Apakah Kotoran Ular Berbahaya? Waspadai Ancaman Salmonella dan Parasit Mematikan

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian besar orang, menemukan jejak reptil di sekitar rumah tentu menimbulkan rasa cemas tersendiri. Salah satu tanda keberadaan hewan melata ini sering kali berupa sisa kotoran berwarna gelap dan berbau tajam. Banyak orang kemudian mempertanyakan, apakah kotoran ular berbahaya bagi manusia atau justru tidak memiliki dampak berarti. Pertanyaan tersebut wajar muncul, terutama saat area rumah dekat semak, sawah, atau saluran air tempat ular kerap bersembunyi.

Masyarakat perlu memahami bahwa kotoran reptil bukan sekadar kotoran biasa. Dalam bentuknya yang lembek serta berbau menyengat, feses ular bisa menyimpan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Melalui pemahaman yang tepat, kita dapat mengetahui apakah kotoran ular berbahaya bagi kesehatan dan bagaimana cara menghindari risiko paparan bakteri, atau parasit dari sisa metabolisme hewan tersebut. Pengetahuan ini menjadi langkah awal untuk melindungi diri serta menjaga kebersihan lingkungan.

Isu mengenai bahaya kotoran ular juga kerap menimbulkan rasa takut berlebihan. Padahal, ancaman sebenarnya dapat diatasi melalui langkah pencegahan yang sederhana. Sebelum memutuskan tindakan, penting untuk memahami fakta ilmiah tentang apakah kotoran ular berbahaya dan faktor apa saja yang membuatnya menjadi sumber penyakit. Melalui pengetahuan yang akurat, masyarakat dapat lebih waspada tanpa harus panik berlebihan saat menemukannya.

Berikut ulasan lengkap yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (5/11/2025). 

Penjelasan Terkait Bahaya Kotoran Ular

Kotoran ular tidak menimbulkan efek berbahaya secara langsung, tetapi dapat menjadi sumber risiko kesehatan jika tersentuh atau terhirup oleh manusia maupun hewan peliharaan. Feses reptil ini berbentuk gumpalan gelap, biasanya memiliki ujung berwarna putih yang berasal dari asam urat, serta terkadang mengandung sisa tulang atau bulu dari mangsa ular. Aroma kotoran ular sangat tajam dan menyengat, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi siapa pun yang menemukannya di sekitar rumah atau area pemukiman.

Meskipun kotoran ular tidak beracun secara langsung seperti bisa ular, feses reptil ini tetap menjadi sumber risiko kesehatan bagi manusia dan hewan peliharaan. Risiko utama berasal dari bakteri dan parasit yang hidup di dalam kotoran, termasuk Salmonella dan mikroorganisme lain yang dapat menimbulkan infeksi bila masuk ke tubuh melalui tangan yang terluka, makanan, atau benda yang terkontaminasi. Infeksi ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mual, diare, muntah, serta demam, terutama pada anak-anak, lansia, atau orang dengan daya tahan tubuh rendah.

Selain risiko kesehatan, bau kotoran ular yang sangat tajam dan menyengat juga menimbulkan ketidaknyamanan. Aroma tersebut biasanya berasal dari sisa metabolisme asam urat dan serpihan makanan yang belum sepenuhnya tercerna, seperti tulang atau bulu mangsa. Kehadiran bau ini dapat mengurangi kenyamanan lingkungan rumah atau area kerja, terutama jika kotoran ular ditemukan dalam jumlah banyak atau di tempat tertutup.

Kotoran ular juga dapat menjadi media penyebaran penyakit bagi hewan peliharaan. Jika hewan menyentuh atau menjilat feses tersebut, bakteri dapat berpindah dan menimbulkan infeksi pada hewan seperti anjing, kucing, atau burung peliharaan. Oleh sebab itu, penting untuk mengidentifikasi dan menangani kotoran ular dengan hati-hati sebelum menjadi ancaman lebih serius.

Cara Menangani Kotoran Ular

Menemukan kotoran ular di rumah atau lingkungan sekitar tentu menimbulkan kekhawatiran. Meskipun feses reptil ini tidak beracun, kotoran ular dapat membawa bakteri dan parasit yang berpotensi menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, penanganan harus dilakukan secara hati-hati agar risiko infeksi dapat diminimalkan.

1. Gunakan Pelindung Diri

Langkah pertama sebelum membersihkan kotoran ular adalah melindungi diri. Kenakan sarung tangan karet atau plastik untuk mencegah kontak langsung antara tangan dan feses. Selain itu, gunakan masker agar tidak menghirup debu atau partikel yang bisa berasal dari kotoran, terutama jika kering dan mudah beterbangan. Pelindung ini akan membantu mengurangi paparan bakteri atau parasit yang terkandung dalam feses ular.

