Gula Darah Normal Tapi Tetap Lemas? Ini Alasannya

3 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang merasa tubuhnya lemas, lesu, dan kehilangan tenaga meskipun kadar gula darah mereka normal. Kondisi ini menimbulkan kebingungan karena sebagian besar orang hanya mengaitkan kelelahan dengan gula darah yang rendah atau diabetes.

Padahal kenyataannya, tubuh bisa mengalami kelelahan akibat banyak faktor lain yang sering luput dari perhatian. Mulai dari kekurangan nutrisi penting, gangguan hormonal, stres ringan, gangguan tidur, hingga dehidrasi ringan bisa mengacaukan sistem energi dalam tubuh.

Berikut penjelasan lengkap tentang penyebab rasa lemas yang tidak terkait langsung dengan gula darah, disertai referensi buku medis resmi, jurnal ilmiah terpercaya, dan studi kasus nyata.

Kekurangan Zat Besi dan Vitamin B12 Menurunkan Produksi Energi

Ketika tubuh kekurangan zat besi, vitamin B12, atau folat, sistem pembentukan energi dan sel darah terganggu. Ini membuat distribusi oksigen tidak optimal ke otak dan otot. Akibatnya, tubuh mudah merasa lelah meski Anda tidak melakukan aktivitas berat dan kadar glukosa stabil.

Jurnal Fatigue in Adults with Type 2 Diabetes (Nabawi et al., 2020) mencatat bahwa defisiensi mikronutrien adalah salah satu penyebab utama kelelahan pada pasien dengan gula darah normal maupun abnormal. Kekurangan ini umum terjadi pada orang yang menjalani diet ekstrem atau memiliki gangguan penyerapan nutrisi.

Stres dan Kecemasan Ringan Bisa Membebani Energi Tubuh

Secara psikologis, stres berkepanjangan dan kecemasan ringan memicu lonjakan hormon kortisol yang berdampak langsung pada sistem energi tubuh. Tanpa disadari, seseorang bisa merasa lelah terus-menerus meskipun tampak sehat secara fisik.

Penjelasan mendalam mengenai hal ini tertuang dalam buku Diabetes and Wellbeing: Managing the Psychological and Emotional Challenges of Diabetes Types 1 and 2 karya Dr. Jen Nash (Wiley-Blackwell, 2011). Ia menjelaskan bahwa beban mental, walau tidak ekstrem, bisa menekan fungsi sistem saraf dan metabolisme energi.

Dalam jurnal Fatigue in Patients with Diabetes (Ranjani et al., 2010), depresi ringan disebut sebagai penyumbang utama kelelahan kronis pada pasien diabetes yang gula darahnya tetap dalam kontrol.

Gangguan Tiroid Memperlambat Metabolisme Tanpa Mengubah Gula Darah

Hipotiroidisme adalah gangguan ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon dalam jumlah cukup. Hormon ini berperan mengatur metabolisme tubuh. Ketika kadarnya rendah, metabolisme melambat, sehingga tubuh mudah lelah, berat badan naik, dan konsentrasi menurun.

Dalam buku The Thyroid Solution karya Dr. Ridha Arem (Ballantine Books, 1999), hipotiroid disebut sebagai penyebab kelelahan “yang tak terlihat” karena gejalanya samar dan sering dikira sebagai kelelahan biasa atau kurang tidur.

Tinjauan sistematis oleh Wyness et al. (2021) dalam Contributing Factors of Fatigue in Patients with T2D menegaskan bahwa hipotiroidisme merupakan salah satu penyebab kelelahan yang umum meskipun kadar gula darah tidak terganggu.

Tidur Tidak Berkualitas Menyebabkan Energi Tidak Terisi Ulang

Tidur malam yang cukup durasinya belum tentu cukup secara kualitas. Tidur yang sering terbangun, mendengkur berat, atau tidak mencapai fase tidur dalam akan menyebabkan tubuh gagal mengisi ulang energi.

Buku Why We Sleep karya Dr. Matthew Walker (Scribner, 2017) menjelaskan bahwa kualitas tidur buruk dapat mengganggu metabolisme dan mempercepat kelelahan, bahkan pada orang sehat. Hal ini diperkuat oleh jurnal Fatigue in Type 2 Diabetes: Impact on Quality of Life and Functional Status (Pavlik et al., 2016) yang menyatakan bahwa pasien dengan gangguan tidur mengalami kelelahan lebih parah dibandingkan yang tidur nyenyak, meski kadar gula darah sama-sama normal.

