Liputan6.com, Jakarta Membahas tentang berapa harga anti bisa ular menjadi topik penting dalam dunia kesehatan darurat, terutama di negara tropis seperti Indonesia yang memiliki banyak spesies ular berbisa. Tidak sedikit masyarakat belum memahami nilai ekonomi di balik proses pembuatan serum ini, padahal pengembangannya melibatkan riset panjang dan biaya produksi tinggi. Proses pembuatan serum dilakukan secara ilmiah melalui tahapan kompleks, mulai dari pengumpulan bisa ular, imunisasi hewan ternak, hingga pemurnian antibodi di laboratorium khusus.
Ketika berbicara mengenai berapa harga anti bisa ular, perlu disadari bahwa nilainya tidak hanya sekadar angka di pasaran, melainkan juga mencerminkan kualitas dan efektivitasnya. Harga serum di rumah sakit bisa berbeda tergantung jenis ular penyebab gigitan, lokasi fasilitas medis dan ketersediaan stok serum itu sendiri. Dalam beberapa kasus, harga dapat mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah per vial. Kondisi ini sering menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat di daerah terpencil, di mana akses terhadap fasilitas kesehatan masih terbatas.
Faktor lain yang memengaruhi berapa harga anti bisa ular ialah kompleksitas teknologi produksi dan proses distribusi. Setiap serum membutuhkan penyimpanan bersuhu tertentu agar tetap stabil serta efektif. Selain itu, sebagian besar bahan baku dan fasilitas laboratorium berstandar tinggi hanya tersedia di pabrik farmasi besar, seperti PT Bio Farma yang menjadi satu-satunya produsen nasional. Semua proses ini berkontribusi pada biaya akhir yang harus dikeluarkan pasien, ketika membutuhkan penanganan cepat akibat gigitan ular berbisa.
Oleh sebab itu, memahami berapa harga anti bisa ular menjadi hal yang tidak sekadar soal ekonomi, tetapi juga kesadaran akan pentingnya ketersediaan fasilitas medis darurat di setiap wilayah. Berikut ulasan lengkap yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (29/10/2025).
Kisaran Harga Serum Anti Bisa Ular (SABU)
Di Indonesia, satu-satunya lembaga farmasi yang secara resmi memproduksi serum anti bisa ular adalah PT Bio Farma (Persero). Produk tersebut dikenal luas di kalangan medis dengan nama BioSAVE (Bio Farma Serum Anti Bisa Ular). Serum ini dikembangkan melalui proses ilmiah yang panjang, melibatkan ekstraksi dan purifikasi antibodi dari hewan yang telah diimunisasi menggunakan racun ular lokal. Proses tersebut memastikan serum memiliki efektivitas tinggi untuk menetralkan toksin dari beberapa jenis ular berbisa yang umum dijumpai di wilayah Indonesia.
Serum BioSAVE diformulasikan secara khusus untuk menangkal racun dari tiga jenis ular berbahaya yang sering menyebabkan kasus gigitan di berbagai daerah. Ketiganya ialah ular tanah (Agkistrodon rhodostoma), ular welang (Bungarus fasciatus), serta ular kobra Jawa (Naja sputatrix). Ketiga spesies tersebut dikenal memiliki tingkat toksisitas tinggi dan dapat menimbulkan efek mematikan apabila tidak segera ditangani secara medis. Melalui pemberian serum ini, racun dapat dinetralisir sebelum menyebar luas ke sistem saraf maupun sirkulasi darah korban.
Harga anti bisa ular (antivenom) di Indonesia cukup bervariasi tergantung pada jenis, asal dan tingkat ketersediaannya. Untuk serum produksi dalam negeri seperti BioSAVE, harga per vial umumnya berada di kisaran Rp500.000 hingga Rp900.000, tergantung rumah sakit atau distributor farmasi yang menyalurkan. Pada kasus tertentu, pasien dapat memerlukan beberapa vial sekaligus tergantung tingkat keparahan gigitan serta jenis ular penyebabnya. Di beberapa rumah sakit rujukan, biaya total dapat mencapai Rp1.000.000 hingga Rp1.400.000 untuk beberapa dosis lengkap.
Sementara itu, terdapat juga peralatan pendukung seperti alat penyedot racun (extracor kit) yang dapat membantu pertolongan pertama sebelum pasien mendapatkan penanganan medis lanjutan. Harga alat tersebut jauh lebih terjangkau, berkisar antara Rp115.000 hingga Rp129.000 per unit. Meski tidak dapat menggantikan fungsi serum, alat ini berguna untuk mengurangi jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh, terutama di daerah yang jauh dari fasilitas medis.
Jenis Racun dan Efeknya terhadap Tubuh
Dalam dunia toksikologi, racun ular umumnya dikategorikan menjadi dua tipe utama berdasarkan efek biologisnya terhadap tubuh manusia. Pertama, racun neurotoksik, seperti yang dihasilkan oleh Naja sputatrix (ular kobra Jawa) dan Bungarus fasciatus (ular welang), menyerang sistem saraf, mengakibatkan kelumpuhan otot, gangguan pernapasan, hingga potensi henti jantung. Kedua, racun hemotoksik, seperti milik Agkistrodon rhodostoma (ular tanah), bekerja merusak sel darah dan jaringan, menimbulkan perdarahan internal, pembengkakan hebat, serta gangren pada area gigitan.
