Waspada Penyakit Gondongan: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

3 days ago 6

Liputan6.com, Jakarta Penyakit gondongan merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus paramyxovirus dan umumnya menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun. Penyakit gondongan ditandai dengan pembengkakan pada kelenjar parotis, sehingga menyebabkan pipi dan rahang penderita tampak membengkak. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, penyakit gondongan perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.

Dalam beberapa dekade terakhir, kasus penyakit gondongan mengalami penurunan signifikan berkat program imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) yang diberikan pada anak-anak. Pemahaman yang baik tentang gejala, cara penularan, dan pengobatan penyakit gondongan dapat membantu dalam penanganan dini dan pencegahan penyebaran virus ke orang lain.

Penyakit gondongan dapat menular dengan mudah melalui percikan air liur atau lendir dari penderita saat batuk, bersin, atau berbicara. Virus penyebab penyakit gondongan juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi. 

Oleh karena itu, berikut ini telah Liputan6.com rangkum cara pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk menurunkan risiko terkena penyakit gondongan serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul, pada Kamis (17/4).

Selama ini, blau atau bulao dipercaya sebagai obat alternatif untuk penyakit gondongan. Namun, dokter meluruskan bahwa klaim tersebut hanyalah mitos atau hoaks.

Apa Itu Penyakit Gondongan?

Gondongan, yang dalam istilah medis disebut parotitis, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dari golongan paramyxovirus. Penyakit ini terutama menyerang kelenjar parotis, yaitu kelenjar yang berfungsi memproduksi air liur yang terletak di bawah telinga pada kedua sisi wajah. Ketika virus menginfeksi kelenjar ini, terjadi peradangan dan pembengkakan yang menyebabkan pipi dan rahang penderita terlihat membesar.

Penyakit gondongan umumnya menyerang anak-anak, terutama yang berusia antara 2 hingga 12 tahun. Meskipun demikian, penyakit ini juga dapat menyerang orang dewasa, dan biasanya memiliki gejala yang lebih parah serta risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak. Salah satu karakteristik utama dari gondongan adalah kemampuannya untuk menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain.

Setelah terinfeksi virus penyebab gondongan, tubuh membutuhkan waktu inkubasi sekitar 12-25 hari sebelum gejala mulai muncul. Selama masa inkubasi ini, virus berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke kelenjar parotis. Menariknya, tidak semua orang yang terinfeksi virus gondongan akan menunjukkan gejala. Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala ringan seperti pilek biasa, sementara yang lainnya bisa mengalami pembengkakan kelenjar parotis yang cukup mencolok.

Penyakit gondongan perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi berbahaya. Pada laki-laki dewasa, gondongan dapat menyebabkan peradangan pada testis (orkitis) yang dalam kasus yang parah dapat mengakibatkan infertilitas. Pada perempuan dewasa, virus dapat menyerang ovarium (ooforitis). Komplikasi lainnya termasuk peradangan pada otak (ensefalitis), peradangan selaput otak (meningitis), peradangan pankreas (pankreatitis), dan bahkan gangguan pendengaran hingga tuli permanen.

Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Gondongan

Penyakit gondongan disebabkan oleh infeksi virus yang termasuk dalam kelompok paramyxovirus. Virus ini sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain melalui berbagai cara. Cara penularan yang paling umum adalah melalui percikan lendir yang keluar saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Ketika seseorang yang sehat menghirup percikan tersebut, virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan kemudian menyebar ke kelenjar parotis.

Selain melalui udara, virus gondongan juga dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita, seperti berciuman atau berbagi peralatan makan dan minum. Bahkan, menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi oleh virus, kemudian menyentuh mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, juga dapat menyebabkan infeksi. Ini menunjukkan betapa mudahnya virus gondongan menyebar di lingkungan yang padat penduduk, seperti sekolah atau pusat penitipan anak.

Penyebaran virus gondongan dapat terjadi melalui beberapa cara:

  • Menghirup percikan lendir saat penderita batuk, bersin, dan berbicara
  • Melakukan kontak langsung dengan penderita, misalnya berciuman
  • Menyentuh benda-benda yang ada di sekitar penderita, lalu menyentuh hidung dan mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
  • Berbagi alat makan dan minum dengan penderita

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit gondongan. Faktor risiko utama adalah tidak mendapatkan vaksin MMR, yang memberikan perlindungan terhadap penyakit campak, gondongan, dan rubella. Anak-anak yang tidak divaksinasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi ketika terjadi wabah gondongan di komunitas mereka. Selain itu, usia juga menjadi faktor risiko, dengan anak-anak berusia 2-12 tahun menjadi kelompok yang paling rentan.

