Liputan6.com, Jakarta - Puisi tentang ibu selalu berhasil membawa kehangatan ke dalam sanubari pembacanya. Keindahan bahasa yang dipilih dalam syair ibu oleh para penyair terbaik sepanjang masa, tak pernah gagal merangkul hati penikmatnya.
Ada beragam tema dalam deretan puisi tentang ibu yang akan diulas kali ini. Mulai dari tema rindu, kebahagiaan, kesedihan, harapan, rasa bersalah, rasa syukur, dan masih banyak lagi lainnya.
Berikut Liputan6.com ulas puisi tentang ibu yang dimaksudkan.
Puisi Tentang Ibu
1. Ibu puisi karya D. Zawawi Imron
Puisi tentang ibu ini menggambarkan perasaan anak-anak yang sedang berjuang di tanah rantau.
Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daun pun gugur bersama reranting
Hanya mata air air matamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sedap kopyor dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
Aku mengangguk meskipun kurang mengerti
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu
2. Ibuku Dehulu puisi karya Amir Hamzah
Puisi yang menggambarkan situasi ketika ibu sedang marah, tetapi terkenang dan bikin rindu.
Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata
akupun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi
matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak
mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku
Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau
ibu, bapa, kekasih pula
berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.
3. Jendela puisi karya Joko Pinurbo
Menggambarkan bagaimana sosok ibu tampak di mata anak-anaknya ketika dewasa.
Di jendela tercinta ia duduk-duduk
bersama anaknya yang sedang beranjak dewasa.
Mereka ayun-ayunkan kaki, berbincang, bernyanyi
dan setiap mereka ayunkan kaki
tubuh kenangan serasa bergoyang ke kanan dan kiri.
Mereka memandang takjub ke seberang,
melihat bulan menggelinding di gigir tebing,
meluncur ke jeram sungai yang dalam, byuuurrr....
Sesaat mereka membisu.
Gigil malam mencengkeram bahu.
"Rasanya pernah kudengar suara byuuurrr
dalam tidurmu yang pasrah, Bu."
"Pasti hatimulah yang tercebur ke jeram hatiku,"
timpal si ibu sembari memungut sehelai angin
yang terselip di leher baju.
Di rumah itu mereka tinggal berdua.
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku.
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.
"Suatu hari aku dan Ibu pasti tak bisa bersama."
"Tapi kita tak akan pernah berpisah, bukan?
Kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma."
Selepas tengah malam mereka pulang ke ranjang
dan membiarkan jendela tetap terbuka.
Siapa tahu bulan akan melompat ke dalam,
menerangi tidur mereka yang bersahaja
seperti doa yang tak banyak meminta.
4. Ibu puisi karya Chairil Anwar
Gambaran ketika ibu memberi nasihat dan bagaimana anak meresponnya ditunjukkan dalam puisi karya Chairil Anwar ini.
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu....
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu....
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku bangun dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu....
Ibu....
Aku sayang padamu....
Tuhanku....
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya....
5. Ibu puisi karya Kahlil Gibran
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.
Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.
6. Alamat Ibu, puisi tentang ibu karya Isbedy Stiawan ZS
Jika aku jauh berjalan
dan lupa rumah ibu
maka selalu kuingat
pohon yang kau tanam
di depan rumah sebelah kanan
meski kumaklumi
tak setiap waktu
pohon itu berbunga
dan berbuah
aku akan menandainya
dengan mencecap rasa
atau berteduh di bawahnya
menghitung daun yang gugur
mengingat uzur
matahari selepas zuhur
jika kau laut
aku sudah seberangi
dalamnya, dan meliwati
pulaupulau-benuabenua
meski aku maklum
tak setiap waktu
aku bisa lelap
dalam ombakmu
dan berlayar...
aku akan menerimanya
seperti kurindu cintamu
yang merekatkan layar
ke lambung perahu ini
bagiku menitipkan usia
di telapak kakimu
muara surga
jika aku jauh berjalan
lupa pulang ke hatimu
tempat pohonpohon berbunga
dan laut tumbuhkan benua
tetaplah senyummu melambai
sebagai mercusuar
bagi para pelayar
maka aku tak pernah tersasar
karena sejauh anak pergi
dan lalai jalan pulang
kau akan mengingatkan
perantau agar kembali
demikian ibu
selalu mencahayakan
alamat.
