Naik Kereta Api Ini Jadi Perjalanan Paling Berbahaya di Dunia, 200 Gerbong Terbuka

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Bagi kebanyakan orang, naik kereta api adalah bagian dari rutinitas harian, pergi-pulang kerja atau sekadar berjalan-jalan. Kereta api juga sering dikaitkan dengan kenyamanan, ketepatan waktu, dan pemandangan yang menenangkan sepanjang perjalanan.

Namun, tak semua perjalanan kereta api seaman dan senyaman itu. Di balik ketenangan yang biasa kita nikmati, ada satu rute ekstrem yang hanya cocok bagi mereka yang benar-benar berani. Ini adalah pengalaman yang jauh berbeda, bahkan bisa dibilang berisiko tinggi.

Inilah Kereta Api Bijih Besi Mauritania. Kereta ini bukan hanya salah satu yang terpanjang dan terberat di dunia, tetapi juga dijuluki sebagai perjalanan kereta api paling berbahaya yang pernah ada.

Bayangkan, penumpang harus bertahan di atas gerbong terbuka, tanpa perlindungan dari panas, dingin, atau debu gurun yang membutakan. Beroperasi sejak 1963, kereta api ini sebenarnya tidak pernah dirancang untuk penumpang.

Tujuan utamanya adalah mengangkut bijih besi dari tambang di pedalaman menuju pelabuhan. Namun demi kebutuhan ekonomi dan kondisi setempat, warga lokal tetap nekat menumpang kereta maut itu demi mengakses dunia luar.

Inilah perjalanan kereta api paling berbahaya di dunia, dilansir Liputan6.com dari Siakap Keli, Senin (19/5/2025).

Beberapa penumpang yang diselamatkan setelah pemberontak Pakistan menyerang sebuah kereta api di provinsi Balochistan barat daya pada hari Selasa menerima perawatan medis di sebuah pusat bantuan dadakan yang didirikan di stasiun kereta api Quetta.

Menembus Gurun Sahara: Perjalanan Legendaris di Afrika Barat

Mauritania, sebuah negara tandus yang terletak di Afrika Barat, ternyata menyimpan kekayaan alam yang luar biasa, terutama bijih besi. Sumber mineral berharga ini ditemukan jauh di tengah Gurun Sahara, jauh dari kota maupun fasilitas dasar.

Untuk mengangkut bijih besi dari kota tambang Zouérat menuju pelabuhan Nouadhibou di pesisir Samudra Atlantik, dibangunlah sebuah sistem kereta api khusus. Seiring waktu, jalur ini berubah menjadi legenda di benua Afrika.

Kereta api ini menempuh perjalanan sejauh 704 kilometer melintasi padang pasir tanpa henti. Durasi perjalanannya bisa memakan waktu antara 14 hingga 20 jam, tergantung kondisi.

Yang dilalui bukanlah jalur biasa, kereta ini melaju menembus lautan pasir, dataran panas menyengat, dan wilayah tandus sejauh mata memandang. Sebuah perjalanan yang benar-benar menguji ketahanan fisik dan mental.

200 Gerbong Tanpa Atap: Kereta Api Paling Ekstrem di Dunia

Apa yang membuat kereta api ini begitu luar biasa sekaligus berbahaya adalah desainnya yang sangat jauh dari standar kereta penumpang biasa. Tidak ada tempat duduk, tidak ada kabin, bahkan tidak ada atap pelindung.

Kereta ini terdiri dari lebih dari 200 gerbong kargo terbuka, masing-masing mengangkut sekitar 84 ton bijih besi. Penduduk setempat menjulukinya "Train du Désert" atau "Kereta Api Gurun", sebutan yang menggambarkan betapa brutalnya perjalanan ini.

Meski kondisinya sangat keras, banyak warga lokal tetap menumpang secara gratis demi mencapai tujuan mereka. Tak ada tiket, tak ada nomor kursi, mereka hanya memanjat dan duduk di atas tumpukan bijih besi sambil membalut tubuh dengan kain untuk melindungi diri dari panas dan debu gurun yang menyengat.

Kereta api ini juga tidak berhenti di stasiun mana pun. Tak ada makanan, tak ada air, dan tak tersedia bantuan darurat jika terjadi insiden. Meski demikian, bagi sebagian komunitas di pedalaman Mauritania, ini adalah satu-satunya moda transportasi murah yang tersedia.

Melintasi Jalur Penuh Bahaya di Tengah Gurun Panas

Perjalanan ekstrem ini dimulai dari Zouérat, sebuah kota yang terletak dekat perbatasan Sahara Barat, wilayah yang dikenal rawan dengan aktivitas militan dan kelompok bersenjata.

Meski kota Choum dianggap sebagai titik naik paling aman, para penumpang tetap harus mengandalkan diri sendiri sepenuhnya sepanjang perjalanan. Tak ada petugas, tak ada fasilitas, hanya ketahanan fisik dan mental yang menjadi pegangan utama.

Pada musim panas, suhu bisa melonjak hingga lebih dari 50°C. Tak hanya itu, badai pasir pun dapat muncul tiba-tiba tanpa peringatan, menyapu gurun dengan kekuatan mematikan.

Meskipun tantangan yang dihadapi sangat ekstrem, kereta api ini tetap melaju setiap hari, tak pernah berhenti menembus ganasnya padang pasir demi menghubungkan masyarakat di wilayah terasing.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|