Apakah Bisa Anak Ular Kobra Mematikan? Memahami Fakta, Risiko, dan Pertolongan Pertama

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Di banyak wilayah Asia, termasuk Indonesia, kobra adalah salah satu ular berbisa yang paling dikenal dan paling ditakuti. Wujudnya yang mampu mengembangkan tudung serta reputasinya sebagai pemangsa mematikan membuat banyak orang menganggap semua tahap hidup kobra sama berbahayanya. Ketika seseorang menemukan anak ular kobra di sekitar rumah, pertanyaan umum pun muncul: apakah bisa anak ular kobra mematikan?

Ketakutan ini wajar, mengingat kobra merupakan bagian dari keluarga Elapidae, yaitu kelompok ular dengan bisa neurotoksin kuat yang dapat menghentikan pernapasan mangsanya. Namun, bahaya sebenarnya baru dapat dipahami jika kita menelaah lebih jauh karakteristik bisa ular berdasarkan penelitian ilmiah serta pemahaman biologi satwa tersebut.

Liputan6.com akan mengulas bagaimana racun ular kobra bekerja, apa yang berbeda antara anak dan ular kobra dewasa, serta bagaimana langkah tepat jika seseorang mengalami gigitan ular berbisa, Senin (8/12/2025).

Apakah Bisa Anak Ular Kobra Mematikan? 

Pertanyaan apakah bisa anak ular kobra mematikan tidak dapat dijawab sekadar “ya” atau “tidak”. Kobra, sebagaimana dijelaskan oleh San Diego Zoo Animals & Plants, termasuk ular berbisa dengan neurotoksin kuat yang menyerang saraf, menghentikan pernapasan, dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani. Bahkan bayi kobra atau hatchling sudah mampu mengembangkan tudung, menggertak, dan menggigit pada hari pertama mereka menetas. Mereka lahir sepenuhnya mandiri dan membawa bisa aktif sejak hari pertama.

Untuk memahami seberapa berbahaya anak ular kobra, kita dapat merujuk pada penelitian di dunia herpetologi mengenai ontogenetik venom variation, perubahan komposisi bisa berdasarkan usia. Walaupun penelitian yang diberikan dalam referensi pengguna berfokus pada ular derik (rattlesnake), prinsip biologisnya relevan untuk memahami bahwa:

1. Komposisi Bisa dapat Berbeda Antara Anak dan Ular Dewasa

Pada rattlesnake muda, misalnya, venumnya kaya neurotoksin molekul rendah, lebih cepat bereaksi, sementara ular dewasa memiliki enzim jaringan molekul tinggi yang cenderung merusak jaringan. Prinsip serupa juga berlaku pada beberapa spesies elapidae, termasuk kobra.

2. Jumlah Bisa adalah Faktor Penentu

Studi Hayes (1995) serta Hayes et al. (2005) menjelaskan bahwa ukuran ular berkorelasi dengan jumlah bisa yang disuntikkan dan keparahan envenomasi. Ular dewasa memiliki kantong bisa yang lebih besar, sehingga mampu menyuntikkan volume bisa lebih banyak.

Dalam konteks kobra, kemampuan mematikan anak ular bukan terletak pada tingkat “keganasan” racunnya, melainkan pada volume bisa yang jauh lebih kecil dibanding induknya. Artinya:

  • Ya, gigitan anak ular kobra tetap bisa mematikan karena venumnya tetap neurotoksik.
  • Namun, risiko kematian lebih tinggi pada gigitan kobra dewasa karena mereka mampu menyuntikkan bisa dalam jumlah besar.

San Diego Zoo juga menegaskan bahwa semua kobra, tanpa memandang usia, mampu memberikan gigitan berbahaya apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Jadi, meskipun anak kobra memiliki tubuh kecil, ia tetap perlu dianggap sebagai ancaman serius.

Membedah Mekanisme Bisa Kobra

Berdasarkan informasi dari San Diego Zoo:

  • Bisa kobra berjenis neurotoxin, memengaruhi saraf dan otot pernapasan.
  • Gigitan yang tidak diobati dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan dan kematian.
  • Kobra dapat menggigit berkali-kali dan terkadang “mengunyah” untuk memastikan bisa masuk.

Faktor ini berlaku pada kobra semua usia. Namun, kobra dewasa memiliki cadangan bisa jauh lebih besar dibanding anak kobra. Seperti halnya temuan pada ular derik, kuantitas bisa lebih menentukan tingkat fatalitas dibanding komposisinya.

Dengan demikian, apakah bisa anak ular kobra mematikan? Iya, terutama jika korban tidak mendapatkan pertolongan medis segera. Tetapi secara statistik dan biologis, kobra dewasa jauh lebih mematikan.

Pertolongan Pertama Jika Digigit Ular Berbisa

Walaupun contoh panduan pertolongan pertama berasal dari NHS (UK), prinsip keselamatannya juga berlaku untuk gigitan ular berbisa di mana pun.

Apa yang harus dilakukan

  1. Tetap tenang. Kepanikan mempercepat denyut jantung dan mempercepat penyebaran racun.
  2. Imobilisasi bagian tubuh yang digigit. Biarkan tetap diam—gerakan mempercepat sirkulasi bisa.
  3. Posisikan tubuh dengan tenang dan aman. Jika memungkinkan, berbaring dalam posisi pemulihan.
  4. Lepaskan cincin, gelang, atau pakaian ketat. Karena gigitan ular bisa menyebabkan pembengkakan.
  5. Segera cari pertolongan medis. Hubungi layanan darurat atau segera menuju fasilitas kesehatan.
  6. Ingat atau deskripsikan bentuk ular jika memungkinkan. Namun jangan kembali mendekati ular.

Yang tidak boleh dilakukan

  • Jangan memotong area gigitan.
  • Jangan menyedot bisa.
  • Jangan memberi torniket terlalu ketat.
  • Jangan menggunakan aspirin atau ibuprofen—bisa memperparah perdarahan.
  • Jangan mencoba menangkap ular.

Gigitan kobra membutuhkan antivenom yang hanya tersedia di fasilitas medis. Itulah mengapa setiap gigitan harus ditangani sebagai keadaan darurat.

FAQ tentang Ular Kobra

1. Apakah anak ular kobra lebih berbahaya dari kobra dewasa?

Tidak. Venumnya aktif, tetapi volumenya lebih kecil. Namun tetap berpotensi mematikan jika tidak ditangani.

2. Apakah kobra selalu menyerang manusia?

Tidak. Kobra hanya menyerang jika merasa terancam.

3. Apakah kobra bisa meludah?

Beberapa spesies merupakan spitting cobra yang dapat menyemprotkan bisa hingga 2 meter.

4. Apa tanda-tanda gigitan kobra?

Nyeri, pembengkakan, kesulitan bernapas, kelemahan otot, hingga kelumpuhan.

5. Apakah semua kobra berbahaya?

Ya, semua kobra memiliki neurotoxin. Namun tingkat bahaya tergantung spesies, ukuran, dan volume bisa.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|