7. Bunda Air Mata puisi karya Emha Ainun Najib
Ibu menjadi sosok yang digambarkan perasa terhadap anaknya. Sosok yang pasti merasa sedih ketika anaknya sedih. Ibu akan merasakan sakit ketika anaknya sakit. Itulah gambarkan sosok ibu yang ingin ditunjukkan oleh Emha Ainun Najib.
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis,
para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu
8. Ibu, puisi tentang ibu karya KH. Mustofa Bisri
Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah Kawah darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyalam
Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga di telapak kakimu
9. Sajak Ibunda puisi karya W.S. Rendra
Ibu digambarkan sebagai sosok penyempurna dalam kehidupan oleh W.S. Rendra.
Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku.
Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.
Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?
Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
"Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti."
Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.
Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan?
Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
"Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng."
Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.
10. Ibu puisi karya Sapardi Djoko Damono
Puisi karya Sapardi Djoko Damono ini menjadi pengingat semua anak, baik yang tinggal dekat dengan ibu maupun jauh. Sosok yang akan selalu merasa kesepian saat ditinggal oleh suaminya.
Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua.
Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku
Ayah sudah meninggal,
ia dikuburkan di sebuah makam tua di kampung itu juga,
beberapa langkah saja dari rumah kami.
Dulu Ibu sering pergi sendirian ke makam,
menyapu sampah, dan kadang-kadang, menebarkan beberapa kuntum bunga.
"Ayahmu bukan pemimpi," katanya yakin meskipun tidak berapi-api,
"ia tahu benar apa yang terjadi."
Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah utara kota.
Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka mengingatkanku untuk menengok makam ayah, mengirim doa.
Ibu sudah tua, tentu lebih mudah mengirim doa dari rumah saja.
"Ayahmu dulu sangat sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah mempercayai segala yang dikatakannya."
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil menengok ke luar jendela pesawat udara, sering kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega.
Aku berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan terbang dari mega ke mega
dan tidak mondar-mandir dari dapur ke tempat tidur,
memberi makan dan menyusui anak-anaknya.
"Sungguh, dulu ayahmu sangat sayang padamu," kata Ibu selalu,
"meskipun sering dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami igauan-igauanmu."
11. Ibu, puisi tentang ibu karya Lola Ridge
Lola Ridge menggambarkan cinta seorang ibu dalam puisinya.
Cintamu bagaikan cahaya bulan
yang mengubah hal-hal kasar menjadi keindahan,
sehingga jiwa-jiwa kecil
yang masam saling memantulkan secara miring
seperti di cermin yang retak. . .
melihat dalam rohmu yang bercahaya
pantulan mereka sendiri,
berubah rupa seperti aliran air yang bersinar,
dan mencintaimu apa adanya.
Kamu bukanlah gambaran dalam pikiranku,
melainkan sebuah kilau.
Aku melihatmu dalam kilauan
pucat seperti cahaya bintang di dinding abu-abu. . .
cepat berlalu dari ingatan bagaikan pantulan angsa putih
yang berkilauan di air pecah.
12. Cinta Seorang Ibu, puisi tentang ibu karya Helen Steiner
Cinta seorang Ibu adalah sesuatu yang berarti
yang tidak ada yang bisa menjelaskan
Cinta seorang Ibu terbuat dari pengabdian yang mendalam
dan pengorbanan dari rasa sakit,
Cinta seorang Ibu tidak ada habisnya dan tidak egois
dan bertahan apa pun yang terjadi,
Karena tidak ada yang bisa menghancurkannya
atau mengambil cinta itu pergi,
Cinta seorang Ibu sabar dan pemaaf
ketika semua orang lain meninggalkan,
Dan cinta seorang Ibu tidak pernah gagal atau terputus-putus
meski hati sedang patah,
Dan cinta seorang Ibu bersinar dengan segala keindahannya
dari permata yang paling langka dan paling cemerlang,
Ini jauh melampaui definisi,
Cinta seorang Ibu menentang semua penjelasan,
Dan itu masih menjadi rahasia
seperti misteri penciptaan,
Banyak keajaiban yang luar biasa
manusia tidak bisa mengerti
Dan bukti menakjubkan lainnya
dari tangan penuntun Tuhan yang lembut.
