Liputan6.com, Jakarta Kotagede, sebuah kawasan bersejarah di Yogyakarta, dulunya merupakan ibu kota Kesultanan Mataram Islam yang kaya akan warisan. Wilayah ini menawarkan perpaduan menarik antara sejarah, budaya, dan kuliner yang memukau, menjadikannya destinasi wajib bagi para pelancong. Artikel ini akan memandu Anda melalui berbagai pilihan rekomendasi tempat wisata di Kotagede Jogja, cocok untuk semua jenis wisatawan, mulai dari pecinta sejarah, fotografi, hingga pemburu kuliner.
Tata kota Kotagede dibangun berdasarkan konsep kosmologi Jawa-Islam yang mengacu pada keselarasan, keserasian, dan kesejajaran. Konsep ini dikenal sebagai "Catur Gatra Tunggal", yang mengedepankan empat elemen penting: keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai tempat berkumpul dan budaya, masjid sebagai pusat ibadah, dan pasar sebagai pusat ekonomi.
Dengan menjelajahi Kotagede, Anda tidak hanya akan menemukan bangunan-bangunan tua yang menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga merasakan denyut kehidupan masyarakat lokal yang masih kental dengan tradisi. Jadi simak rekomendasi tempat wisata di Kotagede Jogja berikut ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (31/10/2025).
Pasar Legi Kotagede: Pasar Tertua yang Hidup
Pasar Legi Kotagede merupakan pasar tradisional tertua di Yogyakarta yang telah ada sejak abad ke-16, bahkan konon sudah ada sebelum Kerajaan Mataram Islam. Lokasinya strategis di antara Jalan Mentaok Raya dan Jalan Mondorakan, Kelurahan Purbayan, Kotagede. Pasar ini menjadi pusat aktivitas jual beli warga dan surga kuliner jajanan tradisional langka yang sulit ditemukan di tempat lain.
Sejarahnya dimulai ketika Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede Mataram) membangun pasar ini setelah menerima hadiah tanah di kawasan Mataram dari Sultan Hadiwijaya. Awalnya bernama Sargedhe atau Pasar Gede, kemudian dinamai "Pasar Legi" karena aktivitas transaksi paling ramai terjadi pada hari pasaran Legi menurut kalender Jawa. Pasar ini buka hampir 24 jam dan dapat diakses secara gratis.
Pengunjung dapat berburu berbagai jajanan legendaris seperti Kipo, Kue Kembang Waru, Getuk, Geplak, Jenang Sumsum, Grontol, dan Nasi Jagung. Selain itu, pasar ini juga menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, kain batik, barang-barang dari besi dan tembaga, serta aneka gerabah. Pengalaman berbelanja di Pasar Legi akan membawa Anda menyelami kehidupan lokal yang otentik.
Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede
Kompleks Makam Raja Kotagede atau Pasarean Hastana Kitha Ageng adalah destinasi wisata religi yang kaya sejarah. Terletak di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede, di wilayah Dusun Sayangan, Jagalan, Bantul, kompleks ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi raja-raja Mataram Islam pertama dan kerabat mereka. Arsitektur khasnya menunjukkan kebesaran kerajaan Mataram pada masa itu, dengan total sekitar 627 makam.
Pembangunan kompleks makam ini dilakukan secara bertahap dari tahun 1589 hingga 1606 oleh Panembahan Senopati. Makam ini menyimpan jasad tokoh penting seperti Panembahan Senopati, Mas Jolang (Panembahan Hanyakrawati), Ki Ageng Pemanahan, dan Sultan Hadiwijaya. Pengunjung disarankan datang pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Minggu, namun kompleks ini tutup selama bulan Ramadan.
Pengunjung dapat berziarah, mempelajari sejarah, dan mengagumi arsitektur gapura Paduraksa dengan kusen berukir. Di samping kompleks makam, terdapat pemandian atau sendang yang dibangun sendiri oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati. Penting untuk diperhatikan bahwa peziarah wanita diharuskan menggunakan kain jarik sebatas dada atau kemben tanpa kerudung, sementara laki-laki harus memakai kain jarik dan baju peranakan. Pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar atau memotret di kawasan makam dan harus melepas alas kaki.
