Sejarah Minggu Adven dan Makna Lilinnya, Jadi Masa Persiapan Sebelum Natal

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang perayaan Natal, umat Kristiani mengenal masa persiapan rohani bernama Adven. Pemahaman mendalam mengenai sejarah minggu adven membantu umat melihat tradisi ini sebagai perjalanan iman panjang, bukan sekadar rutinitas tahunan menjelang hari raya besar gerejawi.

Dalam perkembangan Gereja, sejarah minggu adven mencerminkan proses panjang pembentukan liturgi. Tradisi ini lahir dari refleksi iman Gereja perdana mengenai penantian kedatangan Kristus, baik melalui peristiwa kelahiran di Betlehem maupun pengharapan akan kedatangan-Nya pada akhir zaman.

Pembahasan sejarah minggu adven juga memperlihatkan keberagaman praktik ibadah di berbagai wilayah Kristen. Setiap komunitas mengembangkan cara perayaan Adven sesuai konteks budaya serta kebiasaan gerejawi, sehingga masa ini memiliki makna spiritual luas lintas waktu dan tempat.

Melalui penelusuran sejarah minggu adven, umat diajak memahami Adven sebagai masa pembentukan batin. Periode ini mendorong refleksi diri, pertobatan, serta pengharapan akan terang keselamatan, sehingga Natal dipersiapkan secara rohani dan penuh kesadaran iman.

Berikut ulasan lengkap yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (23/12/2025).

Memahami Apa Itu Minggu Adven

Adven merupakan masa khusus dalam kalender liturgi Gereja Kristen yang berlangsung selama empat minggu menjelang perayaan Natal. Periode ini dipahami sebagai waktu penantian dan persiapan rohani, ketika umat diajak untuk mengenangkan kedatangan pertama Tuhan Yesus Kristus ke dunia sebagai manusia, sekaligus mempersiapkan hati dan iman untuk menyambut kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman. Oleh sebab itu, Adven tidak sekadar menjadi penanda waktu menuju Natal, melainkan juga menjadi momen refleksi mendalam atas iman, pengharapan, dan kesiapan spiritual umat percaya.

Pada tahun 2025, masa Adven dimulai pada hari Minggu, 30 November 2025, yang ditetapkan sebagai Minggu Adven pertama. Periode ini berakhir pada Malam Natal, yaitu tanggal 24 Desember 2025. Rentang waktu tersebut mencerminkan masa penantian selama empat minggu penuh sebelum Hari Raya Natal tiba. Selama masa ini, umat Kristiani diajak untuk mempersiapkan diri secara batin melalui doa, pertobatan, serta perbuatan kasih sebagai bentuk kesiapan menyambut kehadiran Kristus.

Adapun pembagian Minggu Adven pada tahun 2025 adalah sebagai berikut:

- Minggu Adven I jatuh pada tanggal 30 November 2025

- Minggu Adven II pada 7 Desember 2025

- Minggu Adven III pada 14 Desember 2025

- Minggu Adven IV pada 21 Desember 2025.

Setiap Minggu Adven memiliki tema dan penekanan rohani tersendiri, sering kali disimbolkan melalui penyalaan lilin Adven sebagai tanda bertumbuhnya terang iman di tengah penantian akan kelahiran Sang Juru Selamat.

Dalam tradisi Katolik dan Kristen pada umumnya, masa Adven menandai dimulainya tahun liturgi baru. Masa ini menekankan nilai pertobatan, pengharapan, serta sukacita rohani dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus. Fokus utama Adven bukan hanya pada peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem, melainkan juga pada kesadaran akan peran-Nya sebagai Mesias dan Raja yang akan datang kembali untuk menggenapi keselamatan umat manusia.

Secara etimologis, istilah “Adven” berasal dari bahasa Latin adventus dan dalam bahasa Yunani dikenal sebagai parousia, keduanya memiliki arti “kedatangan”. Makna ini menegaskan bahwa masa Adven berpusat pada penantian akan kedatangan Kristus. Oleh sebab itu, bacaan Kitab Suci selama masa Adven banyak diambil dari Perjanjian Lama yang menggambarkan nubuat tentang Mesias, serta dari Perjanjian Baru yang berbicara mengenai kedatangan Yesus kembali sebagai Hakim atas seluruh umat manusia. 