2. Hindari Kontak Langsung

Jangan menyentuh kotoran ular secara langsung dengan tangan kosong. Kontak langsung meningkatkan risiko bakteri atau parasit berpindah ke kulit, luka terbuka, atau tangan yang kemudian memegang makanan. Selalu gunakan alat bantu seperti sekop kecil atau spatula untuk memungut kotoran sebelum dibuang.

3. Bersihkan Area Secara Menyeluruh

Setelah kotoran dipungut, bersihkan area yang terkena secara menyeluruh. Gunakan disinfektan berbasis klorin atau cairan pembersih antibakteri untuk membunuh mikroorganisme berbahaya. Pastikan semua permukaan yang terkontaminasi diseka sampai bersih. Langkah ini sangat penting untuk mencegah bakteri dan parasit tetap berada di lingkungan sekitar.

4. Cuci Tangan dengan Benar

Setelah proses pembersihan selesai, cuci tangan menggunakan sabun antibakteri minimal selama 20 detik. Jika memungkinkan, bilas dengan air mengalir dan keringkan menggunakan tisu bersih atau handuk terpisah. Prosedur ini memastikan tangan benar-benar bebas dari kontaminasi bakteri atau parasit yang mungkin menempel selama proses pembersihan.

Tips Mencegah Ular Datang ke Rumah

Kehadiran ular di sekitar rumah sering menimbulkan kekhawatiran bagi penghuni. Selain kotoran yang bisa membawa bakteri dan parasit, ular juga berpotensi menimbulkan risiko gigitan. Oleh sebab itu, langkah pencegahan menjadi sangat penting agar lingkungan tetap aman dan nyaman.

1. Jaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan rumah yang bersih dan rapi mengurangi kemungkinan ular mendekat. Hindari menumpuk sampah, daun kering, atau tumpukan kayu di halaman, karena tempat-tempat tersebut sering menjadi persembunyian ular. Rumput sebaiknya rutin dipangkas agar tidak terlalu tinggi, sehingga area halaman lebih terlihat dan tidak menarik bagi reptil untuk bersembunyi.

2. Tutup Celah dan Lubang Masuk

Ular dapat memasuki rumah melalui celah kecil di pintu, jendela, atau ventilasi. Periksa seluruh bagian rumah untuk menemukan potensi jalur masuk, lalu tutup menggunakan kawat kasa atau penutup yang rapat. Langkah ini mencegah ular masuk ke dalam rumah dan mengurangi risiko kontak langsung dengan penghuni.

3. Kurangi Populasi Mangsa

Ular biasanya datang mencari makanan seperti tikus, katak, atau burung kecil. Dengan mengurangi populasi hewan-hewan tersebut di sekitar rumah, kemungkinan ular mendekat pun berkurang. Pastikan sisa makanan hewan peliharaan tertutup rapat, serta jangan biarkan tumpukan sampah menarik tikus atau serangga yang menjadi sumber makanan ular.

4. Gunakan Pawang atau Ahli Hama Profesiona

lJika lokasi rumah sering ditempati ular atau berada di daerah rawan, sebaiknya hubungi pawang ular atau ahli hama profesional. Mereka dapat membantu memindahkan ular tanpa menyakiti, sekaligus memberikan saran pencegahan jangka panjang agar rumah tetap aman dari kedatangan reptil.

FAQ Seputar Topik

Apakah kotoran ular berbahaya bagi manusia?

Ya, kotoran ular sangat berbahaya karena mengandung bakteri patogen seperti Salmonella dan berbagai parasit yang dapat menyebabkan infeksi serius pada manusia.

Bakteri apa saja yang terkandung dalam kotoran ular?

Bakteri utama yang terkandung adalah Salmonella, serta patogen lain seperti Shigella, E. coli, Yersinia enterolitica, Campylobacter, Clostridium, dan Staphylococcus aureus.

Bagaimana cara mengenali kotoran ular?

Kotoran ular umumnya berbentuk gelap, kental, seringkali memiliki bagian putih (asam urat) seperti pasta kapur, dan kadang mengandung sisa mangsa seperti tulang atau bulu.

Apa saja langkah pencegahan bahaya dari kotoran ular?

Langkah pencegahan meliputi menjaga kebersihan lingkungan, membuang genangan air, menyingkirkan tempat berlindung ular, menggunakan pengusir bau, dan menutup celah di rumah.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|