13. Cuma Ibu yang Tahu, puisi tentang ibu karya Khofifah Indar Parawansa
Perjuangan seorang ibu merawat anak bayinya. Khofifah ingin menunjukkan gambaran sesungguhnya bagaimana ibu merasakan kesulitan dan kepayahan.
Saat Ibu baru saja memejamkan mata
pecahlah tangisan si kecil dengan nyaringnya
dalam keadaan mengantuk, anak pun harus digendong sepenuh cinta
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat lapar melanda, terbayang makanan enak di atas meja
ketika suapan pertama, anak pup dicelana
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat badan sudah lelah tak ada tenaga
ingin segera mandi menghilangkan penat yang ada
mumpung anak-anak sedang anteng di kamarnya
Belum sempat sabunan, anak sudah nangis berantem rebutan boneka
Kacaulah acara mandi Ibu, langsung handukan walau daki masih menempel di badannya
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Saat Ibu ingin beribadah dengan khusuknya
anak-anak mulai mencari perhatian
menarik-narik mukena, mengacak-ngacak lemari baju mumpung lbu tak berdaya
Loncat sana loncat sini, punggung Ibu jadi pelana.
Belum juga beres doa, anak-anak semakin berkuasa
Bagaimana rasanya?
Cuma Ibu yang tahu rasanya
Aaah
Di balik kerepotan itu semua, namun ada jua syurga di dalamnya.
Cuma Ibu yang tahu lezatnya makna senyuman anak yang diberikan
pelukan anak
Ucapan cinta anak yang tampak sederhana di hadapan orang, namun berubah menjadi intan permata dimata Ibu
Itulah mengapa
Saat anak bahagia, Ibu menangis
Anak berprestasi, Ibu menangis
Anak tidur lelap, Ibu menangis
Anak pergi jauh, Ibu menangis
Anak menikah, Ibu menangis
Anak wisuda TK aja, Ibu menangis
Anak tampil dipanggung, Ibu menangis
Aah....
inikah tangis bahagia yang tak akan dapat dimiliki siapapun jua
jika engkau tak mengalaminya sendiri sebagai Ibu
mungkinkah ini bagian dari surga milikNya yang diberikan kepada seluruh Ibu, sebuah cinta yang begitu lezatnya dirasa
Dan akhirnya saya percaya dimana ada kerasnya perjuangan Ibu di dalam rumah
maka disitu akan hadir cahaya surga yang menemani Ibu yang tak kalah indahnya
Jika hari ini engkau menangis karena repotnya mengasuh anak
maka akan ada hari dimana engkau akan tersenyum paling manis karena kebaikan yang hadir bersamanya
Selamat menyambut Hari Ibu esok hari 22 Des
Salam buat seluruh Ibu-Ibu
Dimanapun berada
14. Sajak Ibu puisi karya Wiji Thukul
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
Yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
Dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
Jadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang ibu
Adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
Membangkitkan haru insan
Dengan kebajikan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
15. Ibuku Dehulu puisi karya Amir Hamzah
Ibuku dehulu marah padaku
diam ia tiada berkata aku pun lalu merajuk pilu
tiada peduli apa terjadi matanya terus mengawas daku
walaupun bibirnya tiada bergerak mukanya masam menahan sedan
hatinya pedih kerana lakuku
Terus aku berkesal hati
menurutkan setan, mengkacau-balau
jurang celaka terpandang di muka
kusongsong juga - biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
dirangkumnya segera dikecupnya serta dahiku berapi pancaran neraka
sejuk sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau;
ibu, bapa, kekasih pula berpadu satu dalam dirimu
mengawas daku dalam dunia.
Puisi Tentang Ibu Berikutnya
16. Ketika Ibu Pergi puisi karya Handry TM
Karya sastra yang dapat menguras air mata. Gambaran bagaimana situasi yang akan terjadi ketika sosok ibu sudah meninggal dunia.
Ketika ibu pergi, seisi rumah sepi
Kami bertemu di ruang tamu, di dapur,
Di kamar tidur, di ruang aku belajar
Selalu ibu bertanya tentang apa
Yang kudapat hari ini
Ibu adalah teman di mana kami
Saling berbagi, saling memberi
Kami adalah anak-anak yang lahir
Oleh waktu yang keliru
Kadang ibu sering bertanya tentang
Siapa yang kelak terlebih dahulu
Meninggalkan rumah ini:
Ayah terlebih dahulu, ibu kemudian
Ataukah anak-anaknya ?
