8 Penyebab Gorong-Gorong Jadi Sarang Ular Sanca yang Perlu Segera Diwaspadai

22 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena kemunculan ular sanca di perkotaan menarik perhatian banyak orang. Baru-baru ini, kasus tersebut menggegerkan masyarakat dan viral di media sosial, usai puluhan anak ular ditemukan di gorong-gorong depan Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (9/12). Kejadian ini bermula ketika seorang warga mengejar biawak hingga menemukan ular-ular tersebut di saluran air. Setelah dilaporkan, pihak Pemadam Kebakaran (Damkar) kemudian datang ke lokasi dan melakukan evakuasi secara hati-hati.

Gorong-gorong sendiri sebenarnya menjadi salah satu area yang sangat berpotensi dihinggapi ular. Sebab, tempat ini cenderung tertutup dan lembap yang cocok sebagai habitat hewan melata tersebut. Permasalahannya, gorong-gorong merupakan infrastruktur yang dekat dengan masyarakat sehingga kehadiran reptil liar seperti ular berpotensi menyerang ketika terjadi interaksi yang tak disengaja.

Lantas apa sebenarnya penyebab utama ular mendiami gorong-gorong maupun tempat serupa? Berikut Liputan6.com rangkum 8 akar permasalahannya, sebagai upaya antisipasi dan peningkayan kewaspadaan.

1. Hilangnya Habitat Alami

Urbanisasi yang pesat menyebabkan penyusutan habitat alami ular sanca. Hutan dan area hijau yang dulunya menjadi tempat tinggal mereka kini banyak berubah menjadi permukiman atau area komersial. Menurut situs penanganan ular, Snake Removal Nationwide Service di Amerika Serikat, kondisi ini memaksa ular sanca mencari tempat tinggal baru yang dapat mendukung kelangsungan hidup mereka.

Di situs itu juga disebutkan bahwa area yang dipilih ular sebagai tempat tinggalnya adalah yang memudahkan bagi mereka untuk melata. Ini sesuai dengan bentuk gorong-gorong maupun saluran pipa yang pipih, rata dan gelap serta minim jangkauan manusia. Gorong-gorong juga menjadi pilihan karena menawarkan perlindungan dan jauh dari paparan sumber cahaya.

Pembangunan yang masif menciptakan tekanan bagi satwa liar. Ular sanca yang dulunya hidup di ekosistem seimbang kini harus beradaptasi dengan kondisi perkotaan. Gorong-gorong, dengan struktur yang menyerupai liang, menjadi solusi sementara bagi mereka yang kehilangan rumah.

2. Pencarian Sumber Makanan

Gorong-gorong sering kali menjadi lokasi menarik bagi ular sanca karena adanya sumber makanan. Lingkungan perkotaan menyediakan populasi hewan pengerat, seperti tikus, yang menjadi mangsa utama bagi ular sanca. Keberadaan tikus di gorong-gorong menarik perhatian ular, yang merupakan predator penyergap.

Gorong-gorong yang gelap dan tersembunyi memberikan kondisi ideal bagi ular untuk menunggu dan menyerang mangsanya. Selain tikus, gorong-gorong juga bisa menjadi tempat berkumpulnya hewan lain yang menjadi mangsa ular, seperti katak atau serangga besar. Dengan demikian, gorong-gorong berfungsi sebagai area berburu yang efisien bagi ular sanca.

Keberadaan berbagai jenis mangsa di gorong-gorong menciptakan ekosistem mikro yang mendukung kelangsungan hidup ular sanca. Hal ini menjelaskan mengapa ular sanca sering ditemukan di lokasi tersebut, mengingat ketersediaan makanan yang melimpah.

3. Tempat Berlindung dan Persembunyian

Gorong-gorong menyediakan tempat berlindung yang aman bagi ular sanca dari predator dan gangguan manusia. Struktur gorong-gorong yang gelap dan jarang dijangkau manusia menawarkan rasa aman bagi ular untuk beristirahat. Ini penting bagi hewan yang membutuhkan privasi untuk mencerna mangsa.

Gorong-gorong juga berfungsi sebagai tempat persembunyian dari kondisi cuaca ekstrem. Saat hujan deras, ular dapat berlindung di dalam gorong-gorong untuk menjaga suhu tubuh mereka. Lingkungan yang stabil di dalam gorong-gorong membantu ular mengatur metabolisme.

Ular sanca membutuhkan tempat tenang untuk berganti kulit atau bertelur. Gorong-gorong yang terisolasi menjadi lokasi ideal untuk aktivitas biologis penting ini. Keberadaan gorong-gorong di area perkotaan secara tidak langsung menyediakan fasilitas penting bagi siklus hidup ular sanca.

4. Kondisi Suhu dan Kelembapan yang Sesuai

Ular sanca adalah hewan berdarah dingin yang bergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuh. Gorong-gorong sering kali menawarkan kondisi suhu dan kelembapan yang stabil. Saat cuaca panas, gorong-gorong bisa lebih sejuk, dan saat cuaca dingin, lebih hangat.

Pada musim hujan, ketika habitat alami tergenang air, gorong-gorong menjadi tempat yang lebih kering dan hangat. Ular mencari tempat berlindung dari air dan kelembapan berlebih di luar. Perubahan suhu dan kelembapan saat musim hujan mendorong ular mencari tempat nyaman.

