseimbangan antara kelembutan dan kekuatan karakter. Warna ini secara psikologis menampilkan energi hangat dan ketegasan, sehingga menjadi pilihan yang ideal dalam momen kenegaraan yang sarat makna seperti Hari Bhayangkara. Potongan panjang kebaya yang menutupi hingga ke betis memberikan kesan formal dan elegan, sekaligus mempertegas posisi Puan sebagai tokoh nasional.
Desain kebaya tersebut tidak terjebak dalam gaya tradisional yang kaku. Justru, siluetnya dibuat modern dengan kerah terbuka dan bagian depan tanpa banyak ornamen. Ini memberikan kebebasan gerak sekaligus menjauhkan dari kesan berlebihan. Kesederhanaannya justru menjadi kekuatan tersendiri dalam menyampaikan pesan kesantunan dan kekuasaan.
Potongan lurus dan clean-cut tersebut juga memberi efek visual tegas tanpa harus terlihat dominan. Saat berdampingan dengan tokoh-tokoh penting seperti Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri, Puan terlihat selaras namun tetap tegas secara elegan. Ini menjadikan busana tersebut bukan hanya pakaian, tapi juga simbol kepribadiannya.
2. Motif Selendang Batik Geometris yang Menyatu dengan Kebaya
Aksesori serupa selendang yang melekat di busananya menjadi elemen visual penting yang melengkapi kebaya mustard Puan. Dengan motif batik geometris berwarna dasar hijau, hitam, dan krem, selendang ini menyatu harmonis dengan keseluruhan busana. Motif geometris yang tegas menggambarkan keteraturan, struktur, dan kedisiplinan—nilai-nilai yang sangat berkaitan dengan semangat Hari Bhayangkara.
Pola geometris yang rapi memperlihatkan sisi intelektual dan strategis dalam pemilihan motif. Tidak ada unsur floral feminin yang terlalu dominan, karena tujuannya adalah mencitrakan posisi Puan sebagai pemimpin yang kuat namun tetap menjunjung tinggi budaya lokal.
Posisi selendang yang dijatuhkan ke bahu kanan memperkuat visualisasi karakter yang stabil dan kokoh. Selain itu, permainan warna pada selendang memberikan kedalaman warna terhadap warna mustard utama kebaya, sehingga keseluruhan busana menjadi lebih berlapis dan kaya makna simbolik.
3. Bawahan Kain Batik Lilit Klasik Pertegas Gaya Tradisional yang Modern
Bawahan yang digunakan Puan adalah kain batik lilit dengan motif klasik berwarna senada dengan selendangnya. Gaya lilit ini khas busana perempuan Indonesia yang ingin tetap menjunjung nilai adat dalam konteks modern. Motif batiknya selaras dan tidak mencolok, namun tetap memperlihatkan detail yang halus serta menambah tekstur visual pada tampilan keseluruhan.
Kain batik lilit yang dikenakan mempertegas konsistensi Puan dalam membawa budaya Jawa ke panggung kenegaraan. Dengan memakai kain lilit, ia membangun narasi kuat bahwa tradisi bisa tetap eksis di ruang-ruang modern, termasuk dalam acara militer sekalipun seperti Hari Bhayangkara.
Keterampilan dalam mengombinasikan kebaya modern dan kain batik tradisional ini menunjukkan bahwa busana tidak hanya soal gaya, tapi juga simbol kontinuitas antara masa lalu dan masa kini. Ini menjadi elemen penting dalam komunikasi visual seorang tokoh publik.
4. Sandal Wedges Netral Bertali Simpel Berikan Keseimbangan Elegan dan Praktis
Pada acara HUT Bhayangkara ke-79, Puan Maharani mengenakan alas kaki berupa high heels berwarna nude yang elegan dan netral. Sepatu tersebut memiliki desain terbuka di bagian depan (open toe) yang memperlihatkan sebagian jari kaki, memberikan kesan feminin dan ringan.
Model haknya ramping namun kokoh, mendukung penampilan formal yang tetap nyaman digunakan saat berdiri atau berjalan di acara resmi. Warna nude pada sepatu ini merupakan pilihan yang tepat karena menyatu secara harmonis dengan kebaya mustard yang dikenakannya serta kain bercorak etnik bernuansa hijau dan coklat.
Kombinasi ini menciptakan tampilan yang seimbang dan tidak berlebihan, menjaga fokus tetap pada busana dan aksesori utama. Secara keseluruhan, alas kaki ini tidak hanya menunjang penampilan tetapi juga memperkuat kesan anggun, tegas, dan berwibawa sebagai seorang tokoh publik.
5. Mengapa Busana Ini Cocok untuk Memperingati Hari Bhayangkara?
Busana ini menjadi sangat relevan untuk Hari Bhayangkara karena memadukan nilai-nilai kepemimpinan, nasionalisme, dan budaya. Hari Bhayangkara sebagai momentum refleksi terhadap profesionalitas dan kedekatan Polri dengan rakyat juga direspons secara simbolik oleh Puan melalui pemilihan busana yang penuh makna.
Kebaya mustard yang tegas dan selendang bermotif geometris menunjukkan integritas dan stabilitas. Kain lilit batik mencerminkan akar budaya, sementara sandal wedges menunjukkan bahwa perempuan pemimpin juga punya kebutuhan praktis yang tak bisa dikesampingkan.
Secara keseluruhan, busana ini menyampaikan pesan bahwa perempuan bisa hadir di panggung kekuasaan dengan penuh wibawa dan tanpa kehilangan identitas kulturalnya. Ini menjadikan busana Puan sebagai representasi visual dari semangat Hari Bhayangkara itu sendiri: nasional, modern, dan berkarakter kuat.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik (People Also Ask Google)
1. Apa makna warna mustard dalam busana kebaya Puan Maharani?
Warna mustard mencerminkan ketegasan dan kehangatan, cocok untuk momen kenegaraan yang sakral dan penuh simbolisme.
2. Mengapa motif batik geometris dipilih dalam busana Puan?
Motif geometris menyimbolkan ketertiban dan struktur, sesuai dengan nilai-nilai Hari Bhayangkara tentang kedisiplinan dan profesionalisme.
3. Apa keunggulan kain batik lilit dibanding bawahan biasa dalam acara formal?
Kain lilit memberikan kesan tradisional yang kuat dan fleksibel digunakan dalam acara kenegaraan serta tetap terlihat elegan.
4. Apa pesan yang ingin disampaikan dari penampilan Puan di Hari Bhayangkara?
Pesan visualnya adalah bahwa perempuan bisa memimpin dengan wibawa dan budaya, sekaligus mencerminkan nilai profesionalisme.