37 Puisi Tentang Ibu dari Penyair Terbaik Sepanjang Masa

1 week ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Puisi tentang ibu selalu berhasil membawa kehangatan ke dalam sanubari pembacanya. Keindahan bahasa yang dipilih dalam syair ibu oleh para penyair terbaik sepanjang masa, tak pernah gagal merangkul hati penikmatnya.

Ada beragam tema dalam deretan puisi tentang ibu yang akan diulas kali ini. Mulai dari tema rindu, kebahagiaan, kesedihan, harapan, rasa bersalah, rasa syukur, dan masih banyak lagi lainnya.

Berikut Liputan6.com ulas puisi tentang ibu yang dimaksudkan.

Puisi Tentang Ibu

1. Ibu puisi karya D. Zawawi Imron

Puisi tentang ibu ini menggambarkan perasaan anak-anak yang sedang berjuang di tanah rantau.

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau

Sumur-sumur kering, daun pun gugur bersama reranting

Hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

Bila aku merantau

Sedap kopyor dan ronta kenakalanku

Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari kerinduan

Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku

Dan ibulah yang meletakkan aku di sini

Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi

Aku mengangguk meskipun kurang mengerti

Bila kasihmu ibarat samudera

Sempit lautan teduh

Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri

Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

Lantaran aku tahu

Engkau ibu dan aku anakmu

2. Ibuku Dehulu puisi karya Amir Hamzah

Puisi yang menggambarkan situasi ketika ibu sedang marah, tetapi terkenang dan bikin rindu.

Ibuku dehulu marah padaku

diam ia tiada berkata

akupun lalu merajuk pilu

tiada peduli apa terjadi

matanya terus mengawas daku

walaupun bibirnya tiada bergerak

mukanya masam menahan sedan

hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati

menurutkan setan, mengkacau-balau

jurang celaka terpandang di muka

kusongsong juga - biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku

dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka

sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau

ibu, bapa, kekasih pula

berpadu satu dalam dirimu

mengawas daku dalam dunia.

3. Jendela puisi karya Joko Pinurbo

Menggambarkan bagaimana sosok ibu tampak di mata anak-anaknya ketika dewasa.

Di jendela tercinta ia duduk-duduk

bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.

Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi

dan setiap mereka ayunkan kaki

tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.

Mereka memandang takjub ke seberang,

melihat bulan menggelinding di gigir tebing,

meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....

Sesaat mereka membisu.

Gigil malam mencengkeram bahu.

"Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr

dalam tidurmu yang pasrah, Bu."

"Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,"

timpal si ibu sembari memungut sehelai angin

yang terselip di leher baju.

Di rumah itu mereka tinggal berdua.

Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.

Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.

"Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama."

"Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?

Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma."

Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang

dan membiarkan jendela tetap terbuka.

Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,

menerangi tidur mereka yang bersahaja

seperti doa yang tak banyak meminta.

4. Ibu puisi karya Chairil Anwar

Gambaran ketika ibu memberi nasihat dan bagaimana anak meresponnya ditunjukkan dalam puisi karya Chairil Anwar ini.

Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu

Katanya supaya aku pandai

Ibu....

Pernah aku merajuk

Katanya aku manja

Pernah aku melawan

Katanya aku degil

Pernah aku menangis

Katanya aku lemah

Ibu....

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku bangun dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

Dan bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun....

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir di pipimu

Begitu kuatnya dirimu....

Ibu....

Aku sayang padamu....

Tuhanku....

Aku bermohon padaMu

Sejahterakanlah dia

Selamanya....

5. Ibu puisi karya Kahlil Gibran

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.

Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.

Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.

Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.

Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.

Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.

6. Alamat Ibu, puisi tentang ibu karya Isbedy Stiawan ZS

Jika aku jauh berjalan

dan lupa rumah ibu

maka selalu kuingat

pohon yang kau tanam

di depan rumah sebelah kanan

meski kumaklumi

tak setiap waktu

pohon itu berbunga

dan berbuah

aku akan menandainya

dengan mencecap rasa

atau berteduh di bawahnya

menghitung daun yang gugur

mengingat uzur

matahari selepas zuhur

jika kau laut

aku sudah seberangi

dalamnya, dan meliwati

pulaupulau-benuabenua

meski aku maklum

tak setiap waktu

aku bisa lelap

dalam ombakmu

dan berlayar...

aku akan menerimanya

seperti kurindu cintamu

yang merekatkan layar

ke lambung perahu ini

bagiku menitipkan usia

di telapak kakimu

muara surga

jika aku jauh berjalan

lupa pulang ke hatimu

tempat pohonpohon berbunga

dan laut tumbuhkan benua

tetaplah senyummu melambai

sebagai mercusuar

bagi para pelayar

maka aku tak pernah tersasar

karena sejauh anak pergi

dan lalai jalan pulang

kau akan mengingatkan

perantau agar kembali

demikian ibu

selalu mencahayakan

alamat.