Masjid Gedhe Mataram Kotagede
Masjid Gedhe Mataram, yang berada dalam satu kompleks dengan Makam Raja-Raja Mataram di Kelurahan Jagalan, Bantul, adalah masjid tertua di Yogyakarta. Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Jawa, menampilkan akulturasi arsitektur Hindu-Jawa-Islam yang menakjubkan. Pagar bercorak Hindu yang mengelilingi area masjid adalah salah satu bukti nyata dari perpaduan budaya tersebut.
Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1578 dan selesai pada 1587, di era Panembahan Senopati atas saran Sunan Kalijaga. Menariknya, pembangunan melibatkan masyarakat yang saat itu masih menganut agama Hindu dan Buddha, dengan umat Hindu membangun bagian pagar masjid. Masjid ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Situs pada tahun 2007.
Pengunjung dapat beribadah dan mengagumi arsitektur uniknya, seperti atap berbentuk tajug bertingkat dua, gapura yang menyerupai pura, dan bedug kuno berdiameter 1 meter. Masjid ini terbuka setiap hari di luar waktu ibadah wajib, dan tidak dikenakan biaya masuk. Keunikan arsitekturnya menjadikannya daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik pada sejarah dan budaya.
Kampung Wisata Purbayan & Between Two Gates
Kampung Alun-Alun, yang terletak di sisi selatan Pasar Kotagede di Kelurahan Purbayan, menawarkan pengalaman unik di antara dua gerbang. Between Two Gates atau Lawang Pethuk adalah lorong sempit nan estetik yang diapit dua gerbang, di mana rumah-rumah tradisional Jawa (Joglo) masih asli dan terjaga. Suasana di kawasan ini sangat tenang dan asri, cocok untuk menikmati ketenangan.
Istilah "Between Two Gates" berasal dari Tim Peneliti Teknik Arsitektur UGM pada tahun 1986, yang mengidentifikasi kawasan ini sebagai bagian dari "Living Museum" Kotagede. Area ini mempertahankan tata ruang permukiman tradisional Jawa masa lalu, memberikan gambaran otentik tentang kehidupan masyarakat zaman dahulu.
Pengunjung dapat berjalan-jalan menyusuri lorong-lorit sempit, berfoto dengan latar belakang arsitektur Jawa yang autentik, dan berinteraksi dengan warga lokal. Terdapat juga kafe estetik di dalam kawasan ini untuk bersantai. Between Two Gates memiliki jam kunjungan dari pukul 08.00 sampai 18.00 WIB dan dapat diakses secara gratis, namun pengunjung diharapkan menjaga kebersihan dan sopan santun.
Sentra Kerajinan Perak Kotagede
Kotagede telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan perak tradisional, dengan sentra-sentra yang tersebar di sepanjang Jalan Kemasan dan gang-gang sekitarnya. Keahlian pengolahan perak di Kotagede telah ada sejak zaman Mataram dan berkembang pesat, menjadikan wilayah ini identik dengan produk perak berkualitas tinggi. Teknik filigri, yaitu membentuk dengan kawat perak yang tipis, menjadi ciri khas yang membutuhkan ketelitian sangat besar.
Daya tarik utama sentra kerajinan perak ini adalah kesempatan bagi pengunjung untuk melihat langsung proses pembuatan perhiasan perak. Mulai dari pemilihan bahan mentah, proses pengolahan, hingga menjadi produk jadi yang indah, semuanya dapat disaksikan secara langsung. Proses ini menunjukkan dedikasi dan keahlian para pengrajin lokal.
Berbagai macam toko menjajakan perhiasan dan barang-barang perak khas Kotagede yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh. Produk-produk ini tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung nilai seni dan sejarah yang tinggi. Sentra ini umumnya buka pagi hingga sore, dan pengunjung dapat masuk ke showroom secara gratis, meskipun harga produk bervariasi.
Rumah Pesik
Rumah Pesik adalah sebuah rumah kuno mewah di Jalan Mondorakan, dekat Pasar Legi Kotagede, yang memadukan arsitektur khas Jawa dan Eropa. Tampilan tembok luarnya yang berwarna hijau terang sangat menonjol dan menarik perhatian. Rumah ini menyimpan koleksi patung-patung batu besar, kereta kuno, dan barang-barang antik lainnya yang menambah pesonanya.
