Resep Soto Ayam Kuning Khas Lamongan, Tambahkan Bahan Ini Biar Makin gurih

1 week ago 7

Soto Lamongan mulai dikenal secara luas sejak tahun 1980-an hingga 1990-an. Namun, jauh sebelum itu, hidangan ini telah mengalami berbagai modifikasi dan pengaruh budaya. Awalnya, masyarakat Lamongan yang mayoritas perantau menjajakan soto dengan cara dipikul dan berkeliling dari kampung ke kampung. Seiring waktu, mereka mulai menetap dan membuka warung soto di berbagai daerah di Indonesia.

Secara historis, Soto Lamongan menggabungkan unsur kuliner dari berbagai budaya, termasuk Cina, Jawa, dan Eropa. Pengaruh kuliner Cina terlihat dalam penggunaan soun, kecap, dan tauge, yang merupakan bahan-bahan khas peranakan. Dari budaya Jawa, soto ini mengadopsi berbagai bumbu rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, serai, dan daun salam, yang memberikan warna kuning dan aroma khas pada kuahnya. Sementara itu, unsur Eropa hadir dalam pemakaian ketumbar, merica, seledri, dan kubis.

Salah satu aspek menarik dalam sejarah Soto Lamongan adalah kaitannya dengan Dusun Kebontengah, Kecamatan Deket, Lamongan. Di daerah ini terdapat makam Buyut Bakal, yang diyakini sebagai juru masak Sunan Giri. Konon, Buyut Bakal memainkan peran penting dalam perkembangan Soto Lamongan hingga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.

Seiring berjalannya waktu, Soto Lamongan mengalami inovasi, baik dalam bahan maupun cara penyajiannya. Salah satu inovasi terbesar adalah penambahan koya, yaitu campuran kerupuk udang dan bawang putih goreng yang dihaluskan. Koya tidak hanya memberikan rasa gurih yang lebih kaya, tetapi juga menambah tekstur unik pada kuah soto. Awalnya, koya dibuat dari kerupuk udang afkir atau sisa yang tidak layak disajikan kepada tamu, tetapi kini koya dibuat dari kerupuk udang utuh demi menjaga kualitas rasa.

Komponen Khas Soto Lamongan

Selain koya, Soto Lamongan juga memiliki beberapa komponen khas yang menunjukkan pengaruh budaya dalam perkembangannya:

  • Soun – Mie bening yang berasal dari kacang hijau, merupakan ciri khas kuliner Cina yang tidak mempengaruhi rasa soto secara signifikan.
  • Kecap Manis – Awalnya berasal dari kecap asin Cina (kôechiap) yang kemudian berkembang menjadi kecap manis untuk menyesuaikan dengan selera Nusantara.
  • Tauge – Tidak selalu digunakan, tetapi sering ditemukan dalam sajian soto di desa-desa Lamongan, terutama saat acara hajatan.

Popularitas dan Penyebaran Soto LamonganBerawal dari usaha masyarakat Lamongan yang merantau dan berjualan soto, hidangan ini kini dapat ditemukan di seluruh Indonesia, terutama di warung-warung pinggir jalan. Kepopuleran Soto Lamongan juga tidak lepas dari cara penyajiannya yang fleksibel, memungkinkan setiap orang menyesuaikan rasa sesuai selera dengan tambahan kecap, sambal, atau koya.

Dari masa ke masa, Soto Lamongan terus berkembang tanpa kehilangan identitasnya sebagai salah satu ikon kuliner khas Indonesia. Kombinasi cita rasa rempah, inovasi lokal, serta pengaruh budaya membuatnya tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari sejarah dan budaya kuliner Nusantara.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|