Kenali 11 Ciri-ciri Asam Lambung Naik dan Cara Mengatasinya

1 week ago 14

Liputan6.com, Jakarta Penyakit asam lambung atau yang dikenal dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan kondisi umum yang terjadi ketika asam dari lambung naik ke kerongkongan. Mengenali ciri-ciri asam lambung naik sejak dini sangat penting untuk penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa sakit yang signifikan jika tidak ditangani dengan baik.

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami masalah asam lambung karena tidak mengenali ciri-ciri asam lambung naik yang mereka alami. Gejala yang muncul seringkali disalahartikan sebagai masalah pencernaan biasa atau bahkan masalah jantung. Padahal, kondisi ini bisa menjadi kronis dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang jika terus dibiarkan tanpa pengobatan yang tepat.

Memahami ciri-ciri asam lambung naik menjadi langkah awal untuk mendiagnosis dan mengatasi masalah ini. Dari sensasi terbakar di dada hingga kesulitan menelan, ciri-ciri asam lambung naik dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.

Berikut ini, telah Liputan6.com rangkum secara komprehensif tentang gejala, penyebab, faktor risiko, dan berbagai pendekatan penanganan untuk kondisi asam lambung yang naik ke kerongkongan, pada Selasa (8/4).

Beredar informasi yang mengklaim gerd atau penyakit asam lambung memicu kematian mendadak. Lalu benarkah gerd picu kematian?

Apa Itu Penyakit Asam Lambung?

Penyakit asam lambung atau GERD adalah kondisi yang terjadi ketika asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan. Kondisi ini juga dikenal sebagai penyakit refluks gastroesofagus yang dapat menimbulkan nyeri pada ulu hati, heartburn, dan berbagai gejala lainnya di area dada bagian bawah dan perut.

Proses terjadinya GERD berkaitan dengan mekanisme alami dalam tubuh kita. Saat kita menelan makanan, pita otot melingkar di bagian bawah kerongkongan yang disebut sfingter esofagus bagian bawah akan rileks untuk memungkinkan makanan dan cairan mengalir ke perut. Setelah makanan lewat, sfingter seharusnya menutup kembali untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.

Namun, pada penderita GERD, sfingter ini mengendur atau melemah sehingga asam lambung dapat mengalir kembali ke kerongkongan, menimbulkan iritasi dan peradangan. Orang yang mengidap penyakit ini biasanya mengalami refluks asam yang ringan paling tidak dua kali seminggu, serta gangguan yang parah paling tidak sekali dalam seminggu. Salah satu penyebab paling umum dari kondisi ini adalah hernia hiatus, yaitu kondisi ketika bagian atas perut dan sfingter bergerak di atas diafragma, otot yang memisahkan perut dari dada.

Penyakit asam lambung memerlukan penanganan yang tepat melalui perubahan gaya hidup dan dalam beberapa kasus, pengobatan medis untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi jangka panjang. Memahami mekanisme terjadinya GERD adalah langkah penting untuk mengenali pentingnya penanganan yang tepat.

11 Ciri-Ciri Asam Lambung Naik yang Perlu Anda Waspadai

Meskipun gejala asam lambung naik bervariasi pada setiap orang, beberapa ciri umum sering muncul. Berikut 11 ciri-ciri yang perlu Anda waspadai:

  • Sensasi terbakar di dada (heartburn): Rasa panas dan terbakar yang menjalar dari dada ke tenggorokan, sering memburuk setelah makan, berbaring, atau membungkuk.
  • Mual dan muntah: Asam lambung yang naik dapat menyebabkan rasa mual dan muntah, terkadang disertai rasa asam atau pahit di mulut.
  • Rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi): Asam lambung yang kembali ke kerongkongan menimbulkan rasa asam atau pahit yang tidak nyaman.
  • Sulit menelan (disfagia): Peradangan pada kerongkongan akibat asam lambung yang sering naik menyebabkan rasa sakit atau kesulitan menelan, terutama makanan padat.
  • Batuk kronis atau suara serak: Iritasi pada pita suara atau saluran pernapasan menyebabkan batuk kering dan suara serak.
  • Perut kembung dan sendawa berlebihan: Penumpukan gas di lambung akibat asam lambung menyebabkan perut kembung dan sering sendawa.
  • Bau mulut: Asam lambung yang naik ke tenggorokan atau mulut dapat menyebabkan bau mulut dengan aroma asam.
  • Nyeri di ulu hati: Rasa nyeri atau tidak nyaman di area ulu hati (bagian tengah dada, di bawah tulang dada).
  • Sesak napas: Iritasi saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru dapat menyebabkan sesak napas.
  • Gangguan tidur: Gejala seperti heartburn dapat mengganggu kualitas tidur.
  • Gigi ngilu: Asam lambung yang naik dapat menyebabkan gigi menjadi ngilu.

