Harga Dollar Hari Ini ke Rupiah 19 April 2025, Pantau Pergerakannya

1 day ago 10

Liputan6.com, Jakarta Harga Dollar hari ini ke Rupiah pada Sabtu 19 April 2025 menjadi perhatian utama bagi pelaku bisnis, investor, dan masyarakat di Indonesia. Nilai tukar ini memengaruhi harga barang impor, biaya perjalanan, hingga stabilitas ekonomi nasional.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dipengaruhi oleh dinamika global dan domestik, seperti kebijakan moneter dan kondisi perdagangan. Dengan mengetahui harga Dollar hari ini ke Rupiah 19 April 2025 bisa mengambil keputusan finansial yang tepat.

Selain itu, anda juga perlu mengetahui faktor perubahan nilai tukar Dollar ke Rupiah. Sebab ada berbagai penyebabnya, mulai dari kekuatan pasar, yakni penawaran dan valuta asing. Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Jum’at (18/4/2025).

Presiden Prabowo Subianto berhasil mendapatkan investasi 18,5 miliar Dollar dari lawatannya ke sejumlah negara. Hal itu Prabowo ungkap usai bertemu dengan Perdana Menteri Inggris.

Nilai Dolar Hari Ini Sabtu 19 April 2025

Berdasarkan pantauan Liputan6.com pada laman resmi BI pukul 14.20 WIB, kurs jual 1 USD hari ini, Sabtu, 19 April sebesar Rp 16.863,85. Sementara itu, untuk kurs beli 1 dollar Amerika berada di level Rp 16.760,78.

Berikut adalah data kurs jual dan kurs beli di sejumlah bank besar Indonesia yang dirangkum oleh Liputan6.com pukul 14.20 WIB sesuai pembaharuan terakhir masing-masing bank. Untuk diketahui, kurs jual adalah nilai tukar yang digunakan jika anda hendak menukarkan rupiah dengan mata uang asing. Sementara kurs beli adalah nilai tukar yang digunakan saat menukarkan mata uang asing dengan rupiah.

1. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Mengutip laman resminya, kurs beli 1 USD di BRI hari ini, Sabtu, 19 April 2025 senilai Rp 16.690,00. Sementara itu, kurs jualnya berada di harga Rp 16.990,00. Informasi ini diambil setelah diperbarui terakhir pada pukul 14.20 WIB.

Untuk lebih jelas, berikut ini rinciannya:

  • Kurs Beli: Rp 16.690,00
  • Kurs Jual: Rp 16.990,00

2. Bank Negara Indonesia (BNI)

Menurut data yang dirilis di laman BNI, kurs beli 1 dollar Amerika hari ini, Sabtu, 19 April 2025 berada di angka Rp 16.725,00. Untuk kurs jual, BNI menetapkan nilai sebesar Rp 16.975,00. Data ini didapatkan setelah pembaruan terakhirnya pada pukul 14.20 WIB.

Untuk lebih jelas, berikut rinciannya:

  • Kurs Beli: Rp 16.725,00
  • Kurs Jual: Rp 16.975,00

3. Bank Mandiri

Mengacu pada informasi dari situs resmi Bank Mandiri, nilai kurs beli rupiah terhadap 1 USD hari ini, Sabtu, 19 April 2025 berada di angka Rp 16.575,00. Sementara itu, kurs jual berada pada posisi Rp 16.925,00.

Nominal ini diambil berdasarkan update terakhirnya pada pukul 11.01 WIB.

  • Kurs Beli: Rp 16.575,00
  • Kurs Jual: Rp 16.925,00

4. Bank Central Asia (BCA)

Sementara itu, disadur dari website resmi BCA, kurs beli rupiah untuk 1 dollar Amerika hari ini, Sabtu, 19 April 2025 ada di angka Rp 16.810,00. Adapun kurs jualnya sebesar 16.840,00. Data ini diambil berdasarkan pembaruan terakhirnya pukul 14.20 WIB.

  • Kurs Beli: Rp 16.675,00
  • Kurs Jual: Rp 16.975,00

Faktor Perubahan Nilai Tukar Dollar ke Rupiah

Perubahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah Indonesia (IDR) pada tahun 2025 dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik. Berikut penjelasan terbaru mengenai faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar tersebut:​

1. Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan Perdagangan Global

Pada 2025 ini, pasar global mengalami guncangan karena meningkatnya tensi geopolitik dan kebijakan proteksionisme yang kembali digaungkan Amerika Serikat. Pemerintah AS di bawah kepemimpinan baru memberlakukan kenaikan tarif impor terhadap barang-barang dari Tiongkok dan Indonesia, yang memicu kekhawatiran pasar atas potensi perang dagang baru.

