Orang Jakarta Zaman Dulu Rayakan Lebaran dengan Jahit Baju, Begini Ceritanya

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta Tradisi Nyedengin sudah ada sejak zaman dahulu di kalangan masyarakat Betawi. Kata Nyedengin sendiri berasal dari bahasa Betawi yang berarti mengukur. Dalam konteks Lebaran, Nyedengin merujuk pada kebiasaan mengukur dan menjahit baju baru sebelum Hari Raya tiba.

Pada masa lalu, pusat perbelanjaan belum sepopuler sekarang, sehingga pakaian baru untuk Lebaran hampir selalu dibuat di tukang jahit. Biasanya, tradisi ini dimulai pada 10 hari terakhir Ramadan, saat orang tua membawa anak-anak mereka ke tukang jahit langganan untuk mengukur badan dan memilih model pakaian.

Pengamat budaya Betawi, Yahya Andi Saputra, menyebut bahwa Nyedengin bukan hanya soal membuat pakaian baru, tetapi juga mencerminkan budaya masyarakat Betawi yang penuh dengan nilai kebersamaan dan persiapan menyambut hari besar dengan sebaik mungkin. Lantas bagaimana ceritanya? simak informasinya berikut, dirangkum Liputan6 selengkapnya.

Promosi 1

Asal Usul Tradisi Jahit Baju untuk Lebaran yang Dikenal dengan Nama Nyedengin

Menurut laman kebudayaanbetawi.com tradisi Nyedengin sudah ada sejak zaman dahulu di kalangan masyarakat Betawi. Kata Nyedengin sendiri berasal dari bahasa Betawi yang berarti mengukur. Dalam konteks Lebaran, Nyedengin merujuk pada kebiasaan mengukur dan menjahit baju baru sebelum Hari Raya tiba.

Pada masa lalu, pusat perbelanjaan belum sepopuler sekarang, sehingga pakaian baru untuk Lebaran hampir selalu dibuat di tukang jahit. Biasanya, tradisi ini dimulai pada 10 hari terakhir Ramadan, saat orang tua membawa anak-anak mereka ke tukang jahit langganan untuk mengukur badan dan memilih model pakaian.

Pengamat budaya Betawi, Yahya Andi Saputra, menyebut bahwa Nyedengin bukan hanya soal membuat pakaian baru, tetapi juga mencerminkan budaya masyarakat Betawi yang penuh dengan nilai kebersamaan dan persiapan menyambut hari besar dengan sebaik mungkin.

“Saya ingat, kami yang berumur di bawah 15 tahun dibuatkan baju tangan pendek dan celanan pendek. Sementara abang-abang yang sudah sekolah PGA dan SMEA dibuatkan celana ulur (celana panjang) dan baju tangan panjang,” ucap Yahya, dilansir dari Merdeka.com.

Baju Nantinya Dipakai saat Hari H Lebaran Idul Fitri

Setelah proses Nyedengin dilakukan, baju yang sudah selesai dijahit akan digunakan pada pagi hari saat Idul Fitri. Masyarakat Betawi meyakini bahwa mengenakan pakaian baru di hari kemenangan adalah bagian dari menyambut Idul Fitri dengan penuh kebersihan, baik secara lahir maupun batin.

Anak-anak yang telah mendapatkan pakaian baru akan mengenakannya saat berangkat sholat Id di masjid atau lapangan. Biasanya, pakaian mereka berupa baju tangan pendek dan celana pendek bagi anak kecil, sedangkan remaja akan mengenakan kemeja tangan panjang dengan celana panjang.

Pakaian baru ini juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka yang telah menyelesaikan ibadah puasa sebulan penuh. Selain untuk sholat Id, baju ini juga dipakai saat bersilaturahmi ke rumah keluarga dan tetangga, mencerminkan kesopanan dan rasa hormat dalam perayaan Hari Raya.

"Bagi anak kampung dari keluarga biasa, mengganti dan memakai baju baru hanya dimungkinkan pada saat hari lebaran," ujar Yahya.

Membawa Kain ke Tukang Jahit Langganan Buat Nyedengin

Baju yang digunakan untuk Lebaran tidak dibeli langsung, tetapi dibuat khusus oleh tukang jahit langganan. Biasanya, kain akan dibeli di pasar beberapa minggu sebelum Ramadan, kemudian dibawa ke tukang jahit untuk diukur dan dijahit sesuai ukuran masing-masing.