Dibangun pada tahun 1840 oleh R. Ng. Bahoewinangun, seorang Penewu dan Abdi Dalem Kasultanan Yogyakarta yang juga saudagar kaya, rumah ini kemudian dibeli oleh pengusaha Rudy J. Pesik. Tokoh dunia seperti mantan Presiden Polandia, Lech Walesa, bahkan pernah menginap di sini pada tahun 2010, menunjukkan nilai historis dan kemewahannya.
Pengunjung dapat berkeliling menikmati arsitektur yang megah, berfoto di taman depan rumah dengan patung-patung dan kereta kuno yang digunakan pada masa pemerintahan Pakubuwono X. Di dalam rumah, terdapat koleksi patung, keris, wayang, serta perabotan antik yang memukau. Pengunjung juga bisa bersantai di kafe bernama Kopi Kamu yang berada di samping taman, meskipun jam operasional spesifik dan biaya masuk perlu konfirmasi ulang.
Situs Warungboto (Pesanggrahan Rejawinangun)
Situs Warungboto, atau Pesanggrahan Rejawinangun, terletak di Jalan Veteran No. 77, Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Situs ini adalah sisa-sisa pesanggrahan kerajaan yang memiliki arsitektur mirip dengan Istana Air Tamansari, namun dalam versi yang lebih sederhana. Bangunan ini menampilkan kolam dan arsitektur bata merah yang sangat fotogenik, menjadikannya spot menarik untuk fotografi.
Pesanggrahan Rejawinangun dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II ketika masih menjadi putra mahkota pada periode tahun 1765-1792. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat peristirahatan dan pemandian keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu, situs ini juga berperan sebagai benteng pertahanan dari sisi timur Keraton, menunjukkan nilai strategisnya di masa lalu.
Pengunjung dapat berfoto, bersantai, dan menikmati arsitektur tua yang megah dengan dinding tebal, lorong, pintu, dan jendela berdesain lengkung. Situs ini sangat populer untuk sesi foto pra-pernikahan karena keindahan dan keunikan latar belakangnya. Situs Warungboto buka dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB, dengan biaya masuk gratis namun dikenakan biaya parkir motor Rp 3.000 dan mobil Rp 10.000.
Langgar Dhuwur Jagalan
Langgar Dhuwur Jagalan, yang terletak di Kampung Jagalan, Kotagede, adalah mushola kuno yang dibangun di lantai dua, sesuai dengan namanya "Dhuwur" yang berarti tinggi dalam bahasa Jawa. Bangunan ini menampilkan arsitektur tradisional Jawa yang langka dan memiliki aksen jendela dengan teralis tua yang menjadi daya tarik utama. Keunikan ini menjadikannya salah satu bangunan tradisional yang patut dikunjungi.
Berdasarkan cerita warga setempat, Langgar Dhuwur dulunya banyak tersebar di sekeliling Keraton Mataram Islam, namun kini hanya tersisa dua, yaitu Langgar Dhuwur Boharen dan Jagalan. Bangunan langgar pada awalnya terpisah dari pendapa, kemudian disatukan dengan penambahan dinding, menunjukkan evolusi arsitektur dan fungsi seiring waktu.
Pengunjung dapat mengagumi arsitektur kayu dan tata ruangnya yang unik, serta beribadah di tempat yang penuh sejarah ini. Bagian pengimaman dibuat menjorok 64 cm di atas jalan kampung, memberikan kesan yang menarik. Langgar Dhuwur terbuka untuk umum di luar waktu salat dan dapat diakses secara gratis, menawarkan pengalaman spiritual dan arsitektural yang mendalam.
Sentra Cokelat Monggo
Sentra Cokelat Monggo adalah pabrik cokelat artisan terkenal yang terletak di Jalan Dalem KG III Nomor 978, Purbayan, Kotagede. Tempat ini menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung untuk melihat langsung proses pembuatan cokelat, dari bahan mentah hingga produk jadi. Pengalaman ini tidak hanya menggugah selera tetapi juga memberikan pandangan tentang standar kebersihan dan ketertiban dalam produksi cokelat.
Di Sentra Cokelat Monggo, pengunjung dapat menyaksikan setiap tahapan pembuatan cokelat secara transparan. Proses ini edukatif dan menarik, terutama bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang seni pembuatan cokelat. Ini adalah kesempatan langka untuk melihat bagaimana cokelat berkualitas tinggi diproduksi dengan tangan.
