Mutasi Langka, Orang dengan Genetik Ini Cuma Butuh Tidur 4 Jam

7 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Tahukah Anda bahwa beberapa orang memiliki mutasi genetik yang memungkinkan mereka untuk merasa segar bugar setelah tidur hanya 4 jam saja? Sementara kebanyakan dari kita membutuhkan sekitar 8 jam tidur untuk berfungsi optimal, para "super-sleeper" ini dapat menjalani hidup normal dan produktif dengan waktu tidur yang jauh lebih singkat. 

Mutasi genetik langka ini memberi mereka keunggulan yang unik dalam dunia yang semakin sibuk, di mana waktu menjadi komoditas berharga. Para peneliti telah mengidentifikasi mutasi genetik bernama SIK3-N783Y pada manusia yang memiliki pola tidur pendek alami. Penemuan terbaru ini menambah pemahaman kita tentang mekanisme tidur manusia dan bagaimana variasi genetik dapat memengaruhi kebutuhan istirahat kita. 

Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari Live Science informasi lengkapnya, pada Jumat (9/5).

Berbagai faktor harus diperhatikan terkait kondisi kesehatan saat perempuan menjalani masa kehamilan. Termasuk posisi tidur yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup bayi dan ibunya.

Apa Itu Mutasi SIK3-N783Y?

SIK3-N783Y adalah mutasi genetik yang baru diidentifikasi pada gen Sik3, yang sebelumnya telah dikaitkan dengan rasa kantuk. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS pada 5 Mei lalu mengungkapkan bahwa mutasi ini memungkinkan orang yang memilikinya untuk merasa segar bugar setelah tidur hanya 4-6 jam per malam, berbeda dengan kebanyakan orang dewasa yang membutuhkan 7-9 jam.

Mutasi ini menambah daftar mutasi genetik yang telah ditemukan sebelumnya yang terkait dengan pola tidur pendek. Sebelum penemuan ini, para peneliti telah mengidentifikasi empat gen yang terkait dengan tidur pendek dan lima mutasi relevan dalam gen-gen tersebut. SIK3-N783Y menjadi mutasi keenam yang ditemukan terkait dengan kemampuan tidur singkat.

Para peneliti menguji mutasi ini dengan memberikannya kepada tikus laboratorium. Mereka menemukan bahwa tikus dengan mutasi ini tidur sekitar 31 menit lebih sedikit daripada tikus tanpa mutasi tersebut. Lebih mengejutkan lagi, setelah periode kekurangan tidur, tikus dengan mutasi SIK3-N783Y tidur 54 menit lebih sedikit dibandingkan tikus normal.

Meskipun pengurangan waktu tidur pada tikus (31-54 menit) tampak lebih kecil dibandingkan dengan pola tidur pendek pada manusia, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan alami dalam pola tidur antara tikus dan manusia. Tikus biasanya tidur sekitar 12 jam per hari dan mengalami tidur yang lebih terfragmentasi dibandingkan manusia.

Keistimewaan Para "Super-Sleeper"

Orang dengan sifat tidur pendek alami, atau yang sering disebut "super-sleeper", memiliki kemampuan unik untuk tetap berfungsi optimal dengan tidur hanya 4-6 jam per malam. Yang membuat mereka lebih istimewa adalah fakta bahwa mereka tidak hanya "bertahan" dengan tidur lebih sedikit, tetapi mereka benar-benar berkembang dengan pola tidur tersebut.

Menurut Dr. Ying-Hui Fu, seorang ahli saraf dan genetika di University of California, San Francisco, yang juga merupakan salah satu penulis studi tersebut, fungsi tubuh orang dengan mutasi genetik ini dapat berkinerja pada tingkat yang lebih tinggi saat tidur dibandingkan kebanyakan orang. Tubuh kita terus bekerja saat kita tidur, mendetoksifikasi diri dan memperbaiki kerusakan, dan para "super-sleeper" ini dapat melakukan semua fungsi tersebut dengan lebih efisien.