Gaya Hidup Pasif Membuat Tubuh Tidak Terlatih Menyimpan Energi

Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan menghasilkan energi secara efisien. Sirkulasi melambat, otot melemah, dan sistem hormon menjadi tidak aktif secara optimal.

Dalam buku Spark: The Revolutionary New Science of Exercise and the Brain (Little, Brown Spark, 2008), Dr. John J. Ratey menuliskan bahwa olahraga ringan secara rutin membantu meningkatkan endorfin, memperlancar sirkulasi, dan mengaktifkan kembali sistem energi tubuh. Jurnal Fatigue in Adults with T2D (2020) mendukung temuan ini, menyebut bahwa olahraga ringan seperti jalan kaki memiliki dampak positif signifikan terhadap penurunan kelelahan harian.

Peradangan Kronis Diam-diam Menyedot Energi Tubuh

Peradangan tingkat rendah dalam tubuh membuat sistem kekebalan bekerja terus-menerus. Ini menyebabkan energi lebih banyak dialihkan ke sistem imun dibanding fungsi harian lainnya, termasuk fungsi otot dan kognitif.

Dalam Inflammation Nation karya Dr. Floyd Chilton (Simon & Schuster, 2005), dijelaskan bahwa inflamasi kronis—bahkan yang tidak menimbulkan gejala jelas—bisa menyebabkan tubuh mengalami “kelelahan biologis”. Studi dalam jurnal PLoS ONE (2016) menemukan bahwa peningkatan kadar CRP dan IL-6 (penanda inflamasi) berkorelasi kuat dengan kelelahan pada pasien dengan kadar gula darah stabil.

Dehidrasi Ringan Mengganggu Aliran Oksigen ke Sel-Sel Tubuh

Cairan dalam tubuh sangat penting untuk menjaga volume darah dan transportasi oksigen ke otak dan otot. Ketika tubuh kekurangan air, tekanan darah menurun dan aliran oksigen pun melambat, memicu rasa lelah, kantuk, dan sulit fokus.

Buku Your Body’s Many Cries for Water karya Dr. F. Batmanghelidj (Global Health Solutions, 1997) menyatakan bahwa rasa lelah yang tidak beralasan sering kali berasal dari dehidrasi ringan yang kronis.

Jurnal The Journal of Nutrition (2012) menyimpulkan bahwa dehidrasi ringan sebesar 1–2% dapat menurunkan energi dan kinerja otak secara signifikan, bahkan sebelum rasa haus muncul.

Studi Kasus Nyata: Lemas Terus Menerus Tapi Gula Darah Stabil

Rani (29 tahun), seorang pekerja kantoran, merasakan tubuhnya lelah setiap hari meski hasil cek glukosa menunjukkan angka normal: 92 mg/dL. Ia telah mencoba mengatur pola makan dan tidur, namun tubuh tetap terasa berat.

Setelah berkonsultasi dengan dokter dan menjalani pemeriksaan lengkap, diketahui bahwa Rani mengalami hipotiroidisme ringan dan defisiensi zat besi. Setelah mendapat terapi tiroid dan suplemen zat besi, keluhan lemas berkurang secara signifikan dalam dua minggu.

Studi ini selaras dengan laporan Systematic Review on Fatigue and T2D (Wyness et al., 2021) dan penjabaran dalam buku The Thyroid Solution bahwa gangguan metabolisme minor dapat menyebabkan kelelahan tanpa memengaruhi gula darah.

FAQ

1. Apakah lemas selalu berkaitan dengan kadar gula darah?

Tidak. Banyak faktor lain seperti tiroid, anemia, kurang tidur, stres, dan hidrasi yang dapat menyebabkan tubuh lemas meski kadar gula darah normal.

2. Apakah tidur cukup sudah pasti membuat tubuh bugar?

Belum tentu. Tidur berkualitas buruk juga bisa menyebabkan kelelahan meski durasi tidur cukup.

3. Apa solusi terbaik jika merasa lemas terus?

Lakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari cek fungsi tiroid, kadar zat besi, kualitas tidur, hidrasi, dan gaya hidup harian.

4. Apakah olahraga membantu mengatasi lelah meski gula darah normal?

Ya. Olahraga rutin membantu meningkatkan energi alami dan memperbaiki sirkulasi tubuh secara menyeluruh.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|