7. Bunda Air Mata puisi karya Emha Ainun Najib

Ibu menjadi sosok yang digambarkan perasa terhadap anaknya. Sosok yang pasti merasa sedih ketika anaknya sedih. Ibu akan merasakan sakit ketika anaknya sakit. Itulah gambarkan sosok ibu yang ingin ditunjukkan oleh Emha Ainun Najib.

Kalau engkau menangis

Ibundamu yang meneteskan air mata

Dan Tuhan yang akan mengusapnya

Kalau engkau bersedih

Ibundamu yang kesakitan

Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan

Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu

Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu

Kalau Ibundamu menangis,

para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya

Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda

membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu

Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci

sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu

8. Ibu, puisi tentang ibu karya KH. Mustofa Bisri

Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama

Kaulah Kawah darimana aku meluncur dengan perkasa

Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa

gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam

mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku

telaga tempatku bermain berenang dan menyalam

Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku

Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku

mencari jejak sorga di telapak kakimu

9. Sajak Ibunda puisi karya W.S. Rendra

Ibu digambarkan sebagai sosok penyempurna dalam kehidupan oleh W.S. Rendra.

Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan.

Istri adalah makanan utama.

Pacar adalah lauk-pauk.

Dan Ibu adalah pelengkap sempurna

kenduri besar kehidupan.

Wajahnya adalah langit senja kala.

Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.

Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.

Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.

Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.

Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.

Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,

aku pun ingat kamu juga punya ibu.

Aku jabat tanganmu,

aku peluk kamu di dalam persahabatan.

Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,

agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing

yang selalu, bagai bumi, air dan langit,

membela kita dengan kewajaran.

Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.

Demikian pula koruptor, tiran, fasis,

wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,

mereka pun punya ibu.

Macam manakah ibu mereka?

Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?

Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?

Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:

"Ibu aku telah menjadi antek modal asing;

yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat,

lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,

sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah.

Kini aku kaya.

Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung

bakal kuburanmu nanti."

Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.

Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya

tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?

Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?

Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?

Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?

Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?

Mungkinkah seorang ibu akan berkata:

"Nak, jangan lupa bawa jaketmu.

Jagalah dadamu terhadap hawa malam.

Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.

O, ya, kalau nanti dapat amplop,

tolong belikan aku udang goreng."

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.

Kamu adalah tugu kehidupanku,

yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.

Kamu adalah Indonesia Raya.

Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.

Kamu adalah hutan di sekitar telaga.

Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.

Kamu adalah kidung rakyat jelata.

Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.

10. Ibu puisi karya Sapardi Djoko Damono

Puisi karya Sapardi Djoko Damono ini menjadi pengingat semua anak, baik yang tinggal dekat dengan ibu maupun jauh. Sosok yang akan selalu merasa kesepian saat ditinggal oleh suaminya.

Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua.

Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku

Ayah sudah meninggal,

ia dikuburkan di sebuah makam tua di kampung itu juga,

beberapa langkah saja dari rumah kami.

Dulu Ibu sering pergi sendirian ke makam,

menyapu sampah, dan kadang-kadang, menebarkan beberapa kuntum bunga.

"Ayahmu bukan pemimpi," katanya yakin meskipun tidak berapi-api,

"ia tahu benar apa yang terjadi."

Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,

Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah utara kota.

Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka mengingatkanku untuk menengok makam ayah, mengirim doa.

Ibu sudah tua, tentu lebih mudah mengirim doa dari rumah saja.

"Ayahmu dulu sangat sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah mempercayai segala yang dikatakannya."

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil menengok ke luar jendela pesawat udara, sering kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega.

Aku berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan terbang dari mega ke mega

dan tidak mondar-mandir dari dapur ke tempat tidur,

memberi makan dan menyusui anak-anaknya.