Hanya air mata yang menetes setiap
Mengingat pertanyaan itu
Membayangkan orang tua pergi
Satu persatu
Tapi tidak berarti seperti itu
Tuhan pun boleh saja memanggil
Kami, anak-anak yang belum lama
Tinggal di dunia untuk menghadap-Nya
Dan kini, ketika ibu pergi
Rumah ini memberi pelajaran besar
Tentang arti kehilangan tadi
Ibu, lekaslah pulang
Aku ingin memelukmu
17. Kekal Abadi puisi karya Ibnu Wahyudi
Oh ibuku sayang,
Kasih sayangmu takkan lekang,
Oleh waktu maupun ruang,
Kan hidup sepanjang zaman.
Ibu,
Kekal abadi namamu,
Terpatri dalam sanubariku,
Tertanam lekat dalam hatiku.
Ibuku tercinta,
Jutaan nasihat yang pernah ada,
Semua pelajaran berharga,
Kan abadi sepanjang masa.
18. Bait Sajak untuk Ibu, puisi tentang ibu karya Kusnan
Puisi untuk seorang ibu dari isi hati anak-anak yang belum sempat berbakti dengan maksimal, gambaran penuh rasa bersalah.
Tetes-tetes darah, keringat, dan air matamu
Cukup sudah menorehkan
Prasasti-prasasti indah di hidupku
Menggenapi di setiap celah ruang dan waktu
Gumam doa tulus nan sederhanamu
Jua, keriput di kening untuk menata asa
Demi anak-anakmu
Telah menjadi saksi
Pada hamparan permadani indah beranda surga
Akhirnya
Maafkan bila belum sempurna baktiku padamu
Saat renta usia menjemputmu... ibu, maafkan kami anak-anakmu
Selamat jalan ibu
Merengkuh jalan panjang menuju haribaan-Nya
Tuhan semesta jagad raya
Yakinlah suatu saat bersama takdir, nanti
Kita akan tersenyum bersama semerbak harum surga
Amin
19. Kesunyian Ibu puisi karya Denza Perdana
Ibu
Dahinya adalah jejak sujud yang panjang
Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya
Derai air mata di pipinya telah mengering
Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga
Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya
Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita
Menjerit saat lelap berkuasa
Berdoa bukan untuk dirinya.
20. Lembut, Sayup, Tua Renta puisi karya Endah Megawati
Endah ingin menunjukkan bahwa sering kali kita berbuat salah kepada sosok ibu, tapi tidak merasa. Dalam puisi ini, detail diksi digambarkan bagaimana bentakan anak begitu menyakitinya.
Kala mata terbuka
Kala hati menitikkan air mata
Kala dunia menghujat dan menghina
Tapi kau akan selalu datang membela
Tak jarang pula aku menyuruhmu tanpa rasa malu
Menambah beban mu yang gak sedikitpun aku bantu
Membentak mu dengan mimik kesal ku
Hanya karena sepasang baju yang belum sempat dilipat untuk sekolahku
Apa harus dengan kehilangan mu aku akan tersadar?
Apa harus dengan membiarkanmu tergeletak di lantai aku akan mengerti?
Apa harus dengan melihat mu tak lagi di sisi aku akan berubah?
Aku tak sanggup lagi, walau hanya menghayal sendiri
21. Cinta Ibu, puisi tentang ibu karya KH A Mustofa Bisri
Seorang ibu mendekap anaknya
Yang durhaka saat sekarat
Air matanya menetes-netes di wajah
Yang gelap dan pucat
Anaknya yang sejak di rahim diharap
Harapkan menjadi cahaya
Setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
Dosamu kepadaku sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
Terdengar desis mirip upaya sia-sia
Sebelum semuanya terpaku kaku.
22. Kepada Ibu puisi karya Rafina Yumma Syafiqa
Kata ibu, kami sama-sama
Berpeluk di rahimnya
Saat berada di kedua tangannya
Kami sedang berebut susunya
Kami berburu bintang paling terang
Bersama menyusim anak tangga
Memetik kejora
Kemudian kami letakkan di pangkuan ibu
Duh, ibu mengapa kau teteskan air mata haru?
