Teknologi Unik! Begini Cara QR Code Mungil Ungkap Perjalanan Lebah Madu

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Teknologi pelacakan makin berkembang di dunia. Salah satu yang merasakan manfaatnya adalah petani lebah madu di Pennsylvania dan New York. Para ilmuwan kini memanfaatkan teknologi unik dengan menempelkan QR Code mungil di tubuh lebah madu untuk melacak kebiasaan mereka mencari makan.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Penn State dengan melibatkan ahli entomologi dan insinyur listrik. Dengan QR Code, mereka dapat mengamati kapan lebah keluar dan kembali ke sarangnya secara otomatis. Teknologi ini memberikan wawasan baru tentang jarak serta durasi perjalanan lebah madu dalam mengumpulkan nektar dan serbuk sari.

Data awal menunjukkan bahwa sebagian besar lebah hanya keluar selama beberapa menit, tetapi ada juga yang menghabiskan lebih dari dua jam di luar sarang. Dengan sistem pemantauan ini, petani lebah bisa memahami pola terbang lebah secara lebih akurat. Teknologi ini juga berpotensi meningkatkan sertifikasi pemeliharaan lebah organik dengan perhitungan zona hijauan yang lebih presisi.

Profesor Margarita López-Uribe dari Penn State menyebut teknologi ini sebagai terobosan dalam penelitian lebah. “Dalam biologi lapangan, kita biasanya hanya mengandalkan pengamatan mata manusia, yang jumlahnya terbatas. Sekarang, kita bisa memanfaatkan mesin untuk mendapatkan data yang jauh lebih akurat,” katanya seperti dikutip Liputan6.com dari Sci Tech Daily, Kamis (6/2/2025). 

Kolektif Lebah menciptakan populasi 1 juta lebah madu di Milan. Proyek Alveari Urbani ini menempatkan sarang lebah di tempat umum.

QR Code Mungil yang Mengubah Studi Perilaku Lebah

Ilmuwan menggunakan QR Code kecil untuk melacak perjalanan lebah madu. Tag ini ditempelkan di punggung lebah tanpa mengganggu aktivitasnya. Setiap kali lebah keluar dan masuk sarang, sistem pencitraan otomatis merekam pergerakan mereka.

Sistem ini membantu mengungkap pola unik dalam pencarian makan lebah madu. Mayoritas lebah hanya keluar dalam waktu singkat, tetapi sebagian kecil bisa berada di luar sarang selama lebih dari dua jam. Dengan teknologi ini, ilmuwan dapat memahami jarak sebenarnya yang ditempuh lebah untuk mengumpulkan nektar.

Profesor López-Uribe menyebut penelitian ini sebagai langkah maju dalam studi lebah madu. “Sebelumnya, kita hanya bisa memperkirakan jarak terbang lebah berdasarkan pengamatan manusia. Sekarang, dengan QR Code ini, kita bisa mendapatkan data yang lebih akurat,” katanya.

Teknologi QR Code dan Implikasinya bagi Petani Lebah

Petani lebah kini memiliki alat baru untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan mereka. Dengan QR Code, mereka bisa mengetahui pola pencarian makan lebah secara lebih rinci. Hal ini memungkinkan mereka menyesuaikan lokasi sarang agar lebih dekat ke sumber makanan alami.

Selain itu, teknologi ini bisa membantu dalam sertifikasi madu organik. Selama ini, batasan zona hijauan untuk lebah organik masih diperdebatkan karena sulit menentukan jarak terbang lebah. Dengan data dari QR Code, petani lebah bisa memberikan bukti konkret tentang area jelajah lebah mereka.

Menurut tim peneliti, sistem ini bisa meningkatkan transparansi dalam industri madu organik. “Selama ini, sulit menentukan apakah lebah benar-benar hanya mencari makan di zona hijauan yang diizinkan. Teknologi ini bisa menjadi solusi bagi petani yang ingin mendapatkan sertifikasi organik,” kata López-Uribe.

Masa Depan Pemantauan Lebah dengan Teknologi Unik

Teknologi QR Code pada lebah madu membuka jalan bagi penelitian lanjutan. Ilmuwan berharap dapat mengembangkan sistem yang lebih canggih dengan kecerdasan buatan. Dengan AI, data yang dikumpulkan bisa diolah lebih cepat untuk memberikan wawasan real-time tentang perilaku lebah.

Selain untuk penelitian akademik, teknologi ini juga bisa diterapkan dalam industri pertanian. Dengan mengetahui pola terbang lebah, petani bisa memahami ekosistem sekitar mereka dengan lebih baik. Hal ini dapat membantu dalam penentuan lokasi ideal untuk tanaman yang bergantung pada penyerbukan lebah.

Menurut Diego Penaloza-Aponte, sistem ini dirancang agar bisa digunakan secara luas. “Kami ingin memastikan teknologi ini bersifat open-source, sehingga siapa pun bisa menggunakannya dan memodifikasinya sesuai kebutuhan mereka,” ujarnya.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|