Ilmuwan Syok, Perut Burung Bunyi 'Kemresek' Akibat Makan 778 Potong Plastik

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Burung laut di Pulau Lord Howe, Australia, ditemukan memiliki perut penuh plastik hingga berbunyi kemresek saat ditekan. Penemuan ini dilakukan oleh tim ilmuwan bulan lalu dalam ekspedisi riset di pulau kecil yang terletak di timur Australia. Mereka menemukan satu anak burung berusia 80 hari mengandung hampir seribu potong plastik dalam tubuhnya.

Pulau Lord Howe dikenal sebagai surga alam yang hampir tak tersentuh, rumah bagi lebih dari 44.000 burung laut jenis puffin atau yang sering disebut burung mutton. Namun, plastik dari lautan telah menyusup hingga ke salah satu tempat paling murni di Bumi ini. Para ilmuwan dibuat terkejut oleh kondisi burung yang tampak sehat dari luar tapi rusak dari dalam.

Dr. Jen Lavers, peneliti yang telah mengamati burung mutton sejak 2008, menyebutkan bahwa plastik bisa terdengar bergesekan di dalam tubuh burung saat ditekan. Ini bukan hanya krisis lingkungan, tapi juga krisis nurani manusia.

“Sekarang ada begitu banyak plastik di dalam tubuh burung sehingga Anda dapat merasakannya di bagian luar hewan tersebut saat masih hidup,” katanya dikutip Liputan6.com dari ABCNews, Kamis (22/5/2025).

 Burung Bunyi Kemresek Bukan Mitos

Ilmuwan menemukan bahwa plastik dalam tubuh burung sudah terlalu banyak hingga menimbulkan bunyi kemresek. “Saat Anda menekan perutnya... Anda mendengar potongan-potongan plastik saling bergesekan,” kata Dr. Jen Lavers. Mereka bahkan merekam suara tersebut sebagai bukti bahwa ini benar-benar terjadi.

Fenomena ini terjadi di Pulau Lord Howe, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan alami. Pulau ini hanya dihuni sekitar 500 orang, tapi menjadi rumah bagi puluhan ribu burung laut. Kenyataan bahwa tempat seindah ini ikut tercemar menunjukkan luasnya masalah plastik.

Burung yang terlihat sehat ternyata menyimpan sampah plastik dalam jumlah ekstrem di dalam tubuhnya. Dr. Lavers menyebutkan bahwa dari luar, burung ini tampak baik-baik saja. Namun saat disentuh, tubuh mereka berbunyi karena kepadatan plastik di dalamnya.

Nyaris 1000 Potong Plastik di Perut Anak Burung

Rekor sebelumnya adalah 403 potong plastik pada 2024, tapi kini jumlah itu terpatahkan. “Dengan sangat sedih saya harus mengatakan bahwa baru kemarin kita memecahkan [rekor] tersebut sebanyak  778 lembar plastik pada anak burung laut berusia 80 hari,” ujar Dr. Lavers. Fakta ini ditemukan hanya dalam satu kunjungan.

Burung ini masih sangat muda, bahkan belum cukup umur untuk terbang jauh. Namun jumlah plastik di tubuhnya sudah melebihi batas nalar. Bayangkan seekor anak burung dengan hampir seperlima berat tubuhnya hanya terdiri dari plastik.

Mosaik plastik dari tubuh burung tersebut jika disusun akan tampak seperti karya seni. Namun ini bukan seni, melainkan gambaran kejamnya krisis limbah dunia. Plastik yang ditemukan mencakup tutup jarum suntik, puntung rokok, hingga komponen perabot rumah.

Burung Mutton Sebagai Alarm Krisis Plastik Global

Dr. Lavers menyebut burung mutton sebagai 'spesies penjaga' terhadap krisis plastik dunia. “Burung-burung ini punya kisah yang sangat penting untuk diceritakan,” katanya. Populasi mereka menurun, dan jumlah plastik yang mereka telan meningkat setiap tahun.

Kasus di Pulau Lord Howe adalah miniatur dari kondisi global yang lebih besar. Plastik dan mikroplastik kini ditemukan di lautan, makanan, bahkan tubuh manusia. Apa yang terjadi pada burung ini mungkin juga terjadi pada hewan lain dan kita.

Pesan dari burung-burung ini jelas: manusia harus bertindak lebih serius. “Burung-burung memberitahu kita bahwa kita perlu berbuat lebih banyak,” ujar Dr. Lavers. Mereka bukan hanya korban, tapi saksi bisu dari kelalaian manusia terhadap lingkungan.

Burung Mutton Dimakan Warga Lokal

Dilansir dari ABC News, Di Pulau Flinders, Tasmania, burung shearwater dikenal sebagai muttonbird telah menjadi bagian penting dari budaya kuliner masyarakat setempat. Daging burung ini memiliki rasa khas yang menggabungkan cita rasa seafood dan ayam. Warga seperti Linden Evans sering mengolahnya dengan cara diasap, sementara Hatch Newman menyimpan stok burung ini di freezer untuk konsumsi sepanjang tahun. Hidangan ini tidak hanya populer di kalangan masyarakat umum, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam bagi komunitas Aborigin setempat. 

Tradisi mengonsumsi muttonbird telah berlangsung selama beberapa generasi di Kepulauan Furneaux. Elder Aunty Dy Summers menyatakan bahwa memasak burung ini dalam berbagai cara seperti kari, panggang, atau bakar di atas bara merupakan bagian dari warisan budaya yang kini dinikmati oleh seluruh komunitas, tidak terbatas pada masyarakat Aborigin saja.

Gwen Bailey, penduduk generasi kelima Pulau Flinders, mengenang masa kecilnya pada 1940-an dan 1950-an saat ikut serta dalam kegiatan "mutton birding", yaitu menangkap anak burung dari liang sarangnya. Di pulau terpencil ini, di mana pasokan makanan masih harus diangkut dengan kapal, muttonbird dan ikan menjadi makanan pokok yang penting untuk kelangsungan hidup. Tradisi ini tidak hanya menyediakan sumber pangan, tetapi juga memperkuat ikatan budaya dan sejarah komunitas setempat.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|