Nama adalah Doa: Pahami Makna, Nama yang Dianjurkan, dan Dimakruhkan

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Nama merupakan identitas pertama yang melekat pada seseorang sejak lahir. Lebih dari sekadar penanda, ungkapan "nama adalah doa" mengandung filosofi mendalam yang diyakini banyak budaya dan agama. 

Pemilihan nama yang baik dan bermakna positif diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan seseorang, baik secara psikologis maupun spiritual. Nama adalah doa yang diucapkan dan disematkan oleh orang tua, menjadi wujud cita-cita mereka terhadap buah hati.

Melansir dari jurnal Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, volume 8, nomor 1, Mei 2020, dijelaskan bahwa nama merupakan hal pertama kali yang diterima oleh seorang bayi ketika dia keluar dari kegelapan rahim ibunya.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Jumat (18/7/2025).

Makna Filosofis 'Nama adalah Doa'

"Nama adalah doa" adalah sebuah ungkapan yang telah lama mengakar dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Frasa ini bukan sekadar kiasan, melainkan sebuah keyakinan kuat bahwa setiap huruf dan suku kata yang membentuk sebuah nama membawa energi dan makna yang akan menyertai perjalanan hidup seseorang.

Nama bukan hanya label untuk membedakan satu individu dengan yang lain, namun juga sebuah manifestasi harapan dan cita-cita luhur dari para orang tua.

Pemilihan nama bagi seorang anak seringkali menjadi momen yang penuh pertimbangan dan doa. Orang tua berharap nama yang diberikan akan menjadi jimat keberuntungan, membimbing anak menuju kebaikan, dan membentuk karakter yang sesuai dengan makna nama tersebut. 

Nama berfungsi sebagai doa yang terus menerus dipanjatkan setiap kali nama itu disebut atau ditulis. Setiap panggilan adalah pengingat akan harapan yang disematkan, sebuah afirmasi positif yang diharapkan dapat memengaruhi alam bawah sadar dan perilaku individu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih nama dengan arti yang baik, yang dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi anak sepanjang hidupnya.

Melansir dari kalsel.kemenag.go.id, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan, Dr. H. Muhammad Tambrin M.M.Pd, menyatakan bahwa nama menjadi sebuah doa dan pengharapan pada anak. Ia menekankan pentingnya memilih nama yang paling indah dan mulia sebagai pelaksanaan dari petunjuk Nabi.

Pengaruh Nama pada Psikologis dan Kehidupan

Nama memiliki dampak terhadap perkembangan psikologis seseorang. Nama yang indah, unik, dan memiliki makna positif cenderung meningkatkan rasa percaya diri dan citra diri individu.

Anak-anak yang merasa bangga dengan namanya akan lebih mudah berinteraksi sosial dan memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri.

Sebaliknya, nama yang sulit diucapkan, memiliki konotasi negatif, atau sering menjadi bahan ejekan dapat berdampak buruk pada psikologis seseorang. Hal ini bisa menyebabkan rasa malu, rendah diri, atau bahkan memicu masalah identitas. Oleh karena itu, pertimbangan psikologis menjadi krusial dalam proses pemilihan nama.

Pengaruh nama tidak hanya berhenti pada aspek psikologis internal, tetapi juga memengaruhi interaksi sosial. Nama yang mudah diingat dan diucapkan akan memudahkan orang lain dalam berkomunikasi, membangun koneksi, dan menciptakan kesan pertama yang positif.

Nama yang baik juga dapat membuka peluang dan mempermudah jalan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

Jurnal Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam menyoroti bahwa nama merupakan tugas pertama bagi seorang ayah untuk belahan jiwanya yang memiliki sifat saling mewarisi satu sama lain dan keberlangsungan keturunan. Nama pula merupakan sarana pertama bagi sang bayi dalam mengenal sekaligus mengarungi samudera kehidupan umat.

Pandangan Agama tentang Pemilihan Nama

Dalam berbagai ajaran agama, pemilihan nama anak sangatlah diperhatikan dan dianggap sebagai bagian penting dari ajaran. Islam, misalnya, sangat menganjurkan umatnya untuk memilih nama yang baik, bermakna positif, dan tidak mengandung unsur kesyirikan atau makna yang buruk. Nama yang dipilih diharapkan dapat mencerminkan identitas keislaman dan menjadi doa kebaikan.

Hadits Nabi Muhammad SAW secara tegas menekankan pentingnya memilih nama yang baik. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa pada hari kiamat, seseorang akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya, sehingga nama yang baik akan menjadi kehormatan.

Rasulullah SAW bahkan pernah mengganti nama beberapa sahabat yang memiliki nama dengan makna kurang baik menjadi nama yang lebih mulia.

Contohnya, dalam riwayat dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW pernah mengganti nama seorang anak perempuan Umar yang bernama Ashiyyah (yang durhaka) menjadi Jamilah (cantik). Kisah ini, yang juga disebutkan dalam Ensiklopedi Hadis, menunjukkan bahwa Nabi SAW sangat memperhatikan makna dan dampak sebuah nama.