Faktor risiko lainnya termasuk memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV/AIDS atau orang yang sedang menjalani pengobatan yang menekan sistem imun, seperti kemoterapi atau penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang. Tinggal atau bepergian ke daerah dengan angka kejadian gondongan yang tinggi juga meningkatkan risiko terinfeksi. Dalam lingkungan yang padat seperti sekolah, asrama, atau fasilitas militer, virus dapat menyebar dengan cepat jika ada individu yang terinfeksi.

Faktor risiko penyakit gondongan meliputi:

  • Belum mendapat vaksin MMR untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan rubella
  • Berusia 2-12 tahun
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya akibat menderita HIV/AIDS, menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka panjang, atau sedang dalam pengobatan kemoterapi
  • Tinggal atau bepergian ke daerah yang memiliki banyak kasus gondongan

Gejala dan Tanda Penyakit Gondongan

Gejala penyakit gondongan biasanya muncul setelah masa inkubasi sekitar 12-25 hari sejak seseorang terinfeksi virus. Gejala khas yang paling mudah dikenali adalah pembengkakan pada kelenjar parotis, yang terletak di bawah telinga dan di sepanjang rahang. Pembengkakan ini bisa terjadi pada satu sisi wajah saja (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan seringkali disertai dengan rasa nyeri saat menelan atau mengunyah makanan.

Sebelum pembengkakan muncul, penderita gondongan mungkin mengalami gejala prodromal berupa demam hingga 39°C, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, kelelahan, serta hilangnya nafsu makan. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala infeksi virus pada umumnya dan dapat berlangsung selama beberapa hari sebelum pembengkakan kelenjar parotis menjadi jelas. Mulut kering juga merupakan gejala umum karena peradangan pada kelenjar yang memproduksi air liur.

Berikut adalah beberapa gejala yang akan timbul saat terjadi gondongan:

  • Pipi bengkak, bisa hanya satu sisi atau kedua sisi, akibat pembengkakan kelenjar parotis
  • Nyeri saat mengunyah atau menelan makanan
  • Demam hingga 39°C
  • Mulut kering
  • Sakit kepala
  • Nyeri sendi
  • Nyeri perut
  • Mudah lelah
  • Hilang nafsu makan

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus gondongan akan mengalami gejala yang jelas. Sekitar 30-40% kasus infeksi gondongan bersifat subklinis, yang berarti penderita tidak menunjukkan gejala yang signifikan atau bahkan tidak mengalami gejala sama sekali. Hal ini membuat penyebaran virus menjadi lebih sulit dikendalikan, karena orang yang terinfeksi tanpa gejala tetap dapat menularkan virus kepada orang lain.

Dalam beberapa kasus, gondongan dapat menimbulkan gejala yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis segera. Gejala-gejala ini termasuk sakit kepala yang hebat dan tidak kunjung membaik dengan obat pereda nyeri, kesadaran yang menurun atau pingsan, serta kejang. Gejala-gejala ini dapat menjadi tanda adanya komplikasi serius seperti meningitis atau ensefalitis, yang memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah kerusakan permanen pada sistem saraf.

Segera ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang lebih serius, seperti:

  • Sakit kepala hebat
  • Kesadaran menurun atau pingsan
  • Kejang

Pemeriksaan dan Diagnosis Penyakit Gondongan

Diagnosis penyakit gondongan biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik oleh dokter. Dokter akan memeriksa area pipi dan leher yang membengkak, serta mengamati kondisi tenggorokan dan tonsil (amandel) pasien. Dalam banyak kasus, gejala klinis seperti pembengkakan bilateral pada kelenjar parotis disertai demam sudah cukup untuk mendiagnosis gondongan, terutama jika ada riwayat kontak dengan penderita gondongan atau terjadi wabah di lingkungan sekitar.