Jejak Awal Sejarah Minggu Adven

Istilah Adventus mulai dikenal dan digunakan dalam tradisi Kristen awal sebagai ungkapan untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus. Kata ini banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan gerejawi kuno, terutama dalam Vulgata, terjemahan Alkitab berbahasa Latin. Kedatangan Kristus yang dimaksud tidak hanya dipahami sebagai peristiwa kelahiran-Nya di dunia, tetapi juga sebagai misi penebusan umat manusia melalui rangkaian penderitaan, wafat di kayu salib, serta kebangkitan-Nya. Pemahaman ini menjadi fondasi teologis bagi berkembangnya masa penantian rohani dalam Gereja.

Dalam konteks Gereja Katolik Roma, penggunaan istilah Adven mulai dikenal secara lebih terstruktur sekitar abad ke-5 hingga abad ke-7. Pada masa ini, Adven tidak lagi sekadar istilah teologis, melainkan mulai dipahami sebagai suatu periode khusus dalam kalender liturgi Gereja. Menariknya, praktik dan istilah Adven telah lebih dahulu dikenal serta dijalankan di wilayah Prancis dan Spanyol, bahkan sebelum Roma secara resmi mengadopsinya sebagai bagian dari tata ibadah gerejawi.

Pada akhir abad ke-6 dan sepanjang abad ke-5, khususnya di wilayah Prancis, masa Adven dipahami sebagai waktu persiapan menjelang Hari Raya Epifani. Epifani sendiri merupakan perayaan penting, terutama bagi para calon baptisan, sebab pada hari tersebut mereka secara resmi diterima menjadi anggota Gereja. Dalam praktiknya, masa persiapan ini memiliki kemiripan kuat dengan masa Prapaskah, ditandai oleh penekanan pada doa, puasa, serta pengendalian diri sebagai bentuk kesiapan rohani.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Konsili lokal di Saragossa, Spanyol, pada tahun 380 menetapkan adanya tiga minggu masa puasa sebelum perayaan Epifani. Ketentuan ini kemudian diperkuat oleh Konsili lokal Macon di Prancis pada tahun 581. Konsili tersebut menetapkan aturan puasa rutin bagi umat beriman, dimulai sejak tanggal 11 November hingga Hari Natal, dilaksanakan tiga kali dalam sepekan, yaitu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Aturan ini menunjukkan keseriusan Gereja dalam membangun tradisi persiapan iman menjelang perayaan besar.

Tradisi serupa kemudian menyebar ke wilayah Inggris, sementara di Roma sendiri praktik masa Adven belum dikenal secara resmi pada periode awal tersebut. Baru pada abad ke-6, Gereja di Roma mulai mengakui Adven sebagai masa persiapan khusus menjelang Natal. Sejak saat itu, pemahaman Adven sebagai periode penantian rohani mulai berkembang lebih luas dalam Gereja Barat. Dalam perjalanan waktu, Gereja secara bertahap mulai membakukan struktur dan tata perayaan Adven. Salah satu tokoh penting dalam proses ini adalah Paus Santo Gelasius I, yang menetapkan liturgi Adven selama lima hari Minggu. Ketetapan tersebut tercantum dalam Gelasian Sacramentary, sebuah buku doa misa yang menjadi rujukan liturgi pada masanya.

Perkembangan liturgi Adven tidak berhenti di situ. Paus Santo Gregorius I kemudian memperkaya perayaan Adven melalui penambahan doa-doa khusus, antifon, bacaan Kitab Suci, serta tanggapan umat dalam ibadah. Selanjutnya, sekitar abad ke-11, Gereja menetapkan Minggu Adven pertama sebagai penanda dimulainya tahun liturgi baru. Hingga akhirnya, Paus Santo Gregorius VII menyederhanakan struktur Adven menjadi empat minggu, sebuah ketetapan yang terus dipertahankan dan dijalankan oleh Gereja hingga saat ini.