BioSAVE dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap kedua jenis racun tersebut. Meski begitu, ketersediaan serum ini masih terbatas di fasilitas kesehatan tertentu, terutama di rumah sakit rujukan atau pusat medis besar. Hal ini membuat penanganan gigitan ular berbisa di daerah terpencil sering kali terhambat oleh distribusi dan logistik serum penawar racun.
Selain BioSAVE, terdapat pula sejumlah serum anti bisa ular yang diproduksi oleh negara lain, meski distribusinya di Indonesia belum merata. Misalnya, Green Pit Viper Antivenom yang diformulasikan untuk menangani gigitan ular pit viper atau ular kabur (Trimeresurus sp), serta Antivenom Daboia siamensis ruselli yang berfungsi sebagai penawar racun ular viper Russell (Daboia siamensis). Ada pula Neuropolivalen Thailand, yang digunakan untuk menetralisir racun dari ular kobra Siam (Naja kaouthia), serta Hematopolivalen Thailand, penawar racun dari ular red-tailed pit viper (Caloselasma rhodostoma) dan ular white-lipped pit viper (Trimeresurus albolabris).
Selain serum dari Thailand, Australia juga memproduksi varian Neuropolivalen Antivenom yang terkenal efektif melawan racun berbagai jenis ular mematikan seperti black snake, tiger snake, brown snake, taipan, hingga death adder. Beberapa di antaranya bahkan bisa digunakan untuk menangani kasus gigitan ular di wilayah Indonesia bagian timur, tempat spesies ular berbisa memiliki karakteristik racun yang lebih kompleks.
Efek Samping Penggunaan Serum Anti Bisa Ular
Serum anti bisa ular merupakan produk bioteknologi medis yang dirancang secara khusus untuk menetralkan racun dari gigitan ular berbisa. Proses pembuatannya melibatkan teknik imunisasi terkontrol terhadap hewan ternak besar seperti kuda atau domba, yang secara alami memiliki sistem kekebalan tubuh sangat kuat. Dalam tahap awal, sejumlah kecil racun ular yang telah dimurnikan dimasukkan secara bertahap ke tubuh hewan tersebut agar sistem imunnya membentuk antibodi alami (imunoglobulin) terhadap toksin tersebut. Setelah hewan menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup tinggi, plasma darahnya diambil, diolah melalui proses pemurnian laboratorium, dan kemudian dijadikan serum anti bisa ular.
Meskipun sangat bermanfaat dan sering menjadi satu-satunya pilihan penyelamat nyawa, serum anti bisa ular tidak sepenuhnya bebas dari risiko efek samping. Karena bahan dasarnya berasal dari hewan, terdapat kemungkinan terjadinya reaksi alergi berat (anafilaksis) maupun kondisi yang dikenal sebagai serum sickness atau penyakit serum. Reaksi anafilaksis biasanya terjadi dalam waktu singkat setelah serum disuntikkan, mulai dari hitungan menit hingga beberapa jam. Gejalanya bisa berupa gatal hebat di kulit, rasa mual, muntah, demam, sesak napas, hingga sakit kepala berat. Dalam kasus yang lebih parah, pasien dapat mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan membutuhkan penanganan darurat medis.
Sementara itu, serum sickness cenderung muncul beberapa hari setelah penyuntikan, biasanya antara hari ke-5 hingga ke-12. Gejala khasnya meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), nyeri pada persendian, hingga munculnya ruam atau peradangan kulit. Kondisi ini disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein asing yang berasal dari serum hewan. Oleh sebab itu, pemberian serum anti bisa ular harus dilakukan di bawah pengawasan dokter atau tenaga medis profesional, agar setiap tanda reaksi dapat segera diatasi sebelum berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius.
Waktu Tepat dan Pentingnya Penanganan Dini
Gigitan ular berbisa termasuk kondisi medis darurat yang membutuhkan penanganan cepat dan tepat. Racun ular dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangguan sistem pernapasan, pendarahan internal, hingga gagal ginjal dalam waktu singkat jika tidak segera dinetralisir. Oleh karena itu, serum anti bisa ular sebaiknya diberikan dalam waktu empat jam pertama setelah seseorang tergigit. Walau demikian, serum masih dapat bekerja efektif apabila diberikan dalam 24 jam pertama, tergantung pada jenis ular dan jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh. Dosis serum ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gigitan serta ukuran tubuh pasien.
