Apa Itu Avoidant dalam Hubungan, Apakah Anda atau Pasangan Memiliki Ciri-Cirinya?

4 weeks ago 14

Liputan6.com, Jakarta Ketika hubungan (relationships) mulai terasa semakin dekat, sebagian orang justru memilih untuk menjauh. Mereka tidak melakukannya karena tidak mencintai, melainkan karena merasa tidak nyaman dengan keintiman emosional. Pola ini bukan sekadar “butuh ruang”, melainkan bagian dari gaya kelekatan psikologis yang disebut avoidant attachment dalam hubungan.

Avoidant attachment bukan hal baru dalam dunia psikologi, namun masih banyak yang tidak menyadarinya. Seseorang bisa tampak mandiri dan kuat, namun diam-diam sedang menghindari keterikatan emosional yang lebih dalam. Ini adalah cara bertahan yang terbentuk sejak masa kanak-kanak, dan jika tidak dipahami, bisa merusak hubungan yang sebenarnya berpotensi sehat bahkan berubah menjadi toxic relationships.

Muncul Sejak Masa Kecil: Bagaimana Avoidant Attachment Terbentuk dalam Hubungan

Avoidant attachment berakar dari pengalaman masa kecil yang kurang responsif secara emosional. Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang tidak hadir secara emosional atau tidak sensitif terhadap kebutuhan afeksi seringkali belajar untuk tidak bergantung pada siapapun. Mereka mengembangkan keyakinan bahwa menunjukkan kebutuhan justru berisiko dan tidak akan mendapat respons yang diharapkan.

Faktor lain seperti orang tua yang sendiri memiliki avoidant attachment, pengabaian emosional, atau tekanan menjadi “mandiri sejak dini” turut memperkuat pola ini. Anak-anak dari latar belakang seperti ini akan tumbuh dengan kepercayaan bahwa kemandirian adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, bahkan dalam relasi cinta saat dewasa.

Tanda-tanda Seseorang Mengalami Avoidant Attachment

Tidak semua orang sadar bahwa dirinya memiliki avoidant attachment. Sering kali, perilaku ini terselubung di balik sikap mandiri dan tenang. Namun, jika dicermati, ada sejumlah pola yang khas dan berulang.

Berikut tanda-tanda umum avoidant attachment dalam hubungan:

1. Menghindari keintiman emosional

Tidak nyaman jika hubungan mulai memasuki ranah emosional yang dalam, sering mengalihkan topik personal.

2. Menarik diri saat hubungan makin dekat

Menjaga jarak meski pasangan menunjukkan kasih sayang lebih, sebagai bentuk perlindungan emosional.

3. Kesulitan mempercayai pasangan

Lebih percaya pada diri sendiri dibanding orang lain, jarang berbagi masalah.

4. Sulit mengekspresikan perasaan

Emosi dipendam untuk menghindari kerentanan.

5. Menolak dukungan atau bantuan

Cenderung mengandalkan diri sendiri, meski sebenarnya butuh bantuan.

6. Merasa bebas saat sendiri

Kemandirian ekstrem menjadi kebanggaan, meski bisa merugikan kedekatan dalam hubungan.

Bagaimana Avoidant Attachment Merusak Hubungan

Pada awalnya, individu dengan avoidant attachment terlihat mandiri dan tidak merepotkan. Namun, seiring waktu pasangan akan merasakan jarak emosional. Hubungan menjadi dingin, sepihak, dan rawan berubah menjadi toxic relationships.

Avoidant attachment membuat pasangan merasa tidak dihargai. Saat konflik, mereka lebih memilih menarik diri ketimbang menyelesaikan masalah. Akibatnya, komunikasi macet dan hubungan stagnan.

Langkah-Langkah Mengatasi Avoidant Attachment

Mengutip situs resmi Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, avoidant attachment bukan kutukan. Melainkan pola yang bisa diubah melalui kesadaran, usaha, dan dukungan yang tepat. Jika kamu atau pasanganmu termasuk dalam tipe ini, memahami penyebab dan pola perilakunya adalah langkah pertama yang sangat penting.

Mengatasi avoidant attachment membutuhkan waktu dan kesadaran. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Sadari pola yang ada dalam diri

Langkah pertama adalah menerima bahwa gaya ini ada dan mengganggu. Menyadari saja sudah menjadi separuh jalan menuju perubahan.

2. Kenali penyebabnya dari masa lalu

Refleksi masa kecil sangat penting untuk memahami akar avoidant attachment. Ini bisa membantu memutus rantai pola lama.

3. Mulai bangun keintiman secara bertahap

Cobalah menceritakan hal-hal kecil terlebih dahulu kepada pasangan. Kedekatan emosional bisa dilatih sedikit demi sedikit.

4. Gunakan komunikasi asertif saat butuh ruang

Alih-alih menghilang atau menarik diri, sampaikan kebutuhanmu secara sehat. Misalnya: “Aku butuh waktu sebentar, tapi kita bisa lanjut bicara nanti.”

5. Berlatih percaya pada pasangan

Meskipun terasa canggung, cobalah serahkan beberapa hal kecil untuk dikerjakan bersama. Ini akan membangun kepercayaan dan koneksi emosional.

6. Konsultasikan ke profesional jika perlu

Terapi bisa jadi tempat aman untuk membedah pola pikir yang sudah mengakar. Psikolog akan membimbing secara personal sesuai kebutuhanmu.

Peran Pasangan dan Orang Tua

Pola avoidant attachment tidak hanya bisa diatasi oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga membutuhkan empati dan pemahaman dari orang-orang terdekat. Pasangan perlu menyadari bahwa “menjauh” bukan berarti “tidak peduli”, melainkan bentuk perlindungan dari rasa takut yang lebih dalam. Dukungan yang tenang dan konsisten akan jauh lebih efektif daripada tekanan atau tuntutan.

Bagi orang tua, pencegahan dapat dimulai sejak dini dengan menjadi figur yang responsif secara emosional. Menunjukkan empati, hadir secara aktif, dan memberikan kenyamanan saat anak merasa cemas adalah langkah penting. Anak yang tumbuh dalam lingkungan emosional yang aman cenderung memiliki gaya kelekatan yang aman pula.

Mengajarkan anak mengenali emosi mereka dan mengizinkan mereka menunjukkan kebutuhan afeksinya sangatlah penting. Dengan waktu berkualitas bersama dan pendekatan penuh kasih, anak belajar bahwa kedekatan adalah hal yang aman. Hal ini membentuk dasar kuat untuk hubungan sehat di masa depan.

People Also Ask

Apa itu avoidant attachment secara sederhana?

Avoidant attachment adalah pola kelekatan di mana seseorang menghindari kedekatan emosional dalam hubungan karena takut disakiti atau ditolak.

Apa ciri orang dengan avoidant attachment?

Sulit mengekspresikan emosi, menjaga jarak saat hubungan makin dekat, dan sering kali terjebak dalam pola toxic relationships.

Bisakah avoidant attachment disembuhkan?

Ya, melalui terapi, kesadaran diri, dan dukungan pasangan.

Apakah avoidant attachment bisa membuat hubungan gagal?

Bisa, jika tidak diatasi, pola ini menghambat kedekatan dan membuat hubungan berakhir.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|