Faktor Risiko Peningkatan Asam Lambung

Memahami faktor risiko yang dapat menyebabkan asam lambung naik sangat penting untuk pencegahan dan pengelolaan kondisi ini. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama:

  1. Makanan dan minuman tertentu dapat memicu atau memperburuk gejala GERD. Makanan berlemak tinggi seperti gorengan dan makanan cepat saji dapat memperlambat pengosongan perut dan meningkatkan tekanan di perut, yang mendorong asam lambung naik. Makanan pedas dan asam seperti tomat dan jeruk juga dapat mengiritasi lapisan kerongkongan dan memicu produksi asam lambung berlebih.
  2. Kafein dalam kopi, teh, dan minuman energi, serta alkohol, dapat melemaskan sfingter esofagus bagian bawah (LES) dan meningkatkan produksi asam lambung. Cokelat juga mengandung kafein dan teobromin yang dapat melemaskan LES. Minuman berkarbonasi meningkatkan tekanan di perut dan mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.
  3. Kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko GERD. Hernia hiatus, di mana bagian atas perut menonjol melalui diafragma ke rongga dada, dapat melemahkan LES dan meningkatkan risiko asam lambung naik. Obesitas meningkatkan tekanan pada perut, yang dapat mendorong asam lambung naik. Gastroparesis, kondisi di mana pengosongan perut melambat, menyebabkan makanan dan asam lambung tertahan lebih lama di perut dan meningkatkan risiko refluks.
  4. Kebiasaan gaya hidup tertentu juga berperan dalam perkembangan GERD. Merokok dapat melemaskan LES dan meningkatkan produksi asam lambung. Berbaring setelah makan atau makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat memudahkan asam lambung naik ke kerongkongan. Stres juga dapat memperburuk gejala asam lambung pada beberapa orang karena dapat meningkatkan produksi asam dan memperlambat pencernaan.

Diagnosis Penyakit Asam Lambung

Diagnosis yang tepat sangat penting untuk penanganan GERD yang efektif. Berikut adalah beberapa metode yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit asam lambung:

  1. Langkah pertama dalam diagnosis GERD adalah pemeriksaan fisik dan evaluasi riwayat medis. Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami, seberapa sering gejala tersebut muncul, dan faktor apa yang mungkin memperburuk atau meringankan gejala. Gejala asam lambung naik atau refluks asam lambung dianggap sebagai sebuah penyakit jika gejalanya muncul paling tidak hingga dua kali dalam kurun waktu satu pekan.
  2. Gastroskopi adalah prosedur yang memanfaatkan alat khusus seperti selang berkamera untuk melihat bagian dalam kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari. Tujuannya adalah untuk mendeteksi peradangan pada esofagus atau kerongkongan (esofagitis) akibat asam lambung naik. Dokter juga dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) selama prosedur ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  3. Manometri esofagus adalah tes yang digunakan untuk memeriksa irama gerakan otot saat penderita menelan serta mengukur kekuatan otot kerongkongan. Prosedur ini dapat membantu menentukan apakah ada gangguan pada fungsi sfingter esofagus bagian bawah yang mungkin berkontribusi pada GERD.
  4. Pengukuran tingkat keasaman (pH) kerongkongan dilakukan dengan memasukkan selang atau kateter ke dalam kerongkongan yang terhubung ke komputer untuk mengukur tingkat keasaman kerongkongan saat penderita melakukan aktivitas sehari-hari. Tes ini membantu dokter untuk mengetahui seberapa sering dan seberapa banyak asam lambung naik ke kerongkongan.

Pengobatan dan Penanganan Asam Lambung Naik

Meskipun hingga saat ini belum ada cara untuk menyembuhkan GERD secara total, namun kondisi ini dapat dikendalikan melalui pengobatan yang tepat. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan:

