Penetapan awal Ramadhan merupakan momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dalam konteks Indonesia, terdapat beberapa pihak yang memiliki otoritas dan metode berbeda dalam menentukan awal bulan suci ini. Tiga pihak utama yang sering menjadi rujukan adalah Muhammadiyah, Pemerintah melalui Kementerian Agama, dan Nahdlatul Ulama (NU). Masing-masing memiliki pendekatan dan pertimbangan tersendiri dalam menetapkan tanggal 1 Ramadhan, yang dapat menghasilkan perbedaan satu atau dua hari dalam pelaksanaannya. Berikut adalah penjelasan mengenai penetapan awal Ramadhan 1446 H menurut ketiga pihak tersebut.
Versi Muhammadiyah
Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Dengan demikian, sahur pertama bagi umat Islam yang mengikuti penetapan Muhammadiyah akan dilakukan pada Jumat malam, 28 Februari menuju Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini berdasarkan metode hisab wujudul hilal, yang berfokus pada perhitungan posisi bulan tanpa memerlukan pengamatan langsung (rukyat).
Metode hisab wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah memastikan bahwa jika hilal sudah berada di atas ufuk, meskipun tidak terlihat, maka keesokan harinya sudah dianggap sebagai awal bulan baru. Dengan metode ini, Muhammadiyah konsisten menetapkan awal Ramadhan lebih dulu dibandingkan dengan pemerintah dan NU.
Puasa Ramadhan versi Muhammadiyah akan berlangsung selama 30 hari penuh, dan Idul Fitri diperkirakan jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama (Kemenag), akan menetapkan awal Ramadhan 1446 H melalui sidang isbat yang dijadwalkan pada 28 Februari 2025. Sidang isbat ini akan mempertimbangkan hasil rukyatul hilal (pengamatan hilal) dan hisab (perhitungan astronomi).
Berdasarkan kalender Hijriah Kemenag, 1 Ramadhan 1446 H diperkirakan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, kepastiannya masih menunggu hasil sidang isbat. Jika hilal terlihat pada 28 Februari 2025, maka 1 Maret 2025 menjadi awal puasa. Jika tidak, awal puasa mungkin diundur menjadi 2 Maret 2025.
Keputusan pemerintah akan diumumkan secara resmi oleh Menteri Agama setelah sidang isbat selesai. Tanggal pasti sahur pertama pun akan diketahui setelah pengumuman tersebut.
Posisi NU
Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyatul hilal bil fi'li, yaitu pengamatan langsung terhadap hilal. Keputusan NU mengenai awal Ramadhan bergantung pada hasil rukyatul hilal pada 28 Februari 2025.
Jika hilal terlihat, NU kemungkinan besar akan menetapkan awal Ramadhan sama dengan pemerintah. Namun, jika hilal tidak terlihat, NU dapat menetapkan awal Ramadhan pada 2 Maret 2025. NU cenderung mengikuti keputusan pemerintah karena sama-sama mengacu pada rukyat.
Dengan demikian, tanggal pasti sahur pertama versi NU juga akan diketahui setelah hasil rukyatul hilal diumumkan.
Perbedaan metode dan hasil penetapan awal Ramadhan antara Muhammadiyah, Pemerintah, dan NU mencerminkan keragaman pemahaman dan pendekatan dalam Islam. Meskipun terdapat perbedaan, semua pihak memiliki tujuan yang sama yaitu memastikan umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan tepat dan khusyuk. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan menjadi cerminan fleksibilitas dan kekayaan tradisi Islam. Yang terpenting adalah bagaimana umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, terlepas dari perbedaan tanggal yang mungkin terjadi.</p>