Entah untukku, kau, atau kami
23. Syair untuk Ibu, puisi tentang ibu karya Amelia Zelianti
Ibu setiap rintikkan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Selalu ku kenang sepanjang hidupku
Di bawah redupnya pelita malam
Ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasakan hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu
Ibu, Kau lah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat di batinku
Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dihiasi oleh goresan pena yang indah
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu
24. Ibu puisi karya Taufiq Ismail
bu
Di balik punggungku
Sinaran harumu
Teramat jai
Nyaris melahirkan
Tak dengar
Dibalik bumi kau, ibu
kuat apa kita bisa?
25. Ibu puisi karya Sapardi Djoko Damono
Ibu,
sepatumu terlalu besar
untuk kaki ku.
Aku tumbuh tembus angin
serta air
seperti halnya cintamu.
26. My Mother puisi karya Hetty Dwi Agustin
My dear mother....
Even though you are not on my side anymore anymore
Even though I can't hug you anymore
Even though I can't touch you anymore
Still I love you, you stay in my heart forever
I always pray after my prayers day by day
I pray for my beloved mother
My dear mother....
Happiness with you wherever you are
I'll never forget you In my deepest heart
I say thanks for you For the life you have taught me
About the toughness of living life
My dear mother ....
The ideals and kindness that you taught me
How that in this life we should always be passionate
How to live we must immediately rise when we fall
How in this life we must also love others
How in this life we must also love nature around us
I try to continue the kindness of your mind my dear mother
27. Kasih Ibu, puisi tentang ibu karya Hetty Dwi Agustin
Indahnya suaramu kala memanggilku
Merdu, suara terindah yang terngiang selalu di telingaku
Sering kali kau ucapkan namaku dengan suara bahagiamu
Walau kini kau sudah sangat jauh dariku, tetap terasa dekat
Waktu memang terus berlalu
Kecil kau timang dan kau sayang aku
Dewasa kau dampingi dan menguatkanku
Hingga akhirnya kaupun harus tinggalkan aku
Waktu dari masa ke masa pasti kan berputar begitu
Pucuk, tumbuh, berkembang, dan akhirnya layu jatuh gugur
Pohon memberikan contoh nyata tentang itu
Dan lihatlah saat pohon telah mati, kan selalu ada penggantinya
Pohon kelapa mengajarkan kekuatan semangat hidup
Tumbuh, tinggi, menjulang, berbunga, berbuah,
Di pantai, buah jatuh terbawa ke tengah laut, hingga terdampar
Tumbuhlah di tempat yang jauh dari induknya, kokoh kuat menjulang
Bagai sang induk, mengajarkan indahnya hidup, begitulah perjalanan ini
28. Cantiknya Ibuku, puisi tentang ibu karya Hetty Dwi Agustin
Sosok anak yang sedang menggambarkan kelembutan ibu dalam memperlakukannya. Ibu yang selalu lembut terhadapnya dan menyayanginya.
Duhai ibuku sayang, betapa cantiknya dirimu
Kasih tulus selalu kau pancarkan dari sikap dan sifatmu
Kau curahkan semuanya hanya demi untukku.
Kau sayangi aku dengan sepenuh hati dan jiwamu
Tak peduli orang lain, anggapan mereka padaku
Kau tetap sayang dan pedulikan aku
Kau membela dan selalu lindungi dampingi aku
Bantu aku temukan diri agar kuat kaki menjejak di hidup ini
Ijinkanlah aku selalu mengenang dan sayangimu
Ijinkanlah aku rindu pada indah suaramu
Dan tentu ku selalu panjatkan doa untukmu
Agar sang Khalik juga cintaimu
Sebagaimana kau slalu mencintai aku, duhai ibuku sayang
29. My Mom is Beautiful puisi karya Hetty Dwi Agustin
O my dear mother, how beautiful you are
You always show your love by your right attitude and character
You give it all just for me through the life
You love me with all of your heart and soul
No matter other people, bout they think of me
You still love and care for me
You defend and always protect beside me
Help me find myself to have a strong heart and mind in this life
Let me always remember you and always love you
Please allow me to miss your beautiful voice
And I always say a prayer for you
So that the God Allah SWT also loves you
As you always love me, oh my beloved mother
30. Rindu Ibu di Surga, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi
Kepergian ibu ditunjukkan dengan sangat menyakitkan dalam puisi Ibnu Wahyudi. Meski sudah lama sosoknya tiada, luka masih menganga dan jiwa-jiwa yang menyesal tidak pernah sembuh daripadanya.