Tarif impor terhadap produk Tiongkok dinaikkan hingga 104%, sementara barang-barang dari Indonesia terkena tarif sebesar 32%. Kebijakan ini berdampak langsung terhadap neraca perdagangan Indonesia, khususnya karena Tiongkok dan AS merupakan mitra dagang utama. Ketika ekspor menurun dan sentimen global melemah, Rupiah menjadi salah satu mata uang Asia yang paling tertekan.

2. Kebijakan Moneter dan Intervensi Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) telah berupaya keras untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah melalui sejumlah intervensi di pasar keuangan. BI juga mempertahankan suku bunga acuan tetap di angka 5,75%, meskipun inflasi domestik masih dalam batas wajar. Tindakan ini diambil untuk menghindari arus keluar modal asing secara masif. BI juga aktif melakukan pembelian di pasar obligasi negara dan melakukan intervensi langsung di pasar valas guna mengurangi volatilitas.

3. Program Fiskal Pemerintah yang Menimbulkan Kekhawatiran

Pada sisi fiskal, pemerintah Indonesia memperkenalkan beberapa kebijakan populis, seperti program makan siang gratis nasional yang dianggarkan mencapai USD 28 miliar per tahun. Walaupun program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun sebagian investor melihatnya sebagai ancaman terhadap disiplin fiskal jangka panjang.

Akibatnya, persepsi terhadap stabilitas fiskal memburuk dan turut melemahkan kepercayaan terhadap rupiah. Investor asing mulai melakukan capital outflow sebagai reaksi terhadap peningkatan risiko fiskal, sehingga memperbesar tekanan pada nilai tukar.

4. Aliran Modal dan Sentimen Pasar Global

Nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh arus modal asing. Saat terjadi ketidakpastian global, investor cenderung memindahkan dana ke aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi AS (U.S. Treasury), fenomena ini dikenal dengan istilah flight to quality.

Dalam triwulan pertama 2025, tercatat net sell asing mencapai Rp36,5 triliun, khususnya dari pasar obligasi dan saham. Data ini mencerminkan adanya tekanan besar terhadap pasar keuangan domestik, yang berdampak langsung pada fluktuasi nilai tukar.

5. Cadangan Devisa Indonesia dan Kemampuan untuk Menahan Tekanan

Meskipun Indonesia masih memiliki cadangan devisa yang cukup kuat, yakni berada di atas USD 135 miliar per Maret 2025, namun tekanan terhadap rupiah tetap tinggi. Cadangan ini memang memungkinkan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi, tetapi bila ketidakpastian terus berlanjut, maka ketahanan cadangan devisa juga bisa terancam.

Ketahanan ekonomi suatu negara dalam menghadapi volatilitas sangat bergantung pada posisi devisa ini. Semakin besar kebutuhan impor dan utang luar negeri, maka semakin besar pula tekanan terhadap nilai tukar ketika terjadi gejolak global.

6. Performa Ekspor dan Impor Indonesia

Faktor lain yang memengaruhi nilai tukar adalah neraca perdagangan. Jika ekspor Indonesia turun sementara impor naik, maka terjadi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang bisa memperlemah rupiah. Di 2025 ini, ekspor komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mengalami tekanan karena permintaan dari Tiongkok dan India menurun. Pada saat yang sama, kebutuhan impor untuk barang-barang pokok dan energi meningkat karena program-program nasional. Kombinasi ini menciptakan tekanan ganda terhadap posisi neraca pembayaran Indonesia.

7. Perkembangan Inflasi dan Konsumsi Domestik

Meski inflasi dalam negeri masih relatif terkendali di kisaran 2,8%, namun tekanan terhadap daya beli masyarakat meningkat akibat pelemahan rupiah. Ketika nilai tukar melemah, harga barang impor naik, termasuk bahan baku industri dan produk konsumsi. Hal ini dapat memicu inflasi impor (imported inflation) yang berpotensi membuat harga-harga naik di dalam negeri. BI pun harus berhati-hati agar kebijakan moneternya tidak memperburuk konsumsi masyarakat.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|