Apa Bedanya Kebaya Encim dan Kebaya Biasa? Ini Perbandingan Lengkapnya dari Sejarah hingga Harga

1 month ago 15

Liputan6.com, Jakarta Busana tradisional Indonesia, kebaya, telah menjadi simbol keindahan dan warisan budaya yang kaya. Seiring waktu, kebaya mengalami beragam transformasi dan melahirkan berbagai variasi di setiap daerah, mencerminkan kekayaan akulturasi budaya Nusantara. 

Di antara ragam tersebut, dua jenis yang sering menjadi perbincangan adalah Kebaya Encim dan kebaya "biasa" atau kebaya pada umumnya. Meskipun keduanya sama-sama kebaya, terdapat perbedaan mendasar yang signifikan dari segi asal-usul, karakteristik desain, bahan yang digunakan, hingga perbandingan harganya. 

Mari kita telusuri lebih jauh apa saja yang membedakan kebaya encim yang identik dengan budaya Betawi dan Peranakan Tionghoa, dengan kebaya pada umumnya yang lebih universal dalam desain dan penggunaannya di berbagai wilayah Indonesia.

Asal-usul dan Sejarah Kebaya

Kebaya memiliki sejarah yang panjang di Indonesia, dimulai sejak abad ke-15. Awalnya, kebaya merupakan pakaian yang populer di kalangan perempuan pribumi, khususnya dikenakan oleh golongan keluarga kerajaan di Pulau Jawa sebelum tahun 1600. Selama masa penjajahan Belanda, wanita-wanita Eropa juga mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi, menunjukkan adaptasi budaya dalam busana.

Kata "kebaya"  kemungkinan berasal dari bahasa Arab qaba atau abaya (yang berarti "tunic" atau jubah panjang), lalu masuk ke Nusantara melalui pengaruh Arab dan bahasa Portugis cabaya/caba saat era penjelajahan abad ke-15–16.

Pakaian ini dibawa ke Nusantara oleh pedagang Arab ratusan tahun lalu, kemudian menyebar luas ke berbagai wilayah seperti Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi, menjadi busana yang dikenakan secara umum oleh masyarakat.

Berbeda dengan kebaya umum, kebaya encim merupakan jenis kebaya yang identik dengan budaya Betawi dan Peranakan Tionghoa. Kebaya ini muncul sebagai bentuk akulturasi kebudayaan Betawi, Melayu, Tionghoa, dan Belanda pada abad ke-19, mencerminkan perpaduan harmonis dari berbagai pengaruh. Asal-usulnya terkait erat dengan gelombang imigrasi penduduk Tionghoa ke Indonesia karena perdagangan, yang membawa serta tradisi busana mereka.

Perempuan Tionghoa yang menikah dengan pria lokal atau "Nyai" mulai mengenakan kebaya dengan bahan yang lebih halus dan mahal, serta model yang memadukan budaya Tionghoa dan lokal. Kebaya Encim juga dikenal sebagai kebaya Nyonya, terutama di kalangan wanita Peranakan yang tinggal di daerah koloni Inggris Malaya, menunjukkan penyebarannya yang luas.

Karakteristik Desain dan Potongan

Kebaya pada umumnya adalah pakaian atasan yang terbuka di bagian depan, terbuat dari kain ringan seperti brokat, katun, kasa, atau renda. Potongannya bervariasi, mulai dari yang pendek sepinggul hingga panjang selutut atau sebetis, memberikan banyak pilihan bagi pemakainya. 

Kebaya ini seringkali memiliki potongan yang pas di badan (fit) dan bahan yang tipis atau transparan, menampilkan siluet tubuh.

Beberapa jenis kebaya umum meliputi Kebaya Jawa dengan kerah V dan bagian bawah meruncing, serta Kebaya Kutubaru yang memiliki kain tambahan di bagian dada dan perut yang disebut "bef". Variasi ini menunjukkan adaptasi kebaya sesuai dengan tradisi dan preferensi daerah masing-masing, memperkaya khazanah busana tradisional Indonesia.

Kebaya encim memiliki ciri khas yang membedakannya secara signifikan dari kebaya biasa. Identik dengan kerah berbentuk V, bagian depannya dihias dengan aksen bordiran atau renda lebar hingga ke bawah, yang seringkali senada dengan warna kebaya. 

Motif bordir bisa berupa flora dan fauna, seperti bunga peony khas Tiongkok, burung merak yang melambangkan kebahagiaan, burung phoenix untuk kesejahteraan, dan kura-kura untuk panjang umur, sarat akan makna filosofis.

Berbeda dengan kebaya lain yang cenderung pas di badan, Kebaya Encim memiliki potongan yang longgar, memberikan kenyamanan saat dikenakan. Kebaya ini juga memiliki lipatan sisi baju yang berada di tengah, memudahkan pemakaian dan pelepasan. 

Umumnya memiliki panjang di bawah pinggul, beberapa jenis Kebaya Encim, seperti kebaya kerancang, memiliki model kartini dengan ujung meruncing ke bawah di bagian depan sekitar 20-30 cm dari bagian datar di pinggul. 