Untuk memastikan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Salah satunya adalah tes swab pada pipi bagian dalam (buccal swab), yang dilakukan dengan mengambil sampel dari mukosa pipi menggunakan alat seperti cotton bud. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus penyebab gondongan. Metode deteksi yang digunakan biasanya adalah kultur virus atau Polymerase Chain Reaction (PCR), yang dapat mengidentifikasi materi genetik virus dengan sangat akurat.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

  • Tes swab pada pipi bagian dalam (buccal swab), untuk mendeteksi jenis mikroorganisme yang menyebabkan gondongan
  • Tes darah, untuk mendeteksi infeksi virus dalam darah
  • Tes urine, untuk mengonfirmasi dan mendeteksi penyebaran infeksi ke saluran kemih

Pemeriksaan darah juga sering dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus gondongan. Terdapat dua jenis antibodi yang dapat dideteksi, yaitu IgM dan IgG. Antibodi IgM biasanya muncul pada fase awal infeksi dan menunjukkan infeksi yang sedang berlangsung, sementara antibodi IgG muncul kemudian dan dapat bertahan dalam darah selama bertahun-tahun, menunjukkan infeksi yang pernah terjadi di masa lalu atau kekebalan dari vaksinasi.

Dalam beberapa kasus, terutama jika dicurigai adanya komplikasi pada organ lain, dokter mungkin akan memerintahkan pemeriksaan tambahan. Misalnya, tes urine dapat dilakukan untuk mengonfirmasi dan mendeteksi penyebaran infeksi ke saluran kemih. Jika ada gejala neurologis seperti sakit kepala hebat atau kejang, dokter mungkin akan merekomendasikan pencitraan otak seperti CT scan atau MRI, serta pungsi lumbal (pengambilan cairan otak) untuk memeriksa adanya meningitis atau ensefalitis. Pada pria dengan gejala peradangan testis, ultrasonografi skrotum mungkin diperlukan untuk menilai tingkat kerusakan jaringan.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Gondongan

Penyakit gondongan umumnya merupakan infeksi virus yang sembuh dengan sendirinya (self-limiting). Pada sebagian besar kasus, tubuh dapat melawan infeksi secara alami dalam waktu 1-2 minggu. Oleh karena itu, pengobatan yang diberikan biasanya bersifat simptomatis, yaitu bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul dan membuat penderita merasa lebih nyaman selama proses pemulihan.

Perawatan di rumah merupakan komponen penting dalam penanganan gondongan. Penderita disarankan untuk beristirahat yang cukup dan menghindari aktivitas fisik yang berat sampai gejala mereda. Konsumsi cairan yang adekuat juga sangat penting untuk mencegah dehidrasi, terutama jika penderita mengalami demam. Air putih, jus buah, dan kaldu hangat adalah pilihan yang baik. Penderita juga disarankan untuk mengonsumsi makanan lunak yang tidak memerlukan banyak mengunyah, seperti bubur, sup, yogurt, atau puding, untuk mengurangi rasa sakit saat makan.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan keluhan dan gejala yang muncul saat menderita gondongan adalah:

  • Mencukupkan waktu tidur dan istirahat
  • Memperbanyak minum air putih
  • Mengompres area yang bengkak dengan air hangat atau air dingin guna meredakan rasa sakit
  • Mengonsumsi makanan lunak agar tidak perlu mengunyah terlalu banyak
  • Mengonsumsi pereda demam dan nyeri, seperti ibuprofen dan paracetamol

Untuk meredakan nyeri dan pembengkakan pada kelenjar parotis, kompres hangat atau dingin dapat diterapkan pada area yang bengkak. Beberapa penderita merasa lebih nyaman dengan kompres dingin, sementara yang lain lebih menyukai kompres hangat. Obat pereda nyeri dan penurun demam seperti paracetamol atau ibuprofen juga dapat diberikan sesuai dengan petunjuk dokter. Namun, aspirin tidak direkomendasikan untuk anak-anak karena risiko sindrom Reye, suatu kondisi langka namun serius yang dapat mempengaruhi otak dan hati.

Dalam kasus yang lebih parah atau jika terjadi komplikasi, perawatan medis yang lebih intensif mungkin diperlukan. Misalnya, jika terjadi orkitis (peradangan testis), dokter mungkin akan meresepkan analgesik yang lebih kuat dan menganjurkan penopang skrotum untuk mengurangi ketidaknyamanan. Untuk komplikasi neurologis seperti meningitis atau ensefalitis, perawatan di rumah sakit dengan pengawasan ketat mungkin diperlukan, termasuk pemberian cairan intravena dan pengobatan untuk mengendalikan kejang jika terjadi. Penting untuk diingat bahwa antibiotik tidak efektif melawan infeksi virus, termasuk gondongan, kecuali jika terjadi infeksi bakteri sekunder.

Komplikasi Penyakit Gondongan

Meskipun sebagian besar kasus gondongan sembuh tanpa komplikasi, beberapa penderita dapat mengalami masalah kesehatan serius akibat infeksi virus ini. Komplikasi umumnya lebih sering terjadi pada remaja dan orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. Salah satu komplikasi yang paling umum adalah orkitis, yaitu peradangan pada testis, yang terjadi pada sekitar 20-30% pria pasca-pubertas yang menderita gondongan. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada testis, serta demam. Dalam kasus yang parah, orkitis dapat menyebabkan atrofi testis dan berpotensi mengakibatkan infertilitas, meskipun hal ini jarang terjadi.

Pada wanita, virus gondongan dapat menyebabkan ooforitis (peradangan pada ovarium) dan mastitis (peradangan pada jaringan payudara). Meskipun kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, jarang sekali menyebabkan kerusakan permanen pada organ reproduksi atau mempengaruhi kesuburan. Pankreatitis (peradangan pankreas) juga merupakan komplikasi yang mungkin terjadi, dengan gejala berupa nyeri perut parah, mual, dan muntah. Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan jarang menyebabkan kerusakan jangka panjang pada pankreas.

Komplikasi neurologis, meskipun jarang, dapat menjadi serius. Meningitis virus (peradangan pada selaput otak) terjadi pada sekitar 1-10% kasus gondongan dan ditandai dengan sakit kepala hebat, kaku leher, dan sensitivitas terhadap cahaya. Ensefalitis (peradangan pada jaringan otak) lebih jarang terjadi tetapi lebih serius, dengan gejala seperti kejang, kebingungan, dan bahkan koma. Kedua kondisi ini memerlukan perawatan medis segera untuk mencegah kerusakan permanen pada sistem saraf.

Gangguan pendengaran merupakan komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat gondongan. Virus dapat menyerang saraf pendengaran dan menyebabkan tuli sensorineural, yang biasanya terjadi pada satu telinga saja (unilateral). Gangguan pendengaran dapat bersifat sementara atau permanen, dengan tuli permanen terjadi pada sekitar 1 dari 20.000 kasus gondongan. Komplikasi lainnya termasuk artritis, tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid), miokarditis (peradangan otot jantung), dan nefritis (peradangan ginjal), meskipun semua ini jarang terjadi.

Pencegahan Penyakit Gondongan

Cara paling efektif untuk mencegah penyakit gondongan adalah dengan pemberian vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella). Vaksin ini tidak hanya melindungi dari gondongan, tetapi juga dari penyakit campak dan rubella. Di Indonesia dan banyak negara lain, vaksin MMR termasuk dalam program imunisasi rutin untuk anak-anak. Rekomendasi umumnya adalah memberikan dosis pertama pada usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. Efektivitas vaksin MMR dalam mencegah gondongan mencapai sekitar 88% setelah dua dosis.

Bagi orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin MMR pada masa kanak-kanak atau yang tidak memiliki bukti kekebalan terhadap gondongan, vaksinasi tetap dapat diberikan. Ini terutama direkomendasikan bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar virus, seperti tenaga kesehatan, mahasiswa yang tinggal di asrama, atau orang yang akan bepergian ke daerah dengan prevalensi gondongan yang tinggi. Vaksin MMR umumnya aman, meskipun seperti vaksin lainnya, dapat menyebabkan efek samping ringan seperti demam, ruam, atau nyeri pada tempat suntikan.

Vaksin MMR perlu diberikan pada anak sebanyak dua kali, yaitu:

  • Saat anak berusia 18 bulan
  • Saat anak berusia 5-7 tahun

Namun, jika imunisasi pertama belum sempat dilakukan saat usia 18 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.

Selain vaksinasi, langkah-langkah pencegahan lain juga penting untuk mengurangi risiko penularan gondongan. Praktik kebersihan tangan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah kontak dengan orang yang mungkin terinfeksi, dapat membantu mencegah penyebaran virus. Hindari berbagi peralatan makan, gelas, atau barang pribadi lainnya dengan orang yang terinfeksi atau diduga terinfeksi gondongan.

Pencegahan gondongan juga bisa dilakukan dengan cara berikut:

  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
  • Tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita
  • Menerapkan etika batuk, seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk dan bersin

Bagi penderita gondongan, isolasi diri selama masa infeksi dapat membantu mencegah penyebaran virus ke orang lain. Penderita sebaiknya tidak pergi ke sekolah, tempat kerja, atau tempat umum lainnya selama setidaknya lima hari setelah pembengkakan kelenjar parotis mulai muncul. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu, kemudian buang tisu tersebut dan cuci tangan. Jika tidak ada tisu, batuk atau bersin ke lengan bagian dalam, bukan ke tangan, untuk mengurangi risiko penyebaran virus melalui kontak dengan permukaan yang sering disentuh.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|