Selain menyaksikan proses produksi, Anda juga bisa belajar banyak tentang sejarah cokelat dan membeli berbagai hasil olahan cokelat Monggo sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. Cokelat Monggo dikenal dengan kualitas premium dan varian rasa yang beragam, menjadikannya pilihan sempurna untuk buah tangan. Jam operasional dan harga tiket masuk tidak disebutkan secara spesifik, namun biasanya tempat seperti ini memiliki area penjualan yang selalu terbuka.
Sendang Seliran
Sendang Seliran, sebuah kolam pemandian bersejarah, terletak di selatan kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Mata air ini sering dianggap sebagai sumber air keramat yang diyakini memiliki khasiat penyembuhan bagi kesehatan fisik dan spiritual. Keberadaan sendang ini menambah dimensi spiritual pada kunjungan ke Kotagede.
Pemandian ini memiliki sejarah panjang, dibangun sendiri oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati, tokoh penting dalam sejarah Mataram Islam. Hal ini menunjukkan bahwa sendang ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat pemandian, tetapi juga memiliki nilai historis dan budaya yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Pengunjung dapat menikmati keindahan alam sembari bersantai di sekitar area kolam, merasakan suasana perkampungan yang asri, atau bahkan berendam di air yang sejuk. Sendang ini memiliki dua bagian yang terpisah: Seliran Kakung untuk laki-laki dan Seliran Estri untuk perempuan, menjaga etika dan kenyamanan pengunjung. Jam operasionalnya mengikuti Makam Raja-Raja Mataram Kotagede, dan pengunjung dapat memberikan sumbangan sukarela.
Tembok Ijo Kotagede
Tembok Ijo Kotagede, yang berada di Gang Soka, Purbayan, Kotagede, adalah salah satu spot paling "instagrammable" di kawasan ini. Tembok ini memiliki warna hijau alami yang berasal dari dedaunan rimbun tanaman merambat yang menutupi seluruh permukaannya. Keunikan warna dan tekstur alami ini menjadikannya latar belakang foto yang sangat populer.
Keberadaan pintu tua di bagian tengah temboknya menambah kesan "rustic vintage" yang kuat, menarik para pecinta fotografi dan estetika. Tembok ini sebenarnya merupakan bagian dari salah satu bangunan rumah warga di Kotagede, menunjukkan bagaimana elemen sehari-hari dapat menjadi daya tarik wisata yang unik.
Pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang tembok hijau yang natural dan melakukan eksplorasi fotografi vintage yang kreatif. Tembok Ijo Kotagede terbuka 24 jam, namun disarankan untuk berkunjung pada siang hari untuk mendapatkan pencahayaan terbaik. Akses ke tempat ini gratis, menjadikannya pilihan menarik untuk sesi foto singkat.
Masjid Perak Kotagede
Masjid Perak terletak di Jalan Kemasan, Purbayan, Kotagede, dan memiliki arsitektur yang memukau. Desainnya mirip seperti masjid bergaya Mediterania di Spanyol, dengan dominasi cat putih dan batu hias yang memberikan kesan megah dan elegan. Keunikan arsitektur ini menjadikannya salah satu masjid yang paling estetis di Yogyakarta.
Masjid ini dinamakan Masjid Perak karena pembangunan dan pemeliharaannya berasal dari sumbangsih para perajin dan penjual perak di Kotagede. Hal ini menunjukkan kuatnya ikatan antara komunitas perajin perak dengan kehidupan keagamaan dan sosial di wilayah tersebut, serta rasa memiliki terhadap tempat ibadah ini.
Pengunjung dapat beribadah di masjid yang indah ini, mengagumi arsitektur uniknya, dan berfoto di area dalam masjid dengan tetap menjaga ketenangan dan kesopanan. Masjid Perak terbuka setiap hari di luar waktu sholat wajib, dan tidak dikenakan biaya masuk. Ini adalah tempat yang sempurna untuk merasakan ketenangan spiritual sekaligus menikmati keindahan arsitektur.
Omah UGM (Rumah UGM)
Omah UGM, atau Rumah UGM, terletak di Jalan Tegalsari, Candok, Kotagede, dan merupakan rumah tradisional Jawa hasil restorasi. Setelah gempa Jogja 2006 yang merusak banyak bangunan, rumah ini direstorasi dan kini berfungsi sebagai pusat pelestarian pusaka di Jogja. Ini adalah contoh nyata upaya pelestarian budaya dan arsitektur tradisional Jawa.
