Cerita UMKM Lokal Tembus Pasar Global Berkat BRI, Dorong Produktivitas

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Perjalanan menuju pasar global bukan lagi mimpi bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Berkat dukungan berkelanjutan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, sejumlah UMKM lokal berhasil menunjukkan taringnya di kancah nasional hingga internasional.

Mulai dari madu artisan, produk kelor, hingga perhiasan berbahan tembaga, berbagai inovasi lokal kini mampu menembus pasar lebih luas berkat ekosistem pemberdayaan yang dibangun oleh BRI. Banyak UMKM yang kini menjadi contoh sukses bagaimana pendampingan, akses pembiayaan, dan fasilitasi promosi dari BRI mampu mendorong UMKM lokal untuk naik kelas dan berdaya saing di pasar yang lebih luas.

Bawa Madu Lokal ke Pasar Internasional

Salah satu kisah sukses datang dari BeeMa Honey, produsen madu artisan asal Jawa Tengah. Didirikan oleh Fransisca Natalia Widowati pada 2017, BeeMa Honey kini dikenal sebagai produsen madu mentah premium dari berbagai jenis lebah seperti lebah budidaya, hutan, hingga Trigona (lebah tanpa sengat).

“Kami pertama kali berhubungan dengan BRI melalui kegiatan UMKM Expo(RT) pada 2019 dan saat itu masuk 10 besar kategori makanan siap ekspor. Sejak itu kami rutin diundang dalam pameran yang difasilitasi BRI, dan produk kami beberapa kali dibeli oleh BRI untuk dijadikan cenderamata,” ujarnya.

Melalui berbagai inisiatif pembinaan dari BRI, seperti keikutsertaan dalam UMKM Expo(RT) sejak 2019 hingga difasilitasi dalam pameran internasional, BeeMa berhasil memasarkan produknya hingga ke hotel-hotel berbintang di Singapura. Ia menambahkan bahwa banyak pengunjung luar negeri kagum akan kualitas madu Indonesia, terlebih di tengah maraknya isu pemalsuan madu global.

“Banyak yang tidak menyangka bahwa Indonesia bisa menghasilkan madu yang istimewa dengan cita rasa yang tidak kalah, bahkan lebih baik dari madu-madu negara lain. Dengan maraknya isu pemalsuan madu, banyak masyarakat meragukan keasliannya. Setelah mencoba BeeMa Honey, mereka mendapatkan banyak pencerahan dan jatuh cinta pada madu dari Indonesia,” ujarnya.

Bantu Inovasi Olahan Kelor Asal Sleman

Tidak kalah inspiratif, kisah Siti Fatimah dari Sleman, Yogyakarta menunjukkan bahwa inovasi berbasis komoditas lokal pun dapat menjadi kekuatan ekonomi. Melalui merek Pawon Teges, Siti mengolah daun kelor menjadi berbagai produk seperti teh, tepung kelor, hingga tahu dan bakso kelor.

Di masa pandemi, ia harus memutar otak agar tetap bertahan dan justru menemukan peluang baru lewat produk kering tahan lama. Kini, produknya telah menjangkau pasar di berbagai kota besar di Indonesia, bahkan diminati oleh konsumen dengan kebutuhan kesehatan khusus.

Siti mengakui, peran BRI sangat vital dalam perjalanan bisnisnya, terutama melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain pembiayaan, Siti juga merasakan manfaat promosi lewat event bazar dan souvenir resmi pemerintah yang difasilitasi BRI.

““Awalnya pinjaman KUR dari Rp10 juta, kemudian naik Rp25 juta sampai Rp50 juta. Pokoknya, total yang saya dapat itu Rp250 juta. Dana itu sangat membantu untuk pengembangan produk dan operasional saya,” jelas Siti.

Perlahan, berbagai produk berbasis kelor mulai mendapat tempat di hati konsumen lokal dan mulai dikenal di luar daerah. Kini, produk Pawon Teges sendiri telah merambah pasar di Jakarta, Tangerang, Malang, Bondowoso, Sulawesi, hingga Papua. Bahkan, tepung dan teh kelor menjadi produk andalan bagi konsumen penderita darah tinggi dan kolesterol lantaran manfaat kesehatannya.

Perhiasan Kawat Tembaga Ramah Lingkungan Tembus Pasar Global

Kisah inspiratif lainnya datang dari Mojokerto, Jawa Timur. Bersama BRI, Rosydah membangun Diamonte, sebuah brand aksesori perhiasan berbahan kawat tembaga yang unik dan ramah lingkungan.

Dengan teknik merajut kawat tembaga menjadi desain eksklusif, Rosydah berhasil menciptakan produk bernilai seni tinggi yang diminati pasar kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tidak hanya soal desain, Diamonte juga berdampak sosial lewat pemberdayaan ibu rumah tangga di sekitarnya.

“Program pemberdayaan ini tidak hanya memberikan penghasilan tambahan bagi para ibu, tetapi juga membantu melestarikan keterampilan merajut di kalangan masyarakat,” ucap Rosydah.

Perjalanan Diamonte untuk menuju kesuksesan tentu tidak mudah. Ia sendiri ingin Diamonte tidak sekadar menjadi merek perhiasan lokal, tapi juga bisa merambah ke pasar internasional. Sebab, sebelum bergabung dengan BRI, Rosydah hanya mengandalkan transaksi domestik dan pihak ketiga untuk menembus pasar luar negeri.

Rosydah menuturkan, dengan jaringan dan ekosistem yang kuat, BRI membuka peluang bagi pelaku usaha untuk menjalin koneksi bisnis yang lebih luas.

"Merek saya jadi lebih dikenal dan dapat buyer potensial untuk selanjutnya. Ada keberlanjutan transaksi, jadi usaha saya bisa berkembang," ujarnya.

Keberhasilan Diamonte semakin diakui ketika brand ini terpilih sebagai salah satu dari 1.000 UMKM unggulan yang mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Ajang ini menjadi peluang besar bagi UMKM lokal untuk menjangkau pasar global.

"Event ini luar biasa karena ada banyak pembeli dari dalam dan luar negeri. Keputusan untuk BRI UMKM EXPO(RT) jadi langkah tepat. Untuk penyelenggaraan tahun ini, kami juga terpilih menjadi salah satu dari 200 UMKM yang direkomendasikan untuk program ekspor,” terang Rosydah.

BRI Bangun Ekosistem Pengembangan UMKM

Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwa secara konsep, peran BRI adalah memberikan pemberdayaan kepada UMKM agar mereka dapat berkembang, tumbuh, dan naik kelas.

“BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan dan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional,” jelas Hery.

Sepanjang Januari hingga Mei 2025, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp69,8 triliun, atau setara dengan 39,89% dari total alokasi tahunan sebesar Rp175 triliun yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam periode tersebut, penyaluran KUR BRI telah menjangkau sekitar 8,29 juta debitur UMKM.

Dari sisi distribusi penyaluran, mayoritas KUR yang disalurkan BRI atau sekitar 63,31% dialokasikan ke sektor produksi, yang mencakup pertanian, perikanan, industri pengolahan, dan lainnya. Di antara sektor-sektor tersebut, pertanian mencatat nilai penyaluran terbesar, yakni mencapai Rp30,63 triliun atau sekitar 43,88% dari total KUR.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|