Kehangatan yang dihasilkan oleh peralatan elektronik di sekitar gorong-gorong juga dapat menarik ular. Misalnya, area di bawah kulkas atau mesin cuci yang menghasilkan panas menjadi tempat persembunyian favorit. Gorong-gorong yang dekat sumber panas buatan menjadi pilihan bagi ular untuk menghangatkan diri.

5. Musim Kawin dan Bertelur

Musim kawin ular sanca berlangsung antara bulan September hingga Maret. Pada masa ini, ular lebih aktif mencari pasangan dan lokasi untuk bertelur. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merangsang musim kawin. Ular betina mencari lokasi yang sesuai untuk bertelur.

Gorong-gorong yang gelap dan lembap menjadi lokasi ideal bagi ular sanca betina untuk meletakkan telurnya. Ular betina melingkari telur-telur ini untuk menjaga suhu dan melindunginya dari predator. Lingkungan stabil di dalam gorong-gorong mendukung proses inkubasi telur.

Penemuan puluhan anak ular sanca di gorong-gorong di Sukabumi menunjukkan bahwa lokasi tersebut telah digunakan sebagai sarang untuk bertelur. Musim hujan sering bertepatan dengan waktu menetasnya telur ular, yang membuat anak-anak ular menyebar ke berbagai tempat.

6. Akses Mudah ke Struktur Gorong-Gorong

Gorong-gorong memiliki bukaan yang mudah diakses oleh ular, baik dari permukaan tanah maupun dari saluran air lainnya. Desain infrastruktur perkotaan yang tidak mempertimbangkan pergerakan satwa liar menciptakan jalur masuk bagi ular. Celah atau lubang pada gorong-gorong menjadi pintu masuk yang memungkinkan.

Ular sanca memiliki tubuh fleksibel dan dapat menyelinap melalui celah sempit. Kemampuan ini memungkinkan mereka masuk ke gorong-gorong yang mungkin tidak dapat diakses oleh hewan lain. Sekali masuk, struktur gorong-gorong yang panjang dan berkelok-kelok menjadi labirin aman bagi mereka.

Konektivitas sistem gorong-gorong di bawah tanah juga berperan. Satu gorong-gorong dapat terhubung dengan gorong-gorong lain, menciptakan jaringan luas yang dapat dijelajahi ular. Jaringan ini memungkinkan ular berpindah dari satu area ke area lain tanpa terlihat oleh manusia.

7. Ketersediaan Air

Ketersediaan air di gorong-gorong dapat menjadi faktor penarik bagi ular sanca. Air bersih atau genangan air di dalam gorong-gorong menjadi sumber minum bagi ular, terutama saat musim kemarau. Air juga membantu menjaga kelembapan lingkungan di dalam gorong-gorong.

Gorong-gorong yang terhubung dengan saluran air atau sungai kecil menyediakan akses ke sumber air berkelanjutan. Ular membutuhkan air untuk bertahan hidup. Keberadaan air di gorong-gorong melengkapi kebutuhan dasar mereka di lingkungan perkotaan.

Genangan air di gorong-gorong dapat menarik amfibi seperti katak, yang juga merupakan mangsa potensial bagi ular sanca. Ketersediaan air secara tidak langsung meningkatkan daya tarik gorong-gorong sebagai tempat berburu dan tinggal bagi ular.

8. Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

Perubahan iklim global menyebabkan pola cuaca yang tidak menentu dan ekstrem. Kondisi ini memengaruhi habitat alami ular dan mendorong mereka mencari tempat berlindung yang lebih stabil. Ular sanca sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu.

Saat terjadi banjir, habitat alami ular terendam air, memaksa mereka mencari tempat yang lebih tinggi dan kering. Gorong-gorong, yang sering berada di atas permukaan air banjir, menjadi pilihan aman. Ular dapat terseret arus banjir dari habitat aslinya.

Musim hujan yang berkepanjangan dapat meningkatkan kelembapan tanah dan memicu penetasan telur ular. Anak-anak ular yang baru menetas menyebar untuk mencari tempat aman dan makanan. Perubahan iklim dapat mempercepat proses ini dan meningkatkan frekuensi kemunculan ular di area permukiman.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik

Q: Mengapa ular sanca sering ditemukan di gorong-gorong?

A: Ular sanca sering ditemukan di gorong-gorong karena tempat tersebut menyediakan sumber makanan berlimpah dan berfungsi sebagai tempat berlindung.

Q: Apakah ular sanca berbahaya jika bersarang di gorong-gorong dekat permukiman?

A: Meskipun ular sanca tidak berbisa, keberadaan mereka dapat menimbulkan bahaya bagi hewan peliharaan dan manusia.

Q: Bagaimana cara mencegah ular sanca masuk ke gorong-gorong di area rumah?

A: Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menutup celah pada gorong-gorong.

Q: Kapan musim kawin ular sanca sehingga mereka lebih aktif bergerak?

A: Musim kawin ular sanca umumnya berlangsung antara bulan September hingga Maret.

Q: Apa dampak urbanisasi terhadap kemunculan ular sanca di perkotaan?

A: Urbanisasi menyebabkan hilangnya habitat alami ular sanca, memaksa mereka mencari tempat tinggal baru di lingkungan perkotaan.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|