Penyakit Kista Itu Apa? Kenali Jenis, Penyebab dan Metode Pengobatannya

2 days ago 12

Liputan6.com, Jakarta Kista adalah kondisi medis yang ditandai dengan munculnya benjolan menyerupai kantong berisi cairan, udara, nanah, atau bahkan zat padat seperti rambut. Benjolan ini bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh, mulai dari permukaan kulit seperti di wajah, leher, punggung, hingga organ dalam seperti ovarium.

Sebagian besar kista bersifat jinak dan berkembang secara perlahan tanpa menimbulkan gejala yang berarti. Namun, dalam beberapa kasus, kista bisa menyebabkan nyeri, terutama jika membesar, terinfeksi, atau tumbuh di area yang sensitif.

Meskipun banyak jenis kista tidak berbahaya, penting untuk mengenali gejala dan penyebabnya, karena ada kemungkinan kista berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, termasuk kanker. Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai penyakit ini sangat diperlukan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang apa itu kista, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (16/4/2025).

Ginjal menjadi salah satu organ penting bagi tubuh. Namun, ginjal sangat rentan terkena penyakit. Ada berbagai jenis penyakit yang menyerang organ ginjal, salah satunya penyakit kista.

Apa Itu Kista?

Kista adalah benjolan menyerupai kantung yang terbentuk secara abnormal di bawah permukaan kulit maupun di dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi berbagai jenis zat, seperti cairan, udara, nanah, zat semisolid, hingga rambut. Kista bisa muncul di berbagai lokasi, mulai dari area kulit seperti leher, wajah, dada, dan punggung, hingga organ dalam seperti ovarium, payudara, atau ginjal.

Kebanyakan kista bersifat jinak dan tidak berkembang menjadi kanker. Namun, dalam beberapa kasus, kista bisa menimbulkan masalah, terutama jika ukurannya membesar, terinfeksi, atau menekan jaringan di sekitarnya. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan rasa nyeri, pembengkakan, atau gangguan fungsi organ.

Kista terbentuk dari jaringan membran yang berbeda dari jaringan tubuh normal, dan memiliki dinding sendiri yang disebut sebagai dinding kista. Inilah yang membedakan kista dari jaringan tubuh lainnya.

Ukuran kista sangat bervariasi, ada yang sangat kecil hingga tidak terdeteksi, ada pula yang cukup besar dan bisa menimbulkan gejala yang mengganggu. Meskipun banyak kista tidak menimbulkan keluhan, penting untuk tetap waspada, terutama bila kista terus tumbuh atau menimbulkan rasa tidak nyaman.

Penanganan kista tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan gejala yang ditimbulkan. Dalam beberapa kasus, kista bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan. Namun, pada kondisi tertentu, diperlukan tindakan medis seperti pengeringan atau pengangkatan kista untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Jenis-jenis Kista dan Gejalanya

Berikut adalah beberapa jenis kista yang paling umum dijumpai.

1. Kista Ovarium

Kista ovarium adalah jenis kista yang terjadi pada indung telur (ovarium), bagian dari sistem reproduksi wanita. Kista ini sering kali tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan kesehatan rutin. Namun, ketika kista tumbuh besar atau pecah, wanita bisa merasakan nyeri panggul, perut kembung, atau bahkan rasa sakit saat berhubungan intim. 

Kista ovarium biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan tanpa pengobatan. Meskipun begitu, apabila kista ini menyebabkan komplikasi atau terpelintir, tindakan medis mungkin diperlukan.

2. Kista Payudara

Kista payudara adalah benjolan berisi cairan yang dapat berkembang di dalam jaringan payudara. Biasanya terjadi pada wanita usia 35 hingga 50 tahun, terutama selama masa perimenopause atau akibat perubahan hormon. Kista ini umumnya terasa lunak saat diraba, namun bisa juga menjadi keras. 

Terkadang, kista payudara menyebabkan rasa nyeri, terutama menjelang menstruasi. Meskipun umumnya jinak dan tidak berhubungan dengan kanker, kista payudara tetap perlu dipantau, apalagi jika ada perubahan ukuran atau gejala yang mencurigakan.