"Sungguh, dulu ayahmu sangat sayang padamu," kata Ibu selalu,

"meskipun sering dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami igauan-igauanmu."

11. Ibu, puisi tentang ibu karya Lola Ridge

Lola Ridge menggambarkan cinta seorang ibu dalam puisinya.

Cintamu bagaikan cahaya bulan

yang mengubah hal-hal kasar menjadi keindahan,

sehingga jiwa-jiwa kecil

yang masam saling memantulkan secara miring

seperti di cermin yang retak. . .

melihat dalam rohmu yang bercahaya

pantulan mereka sendiri,

berubah rupa seperti aliran air yang bersinar,

dan mencintaimu apa adanya.

Kamu bukanlah gambaran dalam pikiranku,

melainkan sebuah kilau.

Aku melihatmu dalam kilauan

pucat seperti cahaya bintang di dinding abu-abu. . .

cepat berlalu dari ingatan bagaikan pantulan angsa putih

yang berkilauan di air pecah.

12. Cinta Seorang Ibu, puisi tentang ibu karya Helen Steiner

Cinta seorang Ibu adalah sesuatu yang berarti

yang tidak ada yang bisa menjelaskan

Cinta seorang Ibu terbuat dari pengabdian yang mendalam

dan pengorbanan dari rasa sakit,

Cinta seorang Ibu tidak ada habisnya dan tidak egois

dan bertahan apa pun yang terjadi,

Karena tidak ada yang bisa menghancurkannya

atau mengambil cinta itu pergi,

Cinta seorang Ibu sabar dan pemaaf

ketika semua orang lain meninggalkan,

Dan cinta seorang Ibu tidak pernah gagal atau terputus-putus

meski hati sedang patah,

Dan cinta seorang Ibu bersinar dengan segala keindahannya

dari permata yang paling langka dan paling cemerlang,

Ini jauh melampaui definisi,

Cinta seorang Ibu menentang semua penjelasan,

Dan itu masih menjadi rahasia

seperti misteri penciptaan,

Banyak keajaiban yang luar biasa

manusia tidak bisa mengerti

Dan bukti menakjubkan lainnya

dari tangan penuntun Tuhan yang lembut.

13. Cuma Ibu yang Tahu, puisi tentang ibu karya Khofifah Indar Parawansa

Perjuangan seorang ibu merawat anak bayinya. Khofifah ingin menunjukkan gambaran sesungguhnya bagaimana ibu merasakan kesulitan dan kepayahan.

Saat Ibu baru saja memejamkan mata

pecahlah tangisan si kecil dengan nyaringnya

dalam keadaan mengantuk, anak pun harus digendong sepenuh cinta

Bagaimana rasanya?

Cuma Ibu yang tahu rasanya

Saat lapar melanda, terbayang makanan enak di atas meja

ketika suapan pertama, anak pup dicelana

Bagaimana rasanya?

Cuma Ibu yang tahu rasanya

Saat badan sudah lelah tak ada tenaga

ingin segera mandi menghilangkan penat yang ada

mumpung anak-anak sedang anteng di kamarnya

Belum sempat sabunan, anak sudah nangis berantem rebutan boneka

Kacaulah acara mandi Ibu, langsung handukan walau daki masih menempel di badannya

Bagaimana rasanya?

Cuma Ibu yang tahu rasanya

Saat Ibu ingin beribadah dengan khusuknya

anak-anak mulai mencari perhatian

menarik-narik mukena, mengacak-ngacak lemari baju mumpung lbu tak berdaya

Loncat sana loncat sini, punggung Ibu jadi pelana.

Belum juga beres doa, anak-anak semakin berkuasa

Bagaimana rasanya?

Cuma Ibu yang tahu rasanya

Aaah

Di balik kerepotan itu semua, namun ada jua syurga di dalamnya.