Tiga tahun sudah kau pergi,
Tinggalkan kami semua di sini,
Masih tertanam luka di hati,
Jiwa rapuh tak terobati.
Ibu kami tercinta,
Kini telah berada di Surga,
Rindu yang ada begitu menggelora,
Jiwa dipenuhi oleh asa.
Kulihat pakaianmu di lemari,
Seakan kau hadir lagi di sini,
Kutatap tungku memasak di dapur,
Cukup sedikit untuk menghibur.
Entah kapan sedih berakhir,
Luka seakan telah mengukir,
Makin hari semakin getir,
Derai air mata kian mengalir.
Aku tak kuasa menahan rindu,
Rindu akanmu wahai ibu,
Wanita terbaik dalam hidupku,
Tempat bersandar segala pilu.
Puisi Tentang Ibu Selanjutnya
31. Sampaikan Rinduku, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi
Pada sang fajar yang baru terbit,
Kutitipkan rindu yang tak sedikit,
Untuk yang pergi tanpa pamit,
Hingga tinggalkan luka pahit.
Pada sang Surya yang tenggelam,
Sampaikanlah ada pada kelam,
Bahwa ada rindu tak pernah padam,
Selalu bergelora meski merajam.
Pada langit yang kelabu,
Mimpikan aku dengan ibu,
Pertemukan aku dengannya,
Walau hanya sekejap saja.
Aku rindu padanya,
Rindu melihat sosoknya,
Lapar akan senyumannya,
Haus akan tegurannya.
32. Kusimpan Semua Tentangmu, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi
Begitu banyak kenangan denganmu,
Amat besar rasa cintamu padaku,
Kini semua sudah berlalu,
Namun takkan hilang ditelan waktu.
Kusimpan semua tentangmu,
Tentang canda, tawa dan tegurmu,
Tentang nasihat dan petuahmu,
Kususun rapi dalam kalbu.
Kau abadi di sana,
Selama-lamanya,
Takkan pernah ku lupa,
Akan selalu ku jaga.
33. Aku Ikhlas, Ibu! puisi karya Ibnu Wahyudi
Puisi yang menggambarkan perasaan ikhlas seorang anak ketika ditinggal pergi oleh ibunya.
Ibu,
Meski kepergiannya adalah duka,
Ku terima dengan lapang dada,
Dengan hati yang ikhlas pula.
Ibu,
Aku tahu ini amat pedih,
Hadirkan tangis dan rintih,
Namun hidup tak bisa kita pilih.
Ibu,
Kepergianmu adalah beban jiwaku,
Kehilanganmu sungguh berat bagiku,
Semoga kita kembali bertemu.
34. Semenjak Kepergianmu, puisi tentang ibu karya Ibnu Wahyudi
Ibu,
Semenjak kepergianmu,
Dunia terasa berbeda,
Tak seperti sedia kala.
Ibu,
Seusai kau pergi,
Sepi datang menggerogoti,
Setiap sudut relung hati.
Ibu,
Kehilanganmu adalah pilu,
Luka yang berat bagiku,
Pukulan telak untukku.
35. Ibu puisi karya Catur Kristiyani
Catur menuliskan puisi tentang ibu ini dikhususkan untuk berterima kasih.
Untukmu, Mama
Terima kasih tak akan cukup 'tuk kuberikan padamu
Bahkan...
Satu isi dunia pun tak bisa membalas semua jasamu
Mama…
Aku hanya anak nakal yang pandai bermimpi
Berkatmu, anak nakal ini jadi pandai berjalan
Anak ini jadi tahu betapa hangatnya hari kala berada di pelukanmu
36. Ibu puisi karya Catur Kristiyani
Kala ku mulai berjalan
Engkau dengan setia menjagaku
Kala kumulai bicara
Engkau dengan sabar mengenalkanku pada kata-kata
Hingga aku dewasa
Kasih sayang itu tetap sama
Tak pernah pudar dan terkikis oleh sang waktu
37. Ibu puisi karya Catur Kristiyani
Ibu…
Di sini kutulis kisah tentangmu
Napas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga di hati
Tak terbesit lelah sedetik pun di benakmu
Untuk besarkanku hingga kini
FAQ
1. Apa itu puisi tentang ibu?
Karya sastra yang memuat kisah, rasa, dan penghormatan kepada sosok ibu.