3. Kista Ganglion

Kista ganglion adalah benjolan yang muncul di sendi atau tendon, biasanya di pergelangan tangan, lutut, atau kaki. Kista ini berisi cairan dan terasa lunak jika disentuh. Meskipun tidak berbahaya, kista ganglion bisa menimbulkan rasa nyeri dan terbatasnya gerak, terutama jika tumbuh besar dan menekan saraf atau jaringan di sekitarnya. Beberapa orang mungkin melihat benjolan ini muncul dan hilang seiring waktu, namun jika gejala mengganggu aktivitas sehari-hari, perawatan medis bisa diperlukan.

4. Kista Baker

Kista baker, atau kista poplitea, terjadi di bagian belakang lutut dan berisi cairan yang biasanya berasal dari sendi lutut. Kista ini sering kali berkembang sebagai akibat dari cedera atau kondisi lain seperti radang sendi. Gejalanya mencakup pembengkakan di belakang lutut yang bisa menyebar ke area sekitar kaki. Rasa nyeri dan kekakuan juga sering terjadi, terutama saat meluruskan kaki. Jika kista ini membesar atau menekan pembuluh darah dan saraf, dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih lanjut.

5. Kista Bartholin

Kista Bartholin terbentuk pada saluran kelenjar Bartholin yang terletak di dekat lubang vagina. Kista ini terjadi ketika saluran kelenjar tersumbat, menyebabkan penumpukan cairan. Wanita yang aktif secara seksual atau yang pernah mengalami infeksi di area genital lebih berisiko mengalami kista ini. Gejalanya meliputi pembengkakan dan rasa nyeri, terutama saat berhubungan seksual. Dalam beberapa kasus, jika kista terinfeksi, bisa muncul nanah dan gejala lebih parah seperti demam.

6. Kista Aterom (Sebaseus)

Kista aterom adalah benjolan yang terbentuk akibat penyumbatan pada kelenjar minyak, yang biasanya muncul di wajah, leher, atau punggung. Kista ini berisi cairan atau zat kental dan sering kali bersifat jinak. Meski umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, kista aterom bisa membesar dan menyebabkan nyeri jika terinfeksi. Beberapa orang memilih untuk mengangkat kista ini demi alasan kosmetik atau menghindari infeksi berulang.

7. Kista Pilar (Trikilemal)

Kista pilar, atau kista trikilemal, muncul di folikel rambut dan sering ditemukan di kulit kepala. Penyebabnya adalah penumpukan keratin, suatu protein yang ada di kulit dan rambut. Benjolan kista pilar sering kali keras saat diraba dan biasanya tidak menyebabkan rasa sakit kecuali jika terinfeksi. Meski sering tidak mengganggu, kista ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan estetika bagi sebagian orang, terutama jika tumbuh besar atau banyak.

8. Kista Pilonidal

Kista pilonidal terjadi di area sekitar celah bokong dan biasanya berisi rambut dan kotoran. Kista ini cenderung terjadi akibat folikel rambut yang tumbuh ke dalam kulit, menyebabkan peradangan. Jika terinfeksi, kista pilonidal bisa mengeluarkan nanah dan darah dengan bau tidak sedap. Gejalanya mencakup rasa sakit yang hebat, terutama saat duduk atau bergerak. Pada kasus yang lebih serius, kista ini mungkin perlu diangkat melalui prosedur medis.

9. Kista Epidermoid

Kista epidermoid adalah benjolan kecil yang terbentuk di bawah kulit akibat penumpukan sel kulit mati. Biasanya berbentuk bulat atau oval, kista epidermoid dapat muncul di wajah, leher, atau punggung. Meskipun jarang menimbulkan gejala serius, kista ini bisa terasa nyeri jika terjadi infeksi. Biasanya kista ini tidak memerlukan perawatan medis kecuali jika membesar, terinfeksi, atau menyebabkan gangguan penampilan.

10. Mucocele

Mucocele adalah kista yang terbentuk di bibir atau rongga mulut akibat penyumbatan pada kelenjar ludah. Kista ini berisi cairan bening dan bisa terasa lunak jika disentuh. Meskipun umumnya tidak nyeri, mucocele bisa mengganggu, terutama jika tumbuh di area yang sering tergigit atau terkena gesekan. Mucocele dapat pecah dengan sendirinya, tetapi dalam beberapa kasus, pengobatan medis diperlukan untuk mengangkat kista.