Mengingat serum anti bisa ular merupakan satu-satunya cara medis yang terbukti dapat menetralkan racun secara efektif, maka setiap kasus gigitan harus segera mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan. Pertolongan pertama di lapangan, seperti menenangkan korban dan membatasi gerakan agar racun tidak cepat menyebar, hanya bersifat sementara. Setelah itu, korban sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat atau puskesmas terdekat untuk memperoleh penanganan profesional serta suntikan serum yang sesuai. Kecepatan dalam pemberian serum sering kali menjadi faktor penentu antara keselamatan dan risiko fatal akibat racun ular berbisa.
FAQ Seputar Topik
Berapa kisaran harga anti bisa ular di Indonesia?
Harga Serum Anti Bisa Ular (SABU) di Indonesia berkisar antara Rp500.000 hingga Rp900.000 per vial, dan satu pasien mungkin membutuhkan minimal dua vial.
Apakah semua jenis gigitan ular bisa ditangani dengan SABU lokal?
SABU lokal (BioSAVE) efektif untuk ular tanah, ular welang, dan kobra jawa. Untuk ular seperti King Kobra, serum harus diimpor dengan biaya yang jauh lebih tinggi.
Apa yang harus dilakukan pertama kali jika digigit ular berbisa?
Tetap tenang, lakukan imobilisasi pada bagian tubuh yang tergigit, dan segera bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat yang menyediakan SABU.
Siapa produsen Serum Anti Bisa Ular (SABU) di Indonesia?
Serum Anti Bisa Ular (SABU) di Indonesia diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero) dengan nama dagang BioSAVE.
Apakah biaya serum anti bisa ular ditanggung BPJS Kesehatan?
Beberapa rumah sakit menyediakan serum gratis untuk pasien BPJS, namun kebijakan ini dapat bervariasi antar fasilitas kesehatan.

4 hours ago
2
:strip_icc()/kly-media-production/promo_images/1/original/085223300_1761037787-Desktop_1280_x_190.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4734671/original/026981800_1707064726-ular_berbisa_8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396535/original/028959200_1761739240-Taman_vertikal_untuk_halaman_belakang_sempit_di_rumah_perkotaan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396423/original/050513700_1761734896-Pagar_batu_alam_berpadu_besi_minimalis__gaya_rustic_elegan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5312622/original/038060900_1754970501-Gemini_Generated_Image_6n3jer6n3jer6n3j.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396401/original/003535800_1761733586-hl_ular.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396380/original/090803000_1761732895-ide_halaman_belakang_rumah__9_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396370/original/074471200_1761732725-Ide_pagar_besi_kombinasi_kayu_daur_ulang.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396390/original/082192100_1761732912-Wisata_Makassar.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396479/original/037634600_1761736807-Gemini_Generated_Image_bj3gjzbj3gjzbj3g.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396254/original/010062900_1761729854-gelang_emas_putih.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396192/original/088546500_1761728540-pagar_minimalis.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4009880/original/056762700_1651134317-pexels-diego-madrigal-2062316.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378193/original/050455500_1760219906-TIMNAS_INDONESIA.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5283839/original/070148500_1752566379-hl3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395710/original/039862700_1761716126-menandatangani_surat_perjanjian.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394204/original/006318900_1761627812-unnamed_-_2025-10-28T120242.191.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396085/original/054537100_1761725518-gelang_gematriks_6a.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5396264/original/035017800_1761729943-unnamed_-_2025-10-29T161816.681.jpg)










:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5001271/original/045738300_1731378312-page.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5289991/original/061477600_1753085725-Gemini_Generated_Image_hgzf0thgzf0thgzf.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4749488/original/094430200_1708534731-6_Pesona_Mas-mas_Jawa_Jerman_Nicholas_Saputra_dalam_Balutan_Beskap_Berbagai_Warna__3_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5314799/original/018068700_1755141741-Screenshot_2025-08-14_101821.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5242066/original/071485000_1749018440-ChatGPT_Image_Jun_4__2025__01_21_11_PM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5276199/original/074465500_1751948018-8a81dda3-c1ba-4021-9d70-3c76e8c6fa8d.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5273218/original/020453100_1751614932-Gemini_Generated_Image_9vo1zf9vo1zf9vo1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4564494/original/078078100_1693916156-sirih_cina.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285310/original/033743300_1752665837-Gemini_Generated_Image_a1nddra1nddra1nd.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5201001/original/057882900_1745807636-Gambar_WhatsApp_2025-04-28_pukul_09.16.41_423b940f.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5133457/original/023305200_1739538823-IMG_1646.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5317791/original/081125900_1755406322-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5281448/original/001938100_1752387209-beautiful-lavender-field-background.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267671/original/064861200_1751162905-ChatGPT_Image_Jun_29__2025__09_04_57_AM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5334979/original/059504200_1756784179-GzxouSHXoAArNji.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5220644/original/004832500_1747287774-aeb56d42-4478-4a01-a97d-5ee3a126af88.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285145/original/038534300_1752658205-WhatsApp_Image_2025-07-16_at_4.28.12_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267667/original/061063100_1751162902-ChatGPT_Image_Jun_29__2025__09_00_49_AM.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282686/original/033065400_1752481455-Gemini_Generated_Image_ot0mgqot0mgqot0m.jpg)