2. Mengapa puisi tentang ibu begitu populer?
Karena menghadirkan tema universal berupa cinta dan pengorbanan.
3. Apakah puisi tentang ibu cocok dijadikan hadiah?
Sangat cocok, terutama sebagai ungkapan rasa sayang.
Beberapa di antaranya Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, serta Kahlil Gibran.
5. Apakah puisi tentang ibu hanya bertema haru?
Tidak selalu; banyak karya berisi syukur, nasihat, serta kebahagiaan.

1 week ago
15
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4878261/original/085170900_1719579578-IMG-20240628-WA0024.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428640/original/012417000_1764556043-Desain_grafis.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5426539/original/005307400_1764309357-tumbler-7977369_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5426687/original/071412600_1764314181-Blazer_Batik_Tunik_Panjang__Dipakai_Terbuka_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428259/original/099935100_1764487679-5_gamis_batik_hijab_modern_model_cardy.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428563/original/059203000_1764550552-unnamed__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428192/original/043587700_1764484186-rumah_kecil_nyaman_untuk_kerja_dari_rumah.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428260/original/039529700_1764487680-6_gamis_batik_hijab_modern_model_cardy.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427371/original/077101000_1764383724-BORNEO_FC.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428444/original/008025400_1764506433-1001740678.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427771/original/038199200_1764416273-WhatsApp_Image_2025-11-29_at_18.13.15_d2ca92ee.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5424861/original/070248100_1764161796-Screen_Shot_2025-11-26_at_19.40.54.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5427903/original/026477500_1764438904-Madura_United_vs_Persib_Bandung.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428301/original/070548900_1764491174-Kotak_kecil_untuk_jajanan_pasar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428381/original/061274100_1764498973-SnapInsta.to_591164091_18551155657027265_1443284932842836493_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5407930/original/096633000_1762757853-cf17a9d3-a41c-4a41-bbf1-1fbf2e5d9cdd.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428281/original/056098600_1764490415-Ide_kebun_sayur_dalam_ruangan.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5428181/original/017262900_1764483279-InShot_20251130_131334363.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5230047/original/074237800_1747981052-WhatsApp_Image_2025-05-23_at_1.04.57_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3366387/original/028515400_1612263343-WhatsApp_Image_2021-01-30_at_13.40.58.jpeg)










:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5001271/original/045738300_1731378312-page.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5347915/original/009314600_1757745786-ChatGPT_Image_Sep_13__2025__01_41_07_PM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5338264/original/048399000_1756968798-3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5339933/original/067743600_1757137253-unnamed_-_2025-09-06T122212.122.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5363741/original/074425700_1758961497-Gemini_Generated_Image_5iwydt5iwydt5iwy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4749488/original/094430200_1708534731-6_Pesona_Mas-mas_Jawa_Jerman_Nicholas_Saputra_dalam_Balutan_Beskap_Berbagai_Warna__3_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5339299/original/025399500_1757052533-unnamed_-_2025-09-05T125024.466.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5228890/original/025290300_1747898841-ChatGPT_Image_May_22__2025__02_14_51_PM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5345226/original/041083400_1757522822-WhatsApp_Image_2025-09-10_at_21.04.13.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5338093/original/002133400_1756964690-Gemini_Generated_Image_e2yjtbe2yjtbe2yj.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5314799/original/018068700_1755141741-Screenshot_2025-08-14_101821.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5352448/original/090606500_1758098726-Gemini_Generated_Image_zhur86zhur86zhur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339676/original/014879200_1757081736-20250904AA_Timnas_Indonesia_vs_China_Taipei-07.JPG)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5339336/original/027918600_1757053950-Gemini_Generated_Image_g2jz1pg2jz1pg2jz.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5363626/original/003041100_1758954707-unnamed__32_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5317791/original/081125900_1755406322-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5362760/original/090638300_1758873977-Gemini_Generated_Image_cqeijycqeijycqei.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4958566/original/092051000_1727865780-Mees.jpg)