11. Kista Kalazion

Kista kalazion terbentuk pada kelopak mata akibat penyumbatan pada kelenjar minyak yang ada di mata. Kista ini biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, namun bisa mengganggu penglihatan jika tumbuh besar. Kalazion seringkali dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, namun dalam beberapa kasus, pengobatan seperti kompres hangat atau pengangkatan diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

12. Kista Dermoid

Kista dermoid adalah jenis kista jinak yang berisi berbagai jenis jaringan, seperti folikel rambut, kelenjar keringat, bahkan gigi. Kista ini bisa tumbuh di berbagai lokasi, baik di permukaan kulit atau organ dalam seperti ovarium, tulang belakang, dan otak. Meskipun kista dermoid umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri, mereka dapat menyebabkan komplikasi serius jika tumbuh di organ vital atau mengganggu fungsi organ tersebut.

13. Kista Ginjal

Kista ginjal adalah kantung berisi cairan yang terbentuk di dalam ginjal. Kista ginjal sederhana biasanya tidak menimbulkan gejala, namun bisa menyebabkan nyeri pinggang atau tekanan darah tinggi jika tumbuh besar. Pada beberapa kasus, kista ginjal yang terinfeksi atau penyakit ginjal polikistik bisa menyebabkan masalah lebih serius seperti kerusakan ginjal, nyeri punggung, atau bahkan darah dalam urine.

14. Jerawat Kista

Jerawat kista adalah tipe jerawat yang berkembang dalam bentuk benjolan besar berisi nanah. Berbeda dengan jerawat biasa, jerawat kista lebih nyeri dan bisa meninggalkan bekas luka yang cukup dalam. Jerawat jenis ini sering muncul pada orang yang memiliki kulit berminyak atau gangguan hormonal. Pengobatan jerawat kista sering melibatkan penggunaan obat antibiotik atau pengobatan topikal untuk mengurangi peradangan dan mencegah infeksi.

Penyebab dan Faktor Risiko Kista

Kista adalah benjolan atau kantung abnormal yang berisi cairan, nanah, atau zat lain yang bisa terbentuk di berbagai bagian tubuh. Meskipun kista sering kali bersifat jinak dan tidak berbahaya, namun ada sejumlah penyebab dan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalaminya. Mengetahui penyebab dan faktor risiko kista sangat penting dalam usaha pencegahan dan deteksi dini.

Penyebab Kista

1. Saluran Tersumbat

Penyumbatan saluran tubuh adalah salah satu penyebab umum terbentuknya kista. Ketika saluran tubuh, seperti saluran pada kelenjar atau folikel rambut, tersumbat, cairan atau zat lainnya dapat terperangkap dan menyebabkan pembengkakan yang akhirnya membentuk benjolan. Sebagai contoh, kista ganglion terbentuk karena penumpukan cairan di sekitar sendi, sedangkan kista payudara dapat muncul akibat penyumbatan saluran susu.

2. Kelainan pada Sel

Pertumbuhan sel yang tidak normal juga bisa menjadi penyebab terbentuknya kista. Kelainan ini bisa mengganggu fungsi sel sehat dalam tubuh dan memicu pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang kemudian membentuk kantung atau benjolan berisi cairan. Kista ini bisa terbentuk di berbagai bagian tubuh, termasuk ovarium atau payudara.

3. Cedera

Cedera pada tubuh, seperti robekan pada ligamen atau lapisan jaringan tertentu, bisa menyebabkan pembentukan kista. Cedera ini bisa memicu reaksi tubuh yang menghasilkan penumpukan cairan atau jaringan yang terperangkap, yang akhirnya membentuk kista. Kista Baker, yang terbentuk di belakang lutut, sering kali disebabkan oleh cedera atau masalah pada sendi lutut.

4. Infeksi Parasit

Meskipun jarang terjadi, infeksi parasit juga dapat menjadi penyebab terbentuknya kista. Parasit tertentu dapat memicu infeksi yang menyebabkan pembentukan abses atau kista di dalam tubuh. Infeksi parasit ini seringkali melibatkan sistem pencernaan atau jaringan tubuh lainnya yang terinfeksi oleh parasit.

5. Kondisi Genetik

Beberapa kista dapat terbentuk karena kelainan genetik atau kondisi yang diwariskan. Beberapa penyakit langka, seperti penyakit ginjal polikistik atau sindrom von Hippel-Lindau, dapat menyebabkan pembentukan banyak kista di tubuh. Kondisi genetik ini dapat memengaruhi organ tertentu, seperti ginjal, otak, atau saluran reproduksi, dan meningkatkan risiko tumbuhnya kista.