Awalnya, rumah ini adalah milik Keluarga Parto Darsono yang hancur akibat gempa 2006. Universitas Gadjah Mada (UGM) kemudian membeli dan membangun kembali rumah tersebut untuk melestarikan budaya lokal rumah tradisional Jawa. Sebagian sisa tembok rumah yang hancur masih dipertahankan sebagai monumen pengingat peristiwa tragis tersebut, memberikan nilai historis yang mendalam.
Pengunjung dapat belajar tentang arsitektur rumah Jawa tradisional, melihat benda-benda kuno yang bernilai seni, dan berfoto di area depan maupun di dalam rumah. Omah UGM menawarkan wawasan tentang bagaimana masyarakat Jawa hidup dan bagaimana arsitektur mereka beradaptasi dengan lingkungan. Jam operasional dan harga tiket tidak disebutkan secara spesifik, namun biasanya tempat seperti ini terbuka untuk umum dengan jadwal tertentu.
Kampung Alun-Alun Kotagede
Kampung Alun-Alun, yang terletak di sisi selatan pusat perekonomian masyarakat Kotagede (Pasar Kotagede) di Kelurahan Purbayan, adalah kompleks permukiman tradisional. Kawasan ini memiliki konsep tata ruang Jawa asli, yang dibentuk oleh dinding-dinding dan gerbang kecil yang mempertemukan gang-gang sempit, menciptakan labirin yang menarik untuk dijelajahi.
Kampung Alun-Alun merupakan bagian integral dari konsep Catur Gatra Tunggal, yang dulunya berfungsi sebagai alun-alun kerajaan Mataram Islam. Hal ini menunjukkan pentingnya kawasan ini dalam struktur pemerintahan dan sosial pada masa lalu. Tata ruangnya mencerminkan filosofi hidup masyarakat Jawa yang mengedepankan kebersamaan dan kekerabatan.
Pengunjung dapat menyusuri gang-gang sempit yang unik, melihat aktivitas warga sehari-hari, dan memahami tata kota tradisional Jawa yang masih terjaga. Lorong-lorong sempit ini juga memiliki fungsi sosial yang unik, mencerminkan sistem kekerabatan yang kuat antarwarga. Kampung ini terbuka sepanjang hari dan dapat diakses secara gratis, memberikan pengalaman imersif ke dalam kehidupan lokal.
Rumah Kalang (Ndalem Natan)
Rumah Kalang, seperti Ndalem Natan (dibangun 1857, direnovasi 1927), dapat ditemukan di Kotagede dan memiliki arsitektur yang sangat khas. Bangunan-bangunan ini menampilkan perpaduan antara gaya Eropa dan Jawa yang memberikan kesan elegan dan mewah. Arsitektur ini mencerminkan status sosial dan kekayaan pemiliknya di masa lalu.
Rumah Kalang adalah tempat tinggal orang Kalang, yaitu orang Jawa keturunan Jaka Sasana (ahli ukir asal Bali) dengan Putri Ambarlulung (saudara perempuan Sultan Agung). Kata 'Kalang' berarti pagar atau batas, karena orang Kalang dikumpulkan pada suatu tempat dan dipagari pada masa pemerintahan Sultan Agung. Sejarah ini memberikan konteks unik pada arsitektur rumah-rumah tersebut.
Pengunjung dapat mengagumi arsitektur kolonial yang megah, belajar sejarah masyarakat Kalang yang menarik, dan melakukan fotografi arsitektur. Rumah Kalang menawarkan wawasan tentang bagaimana kelompok masyarakat tertentu hidup dan beradaptasi dalam konteks budaya Jawa. Jam operasional dan harga tiket tidak disebutkan secara spesifik, namun beberapa rumah mungkin bisa diakses dengan izin khusus.
FAQ
Q: Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Kotagede?
A: Waktu terbaik adalah pagi atau sore hari untuk menghindari panas. Kunjungi pada hari pasaran Legi untuk merasakan Pasar Legi yang paling ramai.
Q: Apa saja oleh-oleh khas yang bisa dibeli di Kotagede?
A: Kerajinan perak adalah oleh-oleh utama. Jajanan pasar seperti Kipo, Geplak, dan Jenang Sumsum dari Pasar Legi juga sangat ikonik.
Q: Bagaimana tata krama yang harus diperhatikan saat berkunjung?