Makna Lilin pada Setiap Minggu Adven Pertama hingga Keempat

Perayaan Masa Adven berlangsung selama empat pekan menjelang Hari Raya Natal. Dalam tradisi Gereja Kristen, khususnya Katolik, setiap pekan Adven memiliki simbol dan pesan rohani tersendiri. Salah satu simbol utama dalam Masa Adven ialah rangkaian lilin Adven, di mana setiap lilin dinyalakan secara bertahap dari minggu ke minggu. Warna lilin serta waktu penyalaannya bukan sekadar tradisi visual, melainkan mengandung makna teologis yang mendalam sebagai sarana refleksi iman umat.

1. Minggu Adven Pertama menandai awal perjalanan rohani dalam Masa Adven. Pada tahap ini, Gereja mengajak umat untuk mengarahkan hati dan pikiran pada pengharapan akan kedatangan Kristus di akhir zaman. Fokus utamanya ialah sikap berjaga-jaga serta kesiapan batin dalam menyambut Tuhan sebagai Hakim dan Raja. Lilin pertama berwarna ungu mulai dinyalakan sebagai lambang pertobatan, kewaspadaan rohani, serta kesungguhan menantikan pemenuhan janji keselamatan Allah.

2. Memasuki Minggu Adven Kedua, perhatian umat diarahkan pada panggilan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Tema utama pada pekan ini berkaitan erat peran Yohanes Pembaptis sebagai suara penyeru pertobatan. Penyalaan lilin ungu kedua menjadi pengingat pentingnya ketekunan, kesetiaan, serta perubahan hidup sebagai bentuk kesiapan menyambut kehadiran Kristus. Umat diajak memperdalam komitmen iman melalui doa, refleksi, serta pembaruan sikap hidup sehari-hari.

3. Minggu Adven Ketiga dikenal luas sebagai Minggu Gaudete, berasal dari bahasa Latin berarti “bersukacitalah”. Nuansa perayaan pada pekan ini terasa lebih ringan dan penuh harapan, sebab kelahiran Yesus semakin dekat. Hal tersebut dilambangkan melalui penyalaan lilin ketiga berwarna merah muda atau merah jambu, warna yang melambangkan sukacita di tengah masa penantian. Gereja mengingatkan umat bahwa di balik pertobatan dan penantian, terdapat kegembiraan besar atas hadirnya Sang Juruselamat ke dunia.

4. Pada Minggu Adven Keempat, fokus refleksi diarahkan pada peristiwa inkarnasi Kristus melalui ketaatan Maria. Pekan ini menyoroti peran Bunda Maria sebagai sosok teladan iman, kerendahan hati, serta kepasrahan total kepada kehendak Allah. Lilin ungu keempat dinyalakan bersamaan lilin-lilin sebelumnya, menciptakan cahaya penuh sebagai simbol semakin dekatnya terang keselamatan. Cahaya tersebut melambangkan kehadiran Kristus yang segera lahir serta kesiapan umat menyambut Natal secara rohani.

FAQ Seputar Topik

Apa itu Minggu Adven?

Minggu Adven adalah periode empat minggu dalam kalender liturgi Kristen yang menandai masa penantian dan persiapan rohani menjelang perayaan Natal.

Kapan Minggu Adven dimulai dan berapa lama durasinya?

Minggu Adven dimulai pada hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November dan berlangsung selama empat minggu, berakhir pada Malam Natal, 24 Desember.

Bagaimana asal-usul perayaan Adven?

Asal-usul Adven dapat ditelusuri kembali ke abad ke-4 dan ke-5 di wilayah Gaul, Spanyol, dan Italia Utara, awalnya sebagai masa persiapan bagi calon baptis dengan penekanan pada doa dan puasa.

Apa makna lilin-lilin pada Lingkaran Adven?

Lilin-lilin pada Lingkaran Adven melambangkan tema harapan, damai sejahtera, sukacita, dan kasih, dengan lilin merah muda dinyalakan pada Minggu ketiga sebagai simbol sukacita.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|