Menurut ejournal.ibntegal.ac.id dalam penelitian berjudul "FIQH PARENTING: Pemberian Nama Anak Perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyyah", Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menekankan bahwa jika sampai keliru dalam membuatkan nama kepada anak, tentu bukan kebaikan yang didapatkan, melainkan sebaliknya.

Beliau juga menyebutkan bahwa antara nama dan orang yang dinamai ada keterkaitan, dan pada hari kiamat manusia akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya.

Jenis-Jenis Nama dalam Islam

Dalam hukum Islam, penamaan anak bukanlah perkara sepele, melainkan sebuah hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua dengan penuh pertimbangan.

Syariat Islam mengatur secara detail mengenai kaidah-kaidah penamaan, mulai dari makna hingga jenis-jenis nama yang diperbolehkan atau dilarang. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang komprehensif, mengatur segala aspek kehidupan, baik makro maupun mikro.

Jurnal Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam menjelaskan bahwa penamaan bayi dalam literatur para ahli ilmu agama disebut tasmiyah al-maulūd. Kata al-tasmiyah (التَّسْمِيَة) berarti memberi nama, dan nama dalam bahasa Arab (al-ism) berasal dari al-sumuww (السُّمُو) yang bermakna ketinggian. Hal ini menunjukkan bahwa nama memiliki fungsi sebagai pusat perhatian dan identitas yang membanggakan.

Dalam literatur bahasa Arab dan peradaban Islam, nama dibagi menjadi tiga jenis utama.

  1. Pertama adalah Al-‘Alam, yaitu nama yang menunjukkan kepada individu atau entitas tertentu seperti Muhammad, Khalid, atau Fatimah. Ini adalah nama depan yang umum digunakan.
  2. Jenis kedua adalah Kunyah, yaitu nama yang diletakkan setelah kata "Abu" (ayah dari) atau "Ummu" (ibu dari), seperti Abu Malik atau Ummu Musa.
  3. Jenis ketiga adalah Laqab, yaitu julukan yang bisa bermakna sanjungan (misalnya Zain al-‘Abidin) atau celaan (misalnya al-Kadzdzāb), atau penisbatan kepada kabilah, keluarga, atau negeri.

Nama-Nama yang Dianjurkan dalam Islam

Dalam Islam, pemilihan nama yang baik sangat dianjurkan karena nama adalah doa dan cerminan harapan. Ada beberapa kategori nama yang direkomendasikan untuk digunakan:

  1. Abdullah dan Abdurrahman: Ini adalah dua nama yang paling disukai oleh Allah SWT. Melansir dari riwayat Muslim, Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya nama kalian yang paling aku sukai adalah Abdullah dan Abdurrahman."
  2. Nama dengan Ta’bīd kepada Asmaul Husna: Menggunakan lafaz 'Abd (hamba) yang disandarkan kepada salah satu Asmaul Husna, seperti Abdul Malik, Abdul Aziz, atau Abdul Qadir. Ini menunjukkan penghambaan kepada Allah.
  3. Nama Para Nabi dan Rasul: Menggunakan nama-nama para nabi dan rasul sangat dianjurkan karena mereka adalah pemimpin umat manusia dengan akhlak termulia. Contohnya Nabi SAW menamai putranya Ibrahim, yang juga nama leluhurnya.
  4. Nama Orang-orang Shalih: Menamai anak dengan nama-nama orang shalih dari kaum Muslimin dapat menjadi pengingat akan sifat-sifat mulia mereka. Sahabat Al-Zubair Bin Al-‘Awwam menamai sembilan putranya dengan nama para syuhada perang Badar.
  5. Nama dengan Makna Benar atau Baik (Washf Shādiq): Nama harus mengandung makna yang baik, baik secara bahasa maupun syar'i, dan tidak mengandung celaan. Nama yang dipilih hendaknya mudah diucapkan, sedikit huruf, dan mengandung makna yang luhur.

Nama-Nama yang Dimakruhkan dan Diharamkan

Selain nama yang dianjurkan, ada pula nama-nama yang sebaiknya dihindari atau bahkan diharamkan dalam Islam, karena nama adalah doa yang harus baik.