Saat proses Nyedengin, tukang jahit akan mengukur panjang dan lebar tubuh pemesan untuk memastikan baju yang dibuat pas dikenakan. Beberapa model pakaian yang umum dibuat adalah baju koko (sadariah), gamis, baju safari, dan celana panjang ulur.

Keterampilan tukang jahit sangat menentukan hasil akhir pakaian. Oleh karena itu, banyak keluarga memiliki tukang jahit langganan yang dipercaya karena kualitas jahitannya. Proses ini sering kali menjadi pengalaman menyenangkan bagi anak-anak, karena mereka bisa memilih model baju dan melihat langsung bagaimana pakaian mereka dibuat.

"Oleh karena itu, setelah puasa masuk hari ke-10 (banya yang sudah ngukur sejak awal puasa), saya diajak Babe ngukur ke tukang jait (Jahit)," tambahnya.

Baju Diambil saat Malam Takbiran

Karena banyaknya pesanan yang harus diselesaikan, sering kali tukang jahit baru menyelesaikan pekerjaan mereka pada malam takbiran. Momen ini menjadi saat yang mendebarkan bagi anak-anak, karena mereka akan melihat hasil baju yang sudah jadi.

Banyak keluarga Betawi yang baru mengambil baju mereka setelah sholat tarawih terakhir di malam takbiran. Jika ada kekurangan dalam jahitan atau ukuran yang kurang pas, biasanya tukang jahit akan langsung melakukan perbaikan agar bisa digunakan keesokan paginya.

Pengalaman mengambil baju di malam takbiran ini menjadi kenangan tersendiri bagi masyarakat Betawi zaman dulu. Suasana sibuk di rumah, suara takbir yang menggema, dan kegembiraan menyambut Lebaran membuat tradisi Nyedengin terasa lebih istimewa.

“Pernah sekali waktu kami diajak ngukur seminggu menjelang lebaran. Hati berdebar karena baju kelar dijahit malam takbiran,” kata Yahya, lagi.

Baju Harus Gedombrangan Alias Berukuran Besar Agar Awet

Salah satu ciri khas baju hasil Nyedengin adalah ukurannya yang gedombrangan, alias dibuat lebih besar dari ukuran tubuh pemakainya. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan karena alasan kepraktisan dan ekonomi.

Pada zaman dahulu, membeli baju baru setiap tahun bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, orang tua sengaja meminta tukang jahit untuk membuat baju dengan ukuran yang sedikit lebih besar agar bisa digunakan selama beberapa tahun ke depan.

Selain itu, anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan pakaian yang bisa tetap muat meskipun mereka bertambah besar. Dengan strategi ini, pakaian Lebaran bisa dipakai dalam waktu yang lebih lama, sehingga lebih hemat dan tetap nyaman digunakan.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Tradisi Nyedengin Baju untuk Lebaran

1. Apa itu tradisi Nyedenginbaju?

Nyedengin adalah tradisi masyarakat Betawi dalam menjahit baju baru untuk Lebaran dengan mengukur badan di tukang jahit sebelum Hari Raya.

2. Mengapa orang Betawi zaman dulu menjahit baju Lebaran?

Karena pada masa itu, pusat perbelanjaan belum berkembang seperti sekarang, sehingga pakaian Lebaran lebih sering dibuat sendiri dengan kain yang dijahit oleh tukang jahit langganan.

3. Kapan waktu yang tepat untuk Nyedengin baju?

Tradisi ini biasanya dilakukan 10 hari terakhir Ramadan, agar baju bisa selesai tepat waktu sebelum Lebaran.

4. Mengapa baju hasil Nyedengin dibuat lebih besar dari ukuran asli?

Agar pakaian bisa digunakan dalam jangka waktu lebih lama, terutama bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

5. Apakah tradisi Nyedengin baju masih ada hingga sekarang?

Saat ini, tradisi Nyedengin mulai berkurang karena banyak orang lebih memilih membeli pakaian jadi di pusat perbelanjaan, meskipun beberapa keluarga masih mempertahankan kebiasaan ini.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|