Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Adha kerap menjadi momen spesial untuk menyantap berbagai olahan daging kurban. Namun, di balik kelezatan sate, gulai, dan tongseng, tersembunyi risiko jika konsumsinya tidak dikendalikan. Dalam waktu singkat, banyak orang mengalami gangguan pencernaan, tekanan darah naik, bahkan gejala peradangan ringan karena asupan daging merah yang berlebihan.
Tubuh sebenarnya memberi sinyal peringatan sejak awal. Gejala-gejala ringan ini sering diabaikan karena dianggap sepele. Padahal, jika dikenali lebih awal, kita bisa segera melakukan penyesuaian pola makan agar tidak berdampak lebih parah.
Penelitian dari The Journal of Nutrition menunjukkan bahwa konsumsi rutin daging merah dalam jumlah besar, khususnya yang tinggi lemak jenuh, berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, metabolik, dan peradangan sistemik.
1. Perut Terasa Begah dan Kembung
Perasaan penuh, sesak, atau perut kembung setelah makan daging kurban berlebihan merupakan gejala umum yang menandakan sistem pencernaan kelebihan beban. Hal ini karena daging mengandung protein dan lemak tinggi yang memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna, terutama jika diolah dengan santan atau digoreng.
Penelitian dari International Journal of Food Science and Technology menyebutkan bahwa konsumsi daging dalam jumlah tinggi tanpa disertai serat dapat memperlambat transit usus dan memicu dispepsia (gangguan cerna) seperti kembung dan perut tidak nyaman.
Menghindari konsumsi daging dalam jumlah besar sekaligus serta memperbanyak makanan berserat seperti sayur rebus atau buah segar dapat membantu meringankan kondisi ini.
2. Mual atau Ingin Muntah
Mual setelah menyantap daging dalam jumlah besar dapat menjadi reaksi tubuh yang tidak mampu mengolah protein dan lemak secara optimal. Hal ini makin berisiko jika pencernaan sudah sensitif atau memiliki masalah seperti gastritis atau tukak lambung.
The Journal of Nutrition mencatat bahwa konsumsi daging merah tinggi lemak, terutama yang diolah secara intensif (seperti digoreng atau dipanggang dengan lemak jenuh), dapat meningkatkan keasaman lambung dan memicu iritasi saluran cerna bagian atas.
Jika tubuh mengalami mual setelah makan, artinya sudah terjadi gangguan dalam keseimbangan enzim pencernaan. Minum air putih hangat dan menghindari konsumsi lanjutan bisa menjadi langkah pertama yang bijak.
3. Sembelit atau Sulit Buang Air Besar
Daging merah tidak memiliki kandungan serat, sehingga jika dikonsumsi tanpa sayuran atau buah akan memperlambat gerakan usus. Hal ini menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan, alias sembelit.
Dalam ulasan literatur oleh Alshahrani et al. (International Journal of Food Science and Technology), disebutkan bahwa diet tinggi daging merah berhubungan dengan waktu transit kolon yang lebih lambat, rendahnya frekuensi buang air besar, dan peningkatan risiko sembelit kronis.
Solusinya adalah memperbanyak konsumsi makanan berserat tinggi setelah menyantap daging, seperti pepaya, sayur bayam, dan air putih minimal 2 liter per hari.
4. Rasa Haus Terus-menerus
Makanan tinggi protein seperti daging merah meningkatkan laju metabolisme nitrogen dan meningkatkan beban ekskresi ginjal. Ini membuat tubuh membutuhkan lebih banyak air untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme, terutama urea.
Menurut The Journal of Nutrition, konsumsi tinggi daging merah mengharuskan tubuh menyesuaikan dengan peningkatan kerja ginjal dan produksi urin. Hal ini yang menyebabkan rasa haus berlebih dan kebutuhan cairan meningkat.
Gejala ini bisa diatasi dengan minum air putih secara teratur, hindari kafein berlebih, dan mengonsumsi buah-buahan dengan kadar air tinggi seperti melon, semangka, atau jeruk.
5. Nyeri Sendi atau Asam Urat Meningkat
Daging merah mengandung purin yang dapat diubah menjadi asam urat dalam tubuh. Ketika dikonsumsi secara berlebihan, kadar asam urat dalam darah bisa melonjak, memicu nyeri sendi mendadak, biasanya di area kaki.
Dalam jurnal yang sama (IJFST), disebutkan bahwa pola konsumsi daging merah secara kronik berhubungan dengan tingginya kadar uric acid dalam darah, yang memicu gangguan metabolik seperti asam urat (gout) dan nyeri inflamasi pada sendi.
Untuk mencegah kekambuhan, sangat penting bagi penderita asam urat untuk menghindari bagian berlemak dan jeroan serta memperbanyak konsumsi air putih agar proses ekskresi asam urat berjalan lancar.
6. Kepala Pusing atau Tekanan Darah Naik
Lemak jenuh dalam daging dapat memicu lonjakan tekanan darah, terutama jika dikonsumsi bersama garam atau bumbu pekat. Reaksi ini paling sering dialami oleh mereka yang memiliki riwayat hipertensi.
Penelitian oleh Zhong et al. di The Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa konsumsi tinggi daging merah, terutama dalam bentuk olahan atau tinggi garam, secara signifikan meningkatkan tekanan darah sistolik dan risiko penyakit jantung.
Gejala seperti pusing, jantung berdebar, atau kepala berat setelah makan daging berlebihan perlu segera ditangani dengan mengurangi konsumsi lemak dan memperbanyak kalium dari sayur dan buah.
7. Bau Mulut Tak Sedap
Kondisi ketosis ringan bisa terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengolah protein dan lemak, tapi kekurangan asupan karbohidrat. Efeknya, napas menjadi berbau tajam karena produksi keton, ditambah fermentasi protein di saluran pencernaan.
International Journal of Food Science and Technology juga mencatat bahwa konsumsi daging merah dalam pola makan rendah karbohidrat dapat meningkatkan bakteri pembentuk senyawa sulfur yang menyebabkan bau mulut dan gangguan pencernaan.
Solusinya adalah menjaga kebersihan mulut, memperbanyak konsumsi buah-buahan segar, dan menyeimbangkan asupan protein dengan karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau roti gandum.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Konsumsi Daging Kurban Berlebihan
1. Berapa porsi daging kurban yang aman dikonsumsi per hari?
100–150 gram per hari untuk orang dewasa sehat, dengan catatan diimbangi serat dan air putih yang cukup.
2. Apa tanda tubuh tidak cocok dengan daging kambing?
Pusing, jantung berdebar, tekanan darah naik, dan wajah kemerahan adalah tanda umum sensitivitas terhadap lemak jenuh daging kambing.
3. Bagaimana menetralkan tubuh setelah konsumsi daging berlebih?
Perbanyak air putih, konsumsi buah dan sayur, kurangi garam, dan lakukan aktivitas ringan seperti jalan kaki.
4. Bolehkah penderita kolesterol tinggi makan daging kurban?
Boleh dalam jumlah kecil, sebaiknya pilih bagian tanpa lemak dan hindari cara masak yang menggunakan santan atau minyak berlebih.'