Maulid Nabi 2025 Apakah Libur Nasional? Cek Jadwal Resmi dan Potensi Libur Panjang

3 weeks ago 11

Liputan6.com, Jakarta Menjelang datangnya bulan Rabiul Awal, masyarakat mulai bertanya-tanya mengenai maulid nabi 2025 apakah libur nasional. Topik ini menjadi sorotan, karena berkaitan langsung dengan penetapan tanggal merah dalam kalender resmi. Informasi tersebut penting diketahui sejak awal agar aktivitas sekolah, pekerjaan, serta agenda keluarga bisa disusun lebih terarah.

Isu maulid nabi 2025 apakah libur nasional juga erat hubungannya dengan tradisi umat Islam di Nusantara. Setiap tahun, momentum kelahiran Rasulullah SAW selalu dirayakan melalui pengajian, pembacaan shalawat, maupun kegiatan sosial. Oleh karena itu, kepastian jadwal libur memiliki arti penting agar masyarakat dapat mempersiapkan peringatan secara maksimal.

Bagi kalangan pekerja maupun pelajar, jawaban atas pertanyaan maulid nabi 2025 apakah libur nasional menjadi penentu rencana cuti dan liburan. Jika tanggal merah jatuh berdekatan dengan akhir pekan, maka kesempatan long weekend terbuka lebar. Kondisi ini sering dimanfaatkan untuk beristirahat, melakukan perjalanan, atau berkumpul bersama keluarga besar.

Berikut ini informasi lebih lengkap yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber terkait maulid nabi 2025 pada Senin (26/8/2025). 

Penetapan Hari Libur Nasional 2025

Pemerintah Indonesia melalui koordinasi lintas kementerian secara resmi mengumumkan daftar hari libur nasional dan cuti bersama untuk tahun 2025. Keputusan ini dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Regulasi tersebut tercatat dalam SKB Nomor 933 Tahun 2025, Nomor 1 Tahun 2025, dan Nomor 3 Tahun 2025, yang secara rinci mengatur jadwal libur nasional serta cuti bersama di sepanjang tahun.

Dalam ketetapan itu, Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah dimasukkan sebagai salah satu hari libur nasional. Berdasarkan keputusan pemerintah, tanggal peringatan tersebut jatuh pada Jumat, 5 September 2025. Penempatan Maulid Nabi di hari Jumat menghadirkan keuntungan tersendiri karena masyarakat akan langsung memperoleh kesempatan menikmati akhir pekan panjang atau long weekend. Hal ini berarti, mulai dari Jumat hingga Minggu (5–7 September 2025), aktivitas sekolah maupun perkantoran akan libur, sehingga memberi ruang bagi masyarakat memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan, baik berlibur, mudik singkat, maupun berkumpul bersama keluarga.

Selain long weekend pada pekan pertama September, masyarakat juga tetap mendapatkan libur akhir pekan reguler yang jatuh pada Sabtu dan Minggu. Tanggal-tanggal tersebut antara lain 6–7, 13–14, 20–21, serta 27–28 September 2025. Dengan adanya rangkaian tanggal merah ini, bulan September terbilang cukup bersahabat bagi masyarakat yang ingin merencanakan agenda perjalanan, atau sekadar mengambil waktu istirahat lebih lama setelah rutinitas padat. Terutama bagi pelajar dan pekerja, momentum ini bisa menjadi peluang untuk menyeimbangkan aktivitas belajar maupun pekerjaan dengan kebutuhan rekreasi.

Maulid Nabi 2025 dalam Kalender Resmi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya memang kerap diwarnai perbedaan tanggal, karena metode penetapan awal bulan Hijriah tidak selalu seragam. Tahun 2025 pun menghadirkan hal serupa. Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) bersama Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetapkan bahwa awal bulan Rabiul Awal 1447 H jatuh pada Senin, 25 Agustus 2025. Mengikuti hitungan tersebut, maka tanggal 12 Rabiul Awal 1447 H, yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertepatan pada Jumat, 5 September 2025.

Namun, penentuan berbeda muncul dari Muhammadiyah yang menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Menurut metode ini, 1 Rabiul Awal jatuh lebih cepat sehari, yakni Minggu, 24 Agustus 2025. Konsekuensinya, peringatan 12 Rabiul Awal versi Muhammadiyah diperingati pada Kamis, 4 September 2025. Perbedaan ini timbul karena adanya variasi metode dalam penentuan awal bulan Hijriah, baik melalui hisab (perhitungan astronomis), rukyat (pengamatan hilal secara langsung), maupun penerapan kalender global.

Meskipun terdapat selisih satu hari, kondisi ini bukanlah persoalan besar di Indonesia. Umat Islam di tanah air pada umumnya memaknai Maulid Nabi sebagai momen penuh syukur dan penghormatan kepada Rasulullah SAW yang dapat diperingati sepanjang bulan Rabiul Awal, bukan terbatas pada satu tanggal tertentu. Oleh sebab itu, kegiatan keagamaan seperti pengajian, pembacaan maulid, doa bersama, dan berbagai bentuk tradisi masyarakat akan tetap berlangsung semarak di banyak daerah.

Dari sisi pemerintah, untuk menjaga keseragaman dalam kalender nasional, dipilihlah Jumat, 5 September 2025 sebagai tanggal resmi libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW. Keputusan ini tidak hanya memberi kepastian hukum mengenai hari libur, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk menyiapkan agenda khusus, baik dalam bentuk kegiatan keagamaan maupun aktivitas lainnya. 

Sejarah dan Makna Peringatan Maulid Nabi

Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan istilah Maulid Nabi telah memiliki sejarah panjang dalam tradisi umat Islam. Catatan sejarah menunjukkan bahwa perayaan ini mulai dikenal pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah di Mesir, sekitar abad ke-10 hingga ke-11 Masehi. Pada masa itu, peringatan dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap hari kelahiran Rasulullah sekaligus sarana mempererat persatuan masyarakat Muslim. Sosok penguasa yang dianggap sebagai pelopor perayaan Maulid adalah Khalifah al-Muiz Li Dinillah. Pada awal kemunculannya, perayaan ini bersifat terbatas, berlangsung di wilayah lokal, dan belum menyebar ke berbagai kawasan dunia Islam.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai meluas ke berbagai penjuru dunia Islam, termasuk kawasan Asia, Afrika, hingga sebagian Eropa. Setelah masa Dinasti Fatimiyah berakhir dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, perayaan Maulid Nabi kembali dihidupkan dengan skala yang lebih besar. Pada masa kepemimpinan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, perayaan ini tidak hanya berlangsung lebih meriah, tetapi juga diisi dengan kegiatan keagamaan yang bertujuan menumbuhkan semangat ukhuwah Islamiyah. Salah satu latar belakang kuatnya dorongan untuk menghidupkan Maulid pada masa itu adalah kebutuhan untuk membangkitkan motivasi dan solidaritas umat Islam dalam menghadapi Perang Salib. Dengan demikian, peringatan Maulid tidak hanya berfungsi sebagai acara religius, tetapi juga sarana memperkuat identitas dan persatuan umat.

Dari sisi makna, sejumlah ulama besar menilai Maulid Nabi sebagai ekspresi cinta dan penghormatan umat terhadap Rasulullah SAW. Imam Jalaluddin al-Suyuti, seorang ulama terkemuka, berpendapat bahwa memperingati kelahiran Nabi adalah amalan yