7 Faktor yang Membuat Orang Jadi Pelit atau Boros Menurut Ahli, Kamu Termasuk?

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Perbedaan antara orang pelit dan boros bisa sangat mencolok dalam kehidupan sehari-hari. Menurut ahli, orang boros sering menghabiskan uang lebih dari kemampuannya, sedangkan orang pelit cenderung menahan pengeluaran bahkan untuk kebutuhan penting. Contohnya, orang boros bisa terjerat utang kartu kredit, sementara orang pelit tetap memakai sepatu usang meski sudah menyebabkan sakit punggung. 

Baik perilaku pelit maupun boros sebenarnya sama-sama tidak ideal. Ahli menyatakan bahwa keduanya menghadapi kesulitan dalam mengelola keuangan secara sehat. Orang pelit merasa bersalah saat membelanjakan uang, sedangkan orang boros sulit menahan keinginan belanja. 

Dikutip dari Psychologytoday, Penelitian menunjukkan sekitar 20-25 persen populasi tergolong pelit atau boros. Sebagian besar sisanya, sekitar 50-60 persen, berada di tengah-tengah dua ekstrem tersebut. Untuk mengetahui kecenderungan faktor yang kamu alami, bisa menggunakan Skala Pelit-Boros yang dikembangkan oleh profesor pemasaran Scott Rick. 

Jenis kelamin, usia, hingga kepribadian jadi faktor yang membuat seseorang cenderung menjadi pelit atau boros. Berikut selengkapnya dirangkum Liputan6.com, Selasa (29/4/2025).  

Beberapa orang cenderung stres saat kelola uang. Padahal cara sederhana bikin daftar keuangan bisa membantu.

1. Usia Membentuk Kebiasaan Finansial

Orang yang lebih tua ternyata lebih cenderung menjadi pelit dibandingkan boros. Dalam penelitian Rick, rasio orang pelit di atas 70 tahun mencapai lima banding satu dibandingkan orang boros. Hal ini mungkin karena mereka harus hidup dengan pendapatan tetap dan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang. 

Peneliti mencatat bahwa hasil ini bisa juga dipengaruhi oleh perbedaan generasi. "Data dikumpulkan dari berbagai orang, bukan dari waktu ke waktu," kata Rick et al. (2008). Ini menunjukkan bahwa latar belakang generasi turut membentuk perilaku keuangan seseorang.  

2. Orientasi Angka Menentukan Gaya Belanja

 Orang kikir cenderung berpikir lebih matematis saat mengambil keputusan belanja. "Orang yang kita sebut kikir memiliki sudut pandang yang lebih matematis terhadap dunia," ujar Rick.

Mereka lebih fokus pada perhitungan biaya daripada kesenangan yang didapat dari pembelian. Pilihan jurusan kuliah ternyata bisa mencerminkan kecenderungan ini. Mereka yang belajar di bidang STEM seperti teknik atau ilmu komputer cenderung lebih pelit. Sebaliknya, jurusan humaniora dan sosial lebih banyak melahirkan orang boros. 

3. Jenis Kelamin Berpengaruh Tapi Tidak Mutlak

 Penelitian menunjukkan perempuan memiliki peluang hampir sama untuk menjadi pelit atau boros. "Rata-rata, perempuan 20 persen kikir dan 19 persen boros," tulis Rick. Sedangkan laki-laki lebih dominan menjadi pelit dengan rasio 29 persen berbanding 11 persen. 

Meski demikian, faktor gender bukan satu-satunya penentu perilaku keuangan. Latar belakang, kepribadian, dan pengalaman hidup tetap memainkan peran besar. Jadi, baik laki-laki maupun perempuan tetap bisa memiliki kecenderungan ekstrem jika faktor lainnya mendukung. 

4. Luka Finansial di Masa Lalu Membentuk Sikap

 Pengalaman buruk terkait uang di masa lalu bisa memicu perilaku kikir yang ekstrem. "Beberapa orang kikir mengembangkan respons protektif terhadap pengeluaran uang ketika sumber daya keuangan mereka terbatas," jelas Rick.

Rasa takut mengalami kesulitan finansial membuat mereka lebih kaku dalam membelanjakan uang. Meskipun kondisi keuangan membaik, trauma masa lalu sulit dihapuskan. Perasaan waspada terus menghantui saat harus mengeluarkan uang. Mereka lebih memilih menahan diri ketimbang mengambil risiko kembali jatuh ke dalam kesulitan. 

5. Kepribadian Jadi Kunci Sifat Pelit atau Boros

Kepribadian seseorang juga berperan besar menentukan apakah mereka pelit atau boros. "Orang kikir cenderung lebih teliti, pekerja keras, dan tidak mencari kesenangan," tulis Furnham et al. (2022).

Sebaliknya, orang boros lebih terbuka dan mudah bergaul. Orang boros juga diketahui memiliki tingkat ketidaksabaran yang lebih tinggi.

"Orang yang boros tidak terlalu tertarik untuk menunggu hal-hal yang mereka sukai," kata Rick. Keinginan instan inilah yang mendorong mereka sering belanja impulsif.  

6. Biaya Peluang Membebani Orang Pelit

 Orang pelit selalu memikirkan apa yang dikorbankan setiap kali membelanjakan uang. "Mereka melihat label harga, dan mereka berpikir, 'Apa yang akan saya korbankan nanti?'" ungkap Rick.

Fokus mereka bukan hanya pada barang yang dibeli, tapi juga pada alternatif yang harus dilepaskan. Sikap ini membuat mereka sulit menikmati pembelian yang sebenarnya dibutuhkan. Setiap keputusan belanja menjadi beban mental tersendiri. Tidak heran jika orang pelit merasa cemas saat harus mengeluarkan uang, bahkan untuk hal penting.  

7. Generasi Muda vs Generasi Tua dalam Mengelola Uang

Generasi muda dan tua memiliki pola pikir keuangan yang berbeda. Orang muda cenderung lebih optimis tentang penghasilan masa depan sehingga lebih berani belanja.

Sebaliknya, orang tua lebih realistis dan memilih menahan diri karena mengandalkan pendapatan tetap. "Data dapat mencerminkan efek tumbuh dalam berbagai generasi," kata Rick et al. (2008).

Faktor ini menunjukkan bahwa pendidikan finansial dan pengalaman hidup sejak muda sangat berpengaruh. Semakin dini memahami keuangan, semakin bijak seseorang dalam mengelola uang. 

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|