6. Cacat pada Perkembangan Organ

Pada beberapa kasus, kista terbentuk karena cacat dalam perkembangan organ tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan membran yang berisi cairan, nanah, rambut, atau jaringan lain yang tidak normal. Kista dermoid adalah contoh kista yang terbentuk akibat kelainan perkembangan embrio, yang berisi jaringan seperti rambut, gigi, atau kelenjar.

7. Kondisi Inflamasi Kronis

Penyakit inflamasi kronis atau peradangan yang berlangsung lama dalam tubuh juga dapat memicu pembentukan kista. Peradangan yang tidak sembuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan pembentukan benjolan atau kista, seperti yang terjadi pada beberapa jenis kista yang terkait dengan penyakit radang usus.

Faktor Risiko Kista

Selain penyebab langsung, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kista. Beberapa faktor risiko ini antara lain.

1. Riwayat Keluarga

Jika anggota keluarga, seperti orang tua atau saudara kandung, memiliki riwayat kista, kemungkinan untuk mengalaminya juga bisa lebih tinggi. Faktor genetik memainkan peran penting dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami kista, terutama dalam kasus kista yang disebabkan oleh kelainan genetik tertentu.

2. Proses Inflamasi Kronis

Peradangan kronis atau penyakit inflamasi yang terjadi secara terus-menerus bisa meningkatkan kemungkinan terbentuknya kista. Penyakit seperti endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) dapat menyebabkan peradangan dalam organ reproduksi wanita, yang berpotensi memicu pembentukan kista di ovarium atau rahim.

3. Kelainan Perkembangan Embrio

Kelainan yang terjadi selama perkembangan embrio atau janin bisa meningkatkan risiko terbentuknya kista. Cacat perkembangan ini dapat menyebabkan kelainan struktural pada organ atau saluran tubuh, yang mengarah pada pembentukan kista, seperti kista dermoid.

4. Faktor Usia

Faktor usia juga mempengaruhi risiko terbentuknya kista. Beberapa jenis kista, seperti kista ovarium, lebih sering terjadi pada wanita usia reproduksi, sementara kista payudara lebih sering dialami oleh wanita berusia 35 hingga 50 tahun. Risiko untuk mengalami kista juga meningkat pada usia lanjut, tergantung pada jenis kista yang berkembang.

5. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) dan Endometriosis 

Kedua kondisi ini meningkatkan risiko pembentukan kista pada ovarium. Pada PCOS, ovarium menghasilkan banyak kista kecil yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormon, sedangkan pada endometriosis, jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan dapat menyebabkan kista pada ovarium atau saluran tuba.

6. Penggunaan Obat Penyubur Kandungan

Wanita yang menggunakan obat penyubur kandungan untuk membantu kehamilan juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kista ovarium. Obat ini merangsang ovarium untuk menghasilkan lebih banyak telur, yang dapat memicu pembentukan kista.

7. Kelainan atau Cedera pada Organ Tubuh

Cedera pada organ tubuh tertentu, seperti cedera pada payudara, ovarium, atau sendi, dapat memicu pembentukan kista. Begitu juga dengan adanya kelainan pada organ tubuh, seperti tumor atau perubahan seluler yang abnormal, yang dapat menyebabkan kista berkembang.

8. Efek Samping Kemoterapi

Pada beberapa kasus, penggunaan kemoterapi untuk pengobatan kanker dapat mempengaruhi tubuh dan meningkatkan risiko pembentukan kista, terutama di ovarium. Perubahan hormon atau kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kemoterapi dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan dan pembentukan kista.

Pengobatan Kista: Langkah-Langkah yang Dapat Ditempuh

Pengobatan kista dapat bervariasi, tergantung pada jenis kista, gejala yang dialami, dan seberapa besar atau menyakitkan kista tersebut. Beberapa kista bisa sembuh dengan sendirinya, sementara yang lain memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Berikut adalah beberapa metode pengobatan kista yang umum diterapkan.

Kapan Harus Mengunjungi Dokter?