Yang menarik, para "super-sleeper" ini cenderung merasa lebih buruk jika mereka tidur lebih lama dari jam tidur normal mereka. Ini menunjukkan bahwa tubuh mereka benar-benar diprogram secara genetik untuk berfungsi optimal dengan waktu tidur yang lebih sedikit, bukan sekedar mampu bertahan dengan kekurangan tidur.

Kemampuan untuk merasa segar dan berenergi dengan tidur yang lebih sedikit memberikan keuntungan besar dalam masyarakat modern yang menghargai produktivitas. Para "super-sleeper" memiliki lebih banyak jam terjaga untuk bekerja, bersantai, atau mengejar minat mereka, memberikan mereka keunggulan potensial dalam berbagai aspek kehidupan.

Implikasi untuk Pengobatan Gangguan Tidur

Penemuan mutasi genetik SIK3-N783Y membuka peluang baru untuk pengembangan pengobatan gangguan tidur. Dengan memahami mekanisme genetik di balik kemampuan "super-sleeper" untuk merasa segar dengan tidur lebih sedikit, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan terapi yang meningkatkan efisiensi tidur bagi mereka yang mengalami gangguan tidur.

Gen Sik3, yang dipengaruhi oleh mutasi ini, kini dianggap sebagai target terapeutik yang menjanjikan untuk dieksplorasi oleh para peneliti yang berusaha meningkatkan efisiensi dan kepuasan tidur. Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mutasi ini memengaruhi tidur dapat membantu dalam pengembangan obat-obatan yang menargetkan jalur yang sama untuk meningkatkan kualitas tidur.

Meskipun penelitian masih dalam tahap awal, implikasi jangka panjangnya sangat menjanjikan. Bayangkan jika pengobatan masa depan dapat membantu orang dengan insomnia atau gangguan tidur lainnya untuk mendapatkan manfaat penuh dari tidur mereka yang terbatas, seperti yang dialami oleh para "super-sleeper" dengan mutasi genetik alami.

Namun, para peneliti juga menekankan bahwa masih banyak yang perlu dipelajari tentang genetika tidur pendek alami dan "kekuatan malam" mereka. Temuan terbaru ini hanya merupakan langkah awal dalam perjalanan menuju pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana genetika memengaruhi pola tidur kita.

Risiko Kekurangan Tidur bagi Kebanyakan Orang

Penting untuk diingat bahwa bagi sebagian besar orang yang tidak memiliki mutasi genetik khusus ini, kekurangan tidur dapat menyebabkan berbagai efek negatif. Dari merasa lesu dan menjadi lebih pelupa hingga peningkatan risiko masalah jantung, tidur yang cukup tetap menjadi komponen penting dari gaya hidup sehat.

Jumlah tidur yang kita butuhkan memang bervariasi seiring bertambahnya usia, tetapi kebanyakan orang dewasa membutuhkan sekitar tujuh hingga sembilan jam setiap malam untuk berada dalam kondisi terbaik mereka. Mencoba meniru pola tidur "super-sleeper" tanpa memiliki genetik yang mendukungnya dapat berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.

Meskipun penelitian tentang mutasi genetik seperti SIK3-N783Y menawarkan wawasan berharga tentang mekanisme tidur, penting untuk memperlakukan temuan ini sebagai langkah menuju pengobatan yang lebih baik di masa depan, bukan sebagai justifikasi untuk mengurangi tidur kita sendiri secara drastis. Setiap orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, dan mengenali kebutuhan individu kita sendiri tetap menjadi aspek penting dari perawatan diri.

Sembari para ilmuwan terus mempelajari genetika tidur pendek alami, kebanyakan dari kita sebaiknya tetap berpegang pada rekomendasi tidur standar dan fokus pada meningkatkan kualitas tidur kita melalui kebiasaan tidur yang sehat dan lingkungan tidur yang optimal.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|