  1. Nama dengan Makna Buruk: Dimakruhkan menamai anak dengan nama yang dibenci karena maknanya buruk, lafaznya buruk, atau keduanya, yang dapat memancing ejekan atau membuat anak malu. Contohnya Harb (perang) atau Murrah (pahit).
  2. Nama Menjurus Syahwat: Dimakruhkan nama yang mengandung makna menjurus syahwat seperti Fitnah (godaan) atau Ghādah (yang genit).
  3. Nama Tokoh Kefasikan: Dimakruhkan menamai anak dengan nama tokoh-tokoh kefasikan seperti artis atau penyanyi yang dikenal dengan perilaku tidak Islami.
  4. Nama Pemimpin Tirani: Dimakruhkan menamai anak dengan nama pemimpin zalim seperti Firaun, Qarun, atau Haman.
  5. Nama dengan Lafaz 'Al-Din' atau 'Al-Islam': Dimakruhkan menamai dengan nama yang disandarkan kepada lafaz 'al-din' atau 'al-islam' seperti Saiful Islam atau Nuruddin, karena awalnya ini adalah julukan kehormatan, bukan nama.
  6. Nama yang Mengandung 'Ubudiyyah kepada Selain Allah: Diharamkan menamai anak dengan lafaz 'Abd (hamba) yang disandarkan kepada selain Allah, seperti Abdu Rasul, Abdu Nabi, atau Abdu Al-Husen. Ini termasuk syirik kecil.
  7. Nama yang Hanya untuk Allah: Diharamkan menamai anak dengan nama yang khusus untuk Allah SWT, seperti Ar-Rahman, Al-Khaliq, atau Al-Bari.
  8. Nama Khas Non-Muslim: Diharamkan menggunakan nama asing yang menjadi ciri khas kaum non-muslim, seperti Petrus, George, Diana, atau Rose.
  9. Nama Berhala atau Dewa: Diharamkan menggunakan nama-nama berhala atau dewa yang disembah selain Allah, seperti Al-Lat, Al-Uzza, atau Hubal.
  10. Nama Setan: Diharamkan menggunakan nama-nama setan seperti Khinzab atau Walhan.
  11. Nama Mengandung Makna Tidak Sebenarnya: Diharamkan nama yang mengandung pengakuan palsu atau penyucian diri yang berlebihan, seperti Malik Al-Amlak (raja para raja) atau Sayyid Al-Nas (pemimpin manusia).

Daftar Pustaka

  • Al-Bukhari, Muhammad bin Ismā’īl. (1987). Al-Jāmi’ Al-Shahīh Al-Mukhtashar. Yamāmah-Beirūt: Dār Ibn Katsīr.
  • Al-Jauziyyah, Muhammad bin Abu Bakr Bin Al-Qayyim. (1431 H.). Tuhfah Al-Maudūd bi Ahkām A-Maulūd. Makkah Al-Mukarramah: Dār Ālam Al-fawā’id li Al-Nasyr wa Al-Tauzī’.
  • Al-Naisābūri, Muslim bin Hajjāj. (1991). Shahīh Muslim. Beirut: Dār Ihyā Al-Turāts Al-‘Arabi.
  • Al-Sijistāni, Abu Dāwūd Sulaimān bin Asy’ats. (2009). Sunan Abī Dāwūd. Dār Al-Risālah Al-‘Ālamiyyah.
  • Abu Zaid, Bakr Abdullah. (1995). Tasmiyah Al-Maulūd Ādāb wa Ahkām. Riyādh: Dār Al-‘Āshimah lī Al-Nasyr wa Al-Tauzī’.
  • Bahri, Saeful. (2020). "FIQH PARENTING: Pemberian Nama Anak Perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyyah". ejournal.ibntegal.ac.id. DOI: 10.62490/latahzan.v13i2.221.
  • Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan. (2022). "Ka.Kanwil: Nama Menjadi Doa, Maka Hati-hatilah dalam Memberi Nama". kalsel.kemenag.go.id.
  • Yusuf, Ujang Andi. (2020). "HAK PEMBERIAN NAMA ANAK DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM". Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol. 8, No. 1. DOI: 10.30868/am.v8i1.791.
  • Qaradhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer.

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum seputar makna dan pentingnya nama sebagai doa:

  1. Apa makna dari ungkapan "nama adalah doa"?

    Ungkapan "nama adalah doa" berarti bahwa setiap nama yang diberikan kepada seseorang membawa harapan, cita-cita, dan doa baik dari orang tua. Nama diyakini dapat memengaruhi karakter dan masa depan individu, sehingga pemilihan nama harus dilakukan dengan bijak dan penuh pertimbangan.

  2. Mengapa pemilihan nama yang baik itu penting?

    Pemilihan nama yang baik penting karena nama memiliki pengaruh psikologis yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, serta dalam pandangan agama, nama yang baik adalah anjuran dan akan menjadi panggilan di hari akhir. Nama yang positif juga memudahkan interaksi sosial.

  3. Bagaimana pandangan Islam mengenai pemberian nama?

    Dalam Islam, pemberian nama sangat diperhatikan. Dianjurkan memilih nama yang baik, bermakna positif, tidak mengandung kesyirikan, dan tidak memiliki konotasi buruk. Nabi Muhammad SAW bahkan sering mengganti nama yang kurang baik menjadi lebih baik.

  4. Siapa yang paling berhak menamai bayi dalam Islam?

    Dalam Islam, ayah adalah pihak yang paling berhak dan bertanggung jawab dalam memberikan nama kepada anaknya. Hal ini didasarkan pada peran ayah sebagai kepala keluarga dan penanggung jawab utama dalam membimbing keluarganya.

  5. Nama seperti apa yang dianjurkan dalam Islam?

    Nama yang dianjurkan dalam Islam antara lain Abdullah dan Abdurrahman, nama yang menggunakan lafaz 'Abd yang disandarkan pada Asmaul Husna, nama para nabi dan rasul, nama orang-orang shalih, serta nama yang memiliki makna baik dan jujur.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|