  1. Penanganan mandiri melalui perubahan gaya hidup sering kali menjadi langkah pertama dalam mengelola GERD. Ini meliputi mempertahankan berat badan ideal, berhenti merokok bagi perokok, menghindari makanan besar dan berat saat malam hari, dan menunggu beberapa jam setelah makan sebelum berbaring. Meninggikan kepala saat tidur dengan menggunakan bantal yang lebih tinggi juga dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur.
  2. Menghindari jenis makanan pemicu seperti makanan berlemak, pedas, atau tinggi asam juga sangat penting. Pola makan dengan porsi kecil namun lebih sering dapat membantu mengurangi tekanan pada lambung dan meminimalkan risiko refluks. Menjaga pola makan sehat dan teratur merupakan komponen penting dalam pengelolaan GERD jangka panjang.
  3. Pengobatan dengan obat-obatan mungkin direkomendasikan jika perubahan gaya hidup tidak memberikan hasil dalam beberapa minggu. Obat-obatan yang umum digunakan meliputi antasida untuk menetralisir asam lambung, penghambat reseptor H2 (H2 blocker) seperti Pepcid AC yang bekerja menurunkan jumlah asam yang lambung hasilkan, dan inhibitor pompa proton (PPI) seperti Prilosec yang juga menurunkan produksi asam lambung dan cenderung lebih efektif daripada penghambat H2.

Dalam kasus GERD yang parah dan tidak responsif terhadap pengobatan konvensional, prosedur operasi mungkin menjadi pertimbangan. Prosedur ini biasanya bertujuan untuk memperkuat sfingter esofagus bagian bawah dan mencegah asam lambung naik ke kerongkongan. Selama pengobatan, penderita GERD juga perlu menghindari segala faktor risiko dan pemicu kekambuhan dengan menerapkan pola hidup sehat dan mengonsumsi obat sesuai rekomendasi dokter.

Komplikasi Penyakit Asam Lambung Jika Tidak Ditangani

Tanpa pengobatan yang tepat, GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai:

  1. Esofagitis adalah kondisi di mana lapisan esofagus mengalami peradangan akibat paparan asam lambung secara terus-menerus. Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi, perdarahan, hingga ulserasi pada beberapa kasus. Gejala esofagitis meliputi nyeri dada, kesulitan menelan, dan dalam kasus yang parah, perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas.
  2. Striktur esofagus terjadi ketika kerusakan akibat asam lambung membentuk bekas luka yang menyebabkan penyempitan kerongkongan. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan karena makanan dapat tersangkut saat melewati kerongkongan. Penderita mungkin memerlukan prosedur dilatasi esofagus untuk memperlebar kerongkongan yang menyempit.
  3. Esofagus Barrett adalah komplikasi yang lebih serius di mana paparan asam lambung yang berulang menyebabkan perubahan pada sel dan jaringan lapisan esofagus. Kondisi ini meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kanker esofagus. Penderita Esofagus Barrett memerlukan pemantauan rutin melalui endoskopi untuk mendeteksi perubahan pra-kanker sedini mungkin.
  4. Selain komplikasi pada esofagus, GERD yang tidak diobati juga dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, bronkitis, dan pneumonia berulang. Ini terjadi karena asam lambung yang terasprasi ke saluran pernapasan dapat mengiritasi paru-paru dan saluran pernapasan. Oleh karena itu, penanganan GERD yang tepat tidak hanya penting untuk kesehatan saluran pencernaan tetapi juga untuk kesehatan pernapasan secara keseluruhan.

Pencegahan Penyakit Asam Lambung

Pencegahan adalah langkah terbaik dalam mengelola GERD. Berikut adalah beberapa strategi efektif untuk mencegah kekambuhan asam lambung naik:

  1. Mengatur pola makan merupakan strategi penting dalam pencegahan GERD. Makan dengan porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering dapat membantu mengurangi tekanan pada lambung dan sfingter esofagus. Menghindari makanan berlemak, pedas, asam, dan minuman berkarbonasi yang dapat memicu gejala juga sangat penting. Batasi juga konsumsi cokelat, kafein, dan alkohol yang dapat melemaskan sfingter esofagus bagian bawah.
  2. Perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok dapat membantu mengurangi risiko GERD. Nikotin dalam rokok melemaskan sfingter esofagus bagian bawah dan meningkatkan produksi asam lambung, sehingga meningkatkan risiko refluks. Selain itu, menjaga berat badan ideal juga penting karena obesitas meningkatkan tekanan pada perut yang dapat mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.
  3. Mengatur posisi tidur juga dapat membantu mencegah gejala GERD. Tidur dengan menggunakan alas kepala yang lebih tinggi dari badan atau mengganjal kepala tempat tidur 15-20 cm dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan saat tidur. Hindari juga makan minimal 2-3 jam sebelum tidur untuk memberi waktu pada lambung untuk mengosongkan isinya.
  4. Pengelolaan stres juga berperan penting dalam pencegahan GERD karena stres dapat memperburuk gejala pada beberapa individu. Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, dan yoga dapat membantu mengurangi tingkat stres. Menjaga pola hidup sehat secara keseluruhan, termasuk olahraga teratur (namun hindari olahraga intens segera setelah makan) juga dapat membantu mengelola gejala GERD dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|