Cuma Ibu yang tahu lezatnya makna senyuman anak yang diberikan

pelukan anak

Ucapan cinta anak yang tampak sederhana di hadapan orang, namun berubah menjadi intan permata dimata Ibu

Itulah mengapa

Saat anak bahagia, Ibu menangis

Anak berprestasi, Ibu menangis

Anak tidur lelap, Ibu menangis

Anak pergi jauh, Ibu menangis

Anak menikah, Ibu menangis

Anak wisuda TK aja, Ibu menangis

Anak tampil dipanggung, Ibu menangis

Aah....

inikah tangis bahagia yang tak akan dapat dimiliki siapapun jua

jika engkau tak mengalaminya sendiri sebagai Ibu

mungkinkah ini bagian dari surga milikNya yang diberikan kepada seluruh Ibu, sebuah cinta yang begitu lezatnya dirasa

Dan akhirnya saya percaya dimana ada kerasnya perjuangan Ibu di dalam rumah

maka disitu akan hadir cahaya surga yang menemani Ibu yang tak kalah indahnya

Jika hari ini engkau menangis karena repotnya mengasuh anak

maka akan ada hari dimana engkau akan tersenyum paling manis karena kebaikan yang hadir bersamanya

Selamat menyambut Hari Ibu esok hari 22 Des

Salam buat seluruh Ibu-Ibu

Dimanapun berada

14. Sajak Ibu puisi karya Wiji Thukul

Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah

Tetapi menangis ketika aku susah

Ibu tak bisa memejamkan mata

Bila adikku tak bisa tidur karena lapar

Ibu akan marah besar

Bila kami merebut jatah makan

Yang bukan hak kami

Ibuku memberi pelajaran keadilan

Dengan kasih sayang

Ketabahan ibuku

Mengubah rasa sayur murah

Jadi sedap

Ibu menangis ketika aku mendapat susah

Ibu menangis ketika aku bahagia

Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda

Ibu menangis ketika adikku keluar penjara

Ibu adalah hati yang rela menerima

Selalu disakiti oleh anak-anaknya

Penuh maaf dan ampun

Kasih sayang ibu

Adalah kilau sinar kegaiban Tuhan

Membangkitkan haru insan

Dengan kebajikan

Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan

15. Ibuku Dehulu puisi karya Amir Hamzah

Ibuku dehulu marah padaku

diam ia tiada berkata aku pun lalu merajuk pilu

tiada peduli apa terjadi matanya terus mengawas daku

walaupun bibirnya tiada bergerak mukanya masam menahan sedan

hatinya pedih kerana lakuku

Terus aku berkesal hati

menurutkan setan, mengkacau-balau

jurang celaka terpandang di muka

kusongsong juga - biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku

dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka

sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau;

ibu, bapa, kekasih pula berpadu satu dalam dirimu

mengawas daku dalam dunia.

Puisi Tentang Ibu Berikutnya

16. Ketika Ibu Pergi puisi karya Handry TM

Karya sastra yang dapat menguras air mata. Gambaran bagaimana situasi yang akan terjadi ketika sosok ibu sudah meninggal dunia.

Ketika ibu pergi, seisi rumah sepi

Kami bertemu di ruang tamu, di dapur,

Di kamar tidur, di ruang aku belajar

Selalu ibu bertanya tentang apa

Yang kudapat hari ini

Ibu adalah teman di mana kami

Saling berbagi, saling memberi

Kami adalah anak-anak yang lahir

Oleh waktu yang keliru

Kadang ibu sering bertanya tentang

Siapa yang kelak terlebih dahulu

Meninggalkan rumah ini:

Ayah terlebih dahulu, ibu kemudian

Ataukah anak-anaknya ?

Hanya air mata yang menetes setiap

Mengingat pertanyaan itu

Membayangkan orang tua pergi

Satu persatu

Tapi tidak berarti seperti itu

Tuhan pun boleh saja memanggil

Kami, anak-anak yang belum lama

Tinggal di dunia untuk menghadap-Nya

Dan kini, ketika ibu pergi

Rumah ini memberi pelajaran besar

Tentang arti kehilangan tadi

Ibu, lekaslah pulang

Aku ingin memelukmu

17. Kekal Abadi puisi karya Ibnu Wahyudi

Oh ibuku sayang,

Kasih sayangmu takkan lekang,

Oleh waktu maupun ruang,

Kan hidup sepanjang zaman.

Ibu,

Kekal abadi namamu,

Terpatri dalam sanubariku,

Tertanam lekat dalam hatiku.

Ibuku tercinta,

Jutaan nasihat yang pernah ada,

Semua pelajaran berharga,

Kan abadi sepanjang masa.

18. Bait Sajak untuk Ibu, puisi tentang ibu karya Kusnan

Puisi untuk seorang ibu dari isi hati anak-anak yang belum sempat berbakti dengan maksimal, gambaran penuh rasa bersalah.