Meskipun dulunya banyak dibuat dari kain berwarna putih, setelah Perang Dunia II, Kebaya Encim mulai hadir dalam warna-warna cerah seperti merah, kuning, fuchsia, hijau lemon, dan turquoise, mengikuti perkembangan zaman.

Bahan dan Penggunaan

Kebaya umum dapat dibuat dari berbagai jenis kain, termasuk nilon, brokat, atau sutra, menawarkan pilihan yang luas sesuai dengan kebutuhan dan preferensi. Bahan yang digunakan seringkali semi-transparan, sehingga memerlukan penggunaan kemben atau dalaman lainnya untuk kesopanan, terutama dalam acara formal.

Di sisi lain, Kebaya Encim umumnya didominasi oleh bahan kain katun atau organza. Kain katun memiliki karakteristik lentur, tidak kaku, menyerap keringat, dan menjaga tubuh tetap sejuk, sehingga sangat nyaman dipakai di iklim tropis Indonesia. 

Bahan lain yang juga digunakan adalah sutra, polyester, nilon, dan brokat, namun katun balotelli dianggap sebagai bahan yang bagus dan nyaman karena teksturnya yang berserat dan tidak mudah kusut, menjadikannya pilihan favorit.

Kebaya Encim juga sering menggunakan kain brokat dan motif-motif Tionghoa yang kaya warna, seringkali diimpor langsung dari Tiongkok, menambah nilai estetika dan keasliannya. 

Fleksibilitas Kebaya Encim terlihat dari penggunaannya yang cocok untuk acara formal, semi-formal, maupun kasual, tergantung pada padu padannya. Untuk acara semi-formal, kebaya ini bisa dipadupadankan dengan berbagai cara lilit kain atau celana berwarna netral, menciptakan gaya yang modern namun tetap tradisional.

Dalam pernikahan adat Betawi, Kebaya Encim biasanya dipadukan dengan kain sarung batik dan selendang, serta perhiasan emas atau perak, melengkapi penampilan pengantin wanita. Kombinasi ini tidak hanya menampilkan keindahan busana, tetapi juga melestarikan tradisi budaya yang kaya, menunjukkan peran penting Kebaya Encim dalam upacara adat.

Perbandingan Harga

Harga kebaya sangat bervariasi tergantung pada bahan, kerumitan desain, detail bordiran, dan merek pembuatnya. Faktor-faktor ini secara signifikan memengaruhi nilai jual sebuah kebaya, baik itu Kebaya Encim maupun kebaya biasa.

Berdasarkan data dari platform e-commerce, harga Kebaya Encim dapat ditemukan dalam rentang yang cukup luas, mencerminkan variasi kualitas dan desain. Harga Kebaya Encim bordir modern tangan panjang berkisar antara Rp65.365 hingga Rp79.800, sementara model lain juga tersedia dengan harga mulai dari Rp60.000 hingga Rp265.000. 

Harga kebaya "biasa" atau kebaya pada umumnya juga sangat bervariasi, tergantung pada model, bahan, dan detail yang menyertainya. Harga kebaya "biasa" dapat ditemukan mulai dari sekitar Rp21.894 hingga Rp399.000 atau lebih, menunjukkan rentang yang sangat lebar. 

Harga kebaya umum berkisar dari Rp55.900 untuk rok batik bawahan hingga Rp550.000 untuk atasan bahan kebaya bordiran suji, dengan harga rata-rata pasaran kebaya di Indonesia sekitar Rp241.995.

Secara umum, Kebaya Encim cenderung memiliki harga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kebaya "biasa" yang sangat sederhana, terutama karena detail bordir yang rumit dan bahan yang seringkali lebih berkualitas. 

People Also Ask

1. Apa perbedaan utama antara Kebaya Encim dan Kebaya Biasa?

Jawaban: Perbedaan utama terletak pada asal-usul, karakteristik desain, bahan, dan harganya. Kebaya Encim identik dengan budaya Betawi dan Peranakan Tionghoa dengan ciri khas bordir V-neck dan potongan longgar, sementara kebaya biasa lebih umum dan bervariasi.

2. Apakah harga Kebaya Encim selalu lebih mahal dari kebaya biasa?

Jawaban: Secara umum, Kebaya Encim cenderung sedikit lebih tinggi harganya karena detail bordir dan kualitas bahan. Namun, kebaya biasa dengan desain modern atau bahan premium juga bisa memiliki harga yang setara atau lebih mahal.

3. Apa saja ciri khas desain Kebaya Encim?

Jawaban: Ciri khas Kebaya Encim meliputi kerah V, aksen bordiran atau renda lebar di bagian depan dengan motif flora dan fauna, potongan longgar, lipatan sisi baju di tengah, dan panjang di bawah pinggul.

4. Bahan apa yang sering digunakan untuk Kebaya Encim?

Jawaban: Kebaya Encim umumnya didominasi oleh bahan kain katun atau organza karena lentur dan menyerap keringat. Bahan lain seperti sutra, polyester, nilon, dan brokat juga digunakan, dengan katun balotelli sebagai pilihan favorit.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|