A: Pengunjung diharapkan berperilaku sopan dan santun, serta berpakaian rapi. Khususnya di Makam Raja Mataram, wajib mengenakan pakaian adat dan tidak diperbolehkan memotret.
Q: Apakah area Kotagede mudah diakses dengan kendaraan roda empat?
A: Beberapa jalan utama bisa dilalui mobil, namun untuk gang-gang sempit seperti Kampung Purbayan, disarankan berjalan kaki atau menggunakan sepeda/motor.
Q: Berapa lama waktu ideal untuk mengeksplor Kotagede?
A: Minimal 1 hari penuh untuk menikmati semua spot utama. Jika terbatas, 4-5 jam untuk mengunjungi 5-6 tempat wisata utama.

 9 hours ago
                                4
                        9 hours ago
                                4
                    :strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399028/original/092705400_1761902993-mike.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399109/original/083693500_1761905828-ruang_makan_minimalis.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396904/original/014962500_1761795385-Mobile_Legend_Zhask.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395914/original/007554900_1761720983-The_Grand_Palace_Bangkok.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399161/original/055611200_1761908237-Film_Lilo___Stich.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379482/original/027325000_1760347624-Artboard_1_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399086/original/023433500_1761904098-model_rumah_mungil_penuh_kesan__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5361596/original/000746300_1758788384-eliano.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5259232/original/049384200_1750417609-woman-happy-coat-winter-outside-park.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398900/original/045791800_1761899937-ruang_tamu_sempit_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398816/original/006295000_1761897945-peter_2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399006/original/056939200_1761902164-desain_teras_rumah_luas__10_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/4941363/original/019442900_1725973307-20240910BL_Indonesia_vs_Australia-1001_2.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398700/original/071963900_1761894417-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5375732/original/001441600_1759981337-Rumah_Tropis_Compact_dengan_Ventilasi_Alami.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5397950/original/038821300_1761822732-PSIM_Yogyakarta_Vs_Persik_Kediri_-_ilustrasi_prediksi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5398886/original/013158700_1761899770-ide_halaman_belakang_dengan_kolam_renang.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3591558/original/062149200_1633317103-elephant-g6818d9a93_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/4282620/original/006504300_1672912854-20230105BL_Official_Training_Timnas_Vietnam_Menjelang_Laga_Semifinal_Piala_AFF_2022_Melawan_Timnas_Indonesia_8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5399067/original/063442400_1761903758-unnamed_-_2025-10-31T163157.604.jpg)










:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5001271/original/045738300_1731378312-page.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5289991/original/061477600_1753085725-Gemini_Generated_Image_hgzf0thgzf0thgzf.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4749488/original/094430200_1708534731-6_Pesona_Mas-mas_Jawa_Jerman_Nicholas_Saputra_dalam_Balutan_Beskap_Berbagai_Warna__3_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5220644/original/004832500_1747287774-aeb56d42-4478-4a01-a97d-5ee3a126af88.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5314799/original/018068700_1755141741-Screenshot_2025-08-14_101821.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5228890/original/025290300_1747898841-ChatGPT_Image_May_22__2025__02_14_51_PM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5317791/original/081125900_1755406322-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5242066/original/071485000_1749018440-ChatGPT_Image_Jun_4__2025__01_21_11_PM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5273218/original/020453100_1751614932-Gemini_Generated_Image_9vo1zf9vo1zf9vo1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5276199/original/074465500_1751948018-8a81dda3-c1ba-4021-9d70-3c76e8c6fa8d.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285310/original/033743300_1752665837-Gemini_Generated_Image_a1nddra1nddra1nd.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4564494/original/078078100_1693916156-sirih_cina.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5201001/original/057882900_1745807636-Gambar_WhatsApp_2025-04-28_pukul_09.16.41_423b940f.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5133457/original/023305200_1739538823-IMG_1646.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282686/original/033065400_1752481455-Gemini_Generated_Image_ot0mgqot0mgqot0m.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5281448/original/001938100_1752387209-beautiful-lavender-field-background.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5334979/original/059504200_1756784179-GzxouSHXoAArNji.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267671/original/064861200_1751162905-ChatGPT_Image_Jun_29__2025__09_04_57_AM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3243956/original/072932600_1600665128-photo-1493894473891-10fc1e5dbd22__2_.jpg)