Jika Anda merasakan munculnya benjolan atau pembengkakan di tubuh yang tidak hilang, atau jika benjolan tersebut menimbulkan rasa sakit, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, gejala seperti pembengkakan yang semakin membesar, rasa sakit yang terus-menerus, atau adanya cairan nanah dapat menandakan bahwa kista tersebut telah terinfeksi atau pecah, yang memerlukan perawatan medis.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala serta riwayat kesehatan Anda. Untuk memastikan diagnosis, dokter mungkin akan merekomendasikan pemindaian lanjutan (seperti USG, CT scan, atau MRI) dan/atau biopsi untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau berpotensi kanker.

Metode Pengobatan Kista

Meskipun banyak kista yang dapat menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus, ada beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan atau mengatasi kista yang tidak kunjung hilang.

  1. Kompres Hangat Untuk kista kecil atau yang tidak menimbulkan gejala serius, Anda bisa mencoba pengobatan rumahan dengan mengompres kista dengan kain hangat. Kompres hangat dapat membantu meredakan peradangan dan mempercepat penyembuhan kista. Namun, Anda tidak disarankan untuk memencet atau mencoba memecahkan kista sendiri, karena ini bisa menyebabkan infeksi atau memperparah kondisi kista.
  2. Suntikan Kortikosteroid Jika kista menyebabkan peradangan atau rasa nyeri yang cukup mengganggu, dokter bisa menyuntikkan kortikosteroid langsung ke dalam kista. Suntikan ini bertujuan untuk mengurangi peradangan dan mungkin akan mengecilkan ukuran kista. Terkadang, dengan perawatan ini, kista dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
  3. Aspirasi Cairan (Penyedotan Cairan) Untuk kista yang lebih besar atau yang menyebabkan rasa tidak nyaman, dokter dapat melakukan prosedur aspirasi. Ini melibatkan penggunaan jarum untuk menusuk kista dan mengeluarkan cairan yang ada di dalamnya. Prosedur ini bisa membantu mengurangi ukuran kista dan meredakan gejalanya. Namun, jika kista tersebut kembali terbentuk setelah prosedur ini, maka pengobatan lebih lanjut mungkin diperlukan.
  4. Pengangkatan Kista Melalui Operasi Jika kista tidak dapat diatasi dengan suntikan kortikosteroid atau aspirasi cairan, atau jika kista terinfeksi atau terus tumbuh, operasi pengangkatan bisa menjadi pilihan. Dokter akan mengangkat kista dengan prosedur bedah untuk mencegah masalah lebih lanjut. Pengangkatan melalui operasi biasanya direkomendasikan jika kista bersifat lebih kompleks atau tidak dapat dikeluarkan dengan cara lain.

Diagnosis Kista

Proses diagnosis kista dimulai dengan pemeriksaan fisik oleh dokter yang akan mengevaluasi benjolan dan mengidentifikasi jenis kista. Terkadang, jika benjolan tidak dapat dilihat secara langsung, terutama pada kista ovarium, dokter akan menggunakan teknik pencitraan seperti USG, CT scan, atau MRI untuk memastikan diagnosis dan memeriksa apakah benjolan tersebut bersifat kanker.

Selain pemindaian, jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan biopsi untuk mengambil sampel jaringan dari kista. Sampel ini akan diperiksa di laboratorium untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau kanker.

Pencegahan dan Perawatan Lanjutan

Pencegahan kista tidak selalu dapat dilakukan karena banyak kista yang muncul tanpa alasan yang jelas. Namun, pemeriksaan kesehatan secara rutin dan deteksi dini dapat membantu mencegah komplikasi serius. Jika kista ditemukan pada tahap awal, pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan lebih lanjut dan memastikan pemulihan yang optimal.

Bagi penderita kista yang mengalami gejala seperti pembengkakan atau rasa sakit yang tak kunjung hilang, pengobatan segera diperlukan untuk menghindari infeksi atau komplikasi lebih lanjut. Selain itu, penting untuk tidak memencet kista secara mandiri karena hal ini dapat menyebabkan infeksi atau memperburuk kondisi.

Pengobatan kista bisa bervariasi, tergantung pada jenis, ukuran, dan lokasi kista, serta gejala yang ditimbulkan. Beberapa kista dapat sembuh dengan sendirinya, namun yang lainnya memerlukan perawatan medis seperti suntikan kortikosteroid, aspirasi cairan, atau bahkan operasi. Jika Anda merasa khawatir atau kista semakin besar dan menyakitkan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|