Tetes-tetes darah, keringat, dan air matamu

Cukup sudah menorehkan

Prasasti-prasasti indah di hidupku

Menggenapi di setiap celah ruang dan waktu

Gumam doa tulus nan sederhanamu

Jua, keriput di kening untuk menata asa

Demi anak-anakmu

Telah menjadi saksi

Pada hamparan permadani indah beranda surga

Akhirnya

Maafkan bila belum sempurna baktiku padamu

Saat renta usia menjemputmu... ibu, maafkan kami anak-anakmu

Selamat jalan ibu

Merengkuh jalan panjang menuju haribaan-Nya

Tuhan semesta jagad raya

Yakinlah suatu saat bersama takdir, nanti

Kita akan tersenyum bersama semerbak harum surga

Amin

19. Kesunyian Ibu puisi karya Denza Perdana

Ibu

Dahinya adalah jejak sujud yang panjang

Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya

Derai air mata di pipinya telah mengering

Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga

Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya

Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita

Menjerit saat lelap berkuasa

Berdoa bukan untuk dirinya.

20. Lembut, Sayup, Tua Renta puisi karya Endah Megawati

Endah ingin menunjukkan bahwa sering kali kita berbuat salah kepada sosok ibu, tapi tidak merasa. Dalam puisi ini, detail diksi digambarkan bagaimana bentakan anak begitu menyakitinya.

Kala mata terbuka

Kala hati menitikkan air mata

Kala dunia menghujat dan menghina

Tapi kau akan selalu datang membela

Tak jarang pula aku menyuruhmu tanpa rasa malu

Menambah beban mu yang gak sedikitpun aku bantu

Membentak mu dengan mimik kesal ku

Hanya karena sepasang baju yang belum sempat dilipat untuk sekolahku

Apa harus dengan kehilangan mu aku akan tersadar?

Apa harus dengan membiarkanmu tergeletak di lantai aku akan mengerti?

Apa harus dengan melihat mu tak lagi di sisi aku akan berubah?

Aku tak sanggup lagi, walau hanya menghayal sendiri

21. Cinta Ibu, puisi tentang ibu karya KH A Mustofa Bisri

Seorang ibu mendekap anaknya

Yang durhaka saat sekarat

Air matanya menetes-netes di wajah

Yang gelap dan pucat

Anaknya yang sejak di rahim diharap

Harapkan menjadi cahaya

Setidaknya dalam dirinya

dan berkata anakku jangan risaukan dosa-

Dosamu kepadaku sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.

Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur

dan darah

Terdengar desis mirip upaya sia-sia

Sebelum semuanya terpaku kaku.

22. Kepada Ibu puisi karya Rafina Yumma Syafiqa

Kata ibu, kami sama-sama

Berpeluk di rahimnya

Saat berada di kedua tangannya

Kami sedang berebut susunya

Kami berburu bintang paling terang

Bersama menyusim anak tangga

Memetik kejora

Kemudian kami letakkan di pangkuan ibu

Duh, ibu mengapa kau teteskan air mata haru?

Entah untukku, kau, atau kami

23. Syair untuk Ibu, puisi tentang ibu karya Amelia Zelianti

Ibu setiap rintikkan air matamu

Menyadarkan diriku atas perbuatanku

Pengorbanan yang telah kau berikan untukku

Selalu ku kenang sepanjang hidupku

Di bawah redupnya pelita malam

Ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu

Aku merasakan hati yang penuh ketenangan

Lewat belaian hangat tangan halusmu

Ibu, Kau lah jantung dan hatiku

Darahmu mengalir deras di tubuhku

Semua tentang lukamu terikat di batinku

Kutuliskan syair ini untukmu ibu

Dengan bait yang langsung terhubung denganmu

Dihiasi oleh goresan pena yang indah

Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu

24. Ibu puisi karya Taufiq Ismail

bu

Di balik punggungku

Sinaran harumu

Teramat jai

Nyaris melahirkan

Tak dengar

Dibalik bumi kau, ibu

kuat apa kita bisa?

25. Ibu puisi karya Sapardi Djoko Damono

Ibu,

sepatumu terlalu besar

untuk kaki ku.

Aku tumbuh tembus angin

serta air

seperti halnya cintamu.

26. My Mother puisi karya Hetty Dwi Agustin

My dear mother....

Even though you are not on my side anymore anymore

Even though I can't hug you anymore

Even though I can't touch you anymore

Still I love you, you stay in my heart forever

I always pray after my prayers day by day

I pray for my beloved mother

My dear mother....

Happiness with you wherever you are

I'll never forget you In my deepest heart

I say thanks for you For the life you have taught me

About the toughness of living life

My dear mother ....

The ideals and kindness that you taught me

How that in this life we should always be passionate

How to live we must immediately rise when we fall

How in this life we must also love others

How in this life we must also love nature around us

I try to continue the kindness of your mind my dear mother

27. Kasih Ibu, puisi tentang ibu karya Hetty Dwi Agustin

Indahnya suaramu kala memanggilku

Merdu, suara terindah yang terngiang selalu di telingaku

Sering kali kau ucapkan namaku dengan suara bahagiamu

Walau kini kau sudah sangat jauh dariku, tetap terasa dekat

Waktu memang terus berlalu

Kecil kau timang dan kau sayang aku

Dewasa kau dampingi dan menguatkanku

Hingga akhirnya kaupun harus tinggalkan aku

Waktu dari masa ke masa pasti kan berputar begitu

Pucuk, tumbuh, berkembang, dan akhirnya layu jatuh gugur

Pohon memberikan contoh nyata tentang itu

Dan lihatlah saat pohon telah mati, kan selalu ada penggantinya

Pohon kelapa mengajarkan kekuatan semangat hidup

Tumbuh, tinggi, menjulang, berbunga, berbuah,

Di pantai, buah jatuh terbawa ke tengah laut, hingga terdampar

Tumbuhlah di tempat yang jauh dari induknya, kokoh kuat menjulang

Bagai sang induk, mengajarkan indahnya hidup, begitulah perjalanan ini

28. Cantiknya Ibuku, puisi tentang ibu karya Hetty Dwi Agustin

Sosok anak yang sedang menggambarkan kelembutan ibu dalam memperlakukannya. Ibu yang selalu lembut terhadapnya dan menyayanginya.

Duhai ibuku sayang, betapa cantiknya dirimu

Kasih tulus selalu kau pancarkan dari sikap dan sifatmu

Kau curahkan semuanya hanya demi untukku.

Kau sayangi aku dengan sepenuh hati dan jiwamu

Tak peduli orang lain, anggapan mereka padaku

Kau tetap sayang dan pedulikan aku

Kau membela dan selalu lindungi dampingi aku

Bantu aku temukan diri agar kuat kaki menjejak di hidup ini

Ijinkanlah aku selalu mengenang dan sayangimu

Ijinkanlah aku rindu pada indah suaramu

Dan tentu ku selalu panjatkan doa untukmu

Agar sang Khalik juga cintaimu

Sebagaimana kau slalu mencintai aku, duhai ibuku sayang

29. My Mom is Beautiful puisi karya Hetty Dwi Agustin

O my dear mother, how beautiful you are

You always show your love by your right attitude and character

You give it all just for me through the life

You love me with all of your heart and soul

No matter other people, bout they think of me

You still love and care for me

You defend and always protect beside me

Help me find myself to have a strong heart and mind in this life

Let me always remember you and always love you

Please allow me to miss your beautiful voice

And I always say a prayer for you

So that the God Allah SWT also loves you

As you always love me, oh my beloved mother

30. Rindu Ibu di Surga, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi

Kepergian ibu ditunjukkan dengan sangat menyakitkan dalam puisi Ibnu Wahyudi. Meski sudah lama sosoknya tiada, luka masih menganga dan jiwa-jiwa yang menyesal tidak pernah sembuh daripadanya.

Tiga tahun sudah kau pergi,

Tinggalkan kami semua di sini,

Masih tertanam luka di hati,

Jiwa rapuh tak terobati.

Ibu kami tercinta,

Kini telah berada di Surga,

Rindu yang ada begitu menggelora,

Jiwa dipenuhi oleh asa.

Kulihat pakaianmu di lemari,

Seakan kau hadir lagi di sini,

Kutatap tungku memasak di dapur,

Cukup sedikit untuk menghibur.

Entah kapan sedih berakhir,

Luka seakan telah mengukir,

Makin hari semakin getir,

Derai air mata kian mengalir.

Aku tak kuasa menahan rindu,

Rindu akanmu wahai ibu,

Wanita terbaik dalam hidupku,

Tempat bersandar segala pilu.

Puisi Tentang Ibu Selanjutnya

31. Sampaikan Rinduku, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi

Pada sang fajar yang baru terbit,

Kutitipkan rindu yang tak sedikit,

Untuk yang pergi tanpa pamit,

Hingga tinggalkan luka pahit.

Pada sang Surya yang tenggelam,

Sampaikanlah ada pada kelam,

Bahwa ada rindu tak pernah padam,

Selalu bergelora meski merajam.

Pada langit yang kelabu,

Mimpikan aku dengan ibu,

Pertemukan aku dengannya,

Walau hanya sekejap saja.

Aku rindu padanya,

Rindu melihat sosoknya,

Lapar akan senyumannya,

Haus akan tegurannya.

32. Kusimpan Semua Tentangmu, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi

Begitu banyak kenangan denganmu,

Amat besar rasa cintamu padaku,

Kini semua sudah berlalu,

Namun takkan hilang ditelan waktu.

Kusimpan semua tentangmu,

Tentang canda, tawa dan tegurmu,

Tentang nasihat dan petuahmu,

Kususun rapi dalam kalbu.

Kau abadi di sana,

Selama-lamanya,

Takkan pernah ku lupa,

Akan selalu ku jaga.

33. Aku Ikhlas, Ibu! puisi karya Ibnu Wahyudi

Puisi yang menggambarkan perasaan ikhlas seorang anak ketika ditinggal pergi oleh ibunya.

Ibu,

Meski kepergiannya adalah duka,

Ku terima dengan lapang dada,

Dengan hati yang ikhlas pula.

Ibu,

Aku tahu ini amat pedih,

Hadirkan tangis dan rintih,

Namun hidup tak bisa kita pilih.

Ibu,

Kepergianmu adalah beban jiwaku,

Kehilanganmu sungguh berat bagiku,

Semoga kita kembali bertemu.

34. Semenjak Kepergianmu, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi

Ibu,

Semenjak kepergianmu,

Dunia terasa berbeda,

Tak seperti sedia kala.

Ibu,

Seusai kau pergi,

Sepi datang menggerogoti,

Setiap sudut relung hati.

Ibu,

Kehilanganmu adalah pilu,

Luka yang berat bagiku,

Pukulan telak untukku.

35. Ibu puisi karya Catur Kristiyani

Catur menuliskan puisi tentang ibu ini dikhususkan untuk berterima kasih.

Untukmu, Mama

Terima kasih tak akan cukup 'tuk kuberikan padamu

Bahkan...

Satu isi dunia pun tak bisa membalas semua jasamu

Mama…

Aku hanya anak nakal yang pandai bermimpi

Berkatmu, anak nakal ini jadi pandai berjalan

Anak ini jadi tahu betapa hangatnya hari kala berada di pelukanmu 

36. Ibu puisi karya Catur Kristiyani

Kala ku mulai berjalan

Engkau dengan setia menjagaku 

Kala kumulai bicara

Engkau dengan sabar mengenalkanku pada kata-kata 

Hingga aku dewasa

Kasih sayang itu tetap sama

Tak pernah pudar dan terkikis oleh sang waktu

37. Ibu puisi karya Catur Kristiyani

Ibu…

Di sini kutulis kisah tentangmu

Napas yang tak pernah terjerat dusta

Tekad yang tak koyak oleh masa

Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta

Ibu…

Tanpa lelah kau layani kami

Dengan segenap rasa bangga di hati

Tak terbesit lelah sedetik pun di benakmu

Untuk besarkanku hingga kini  

FAQ

1. Apa itu puisi tentang ibu?

Karya sastra yang memuat kisah, rasa, dan penghormatan kepada sosok ibu.

2. Mengapa puisi tentang ibu begitu populer?

Karena menghadirkan tema universal berupa cinta dan pengorbanan.

3. Apakah puisi tentang ibu cocok dijadikan hadiah?

Sangat cocok, terutama sebagai ungkapan rasa sayang.

Beberapa di antaranya Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, serta Kahlil Gibran.

5. Apakah puisi tentang ibu hanya bertema haru?

Tidak selalu; banyak karya berisi syukur, nasihat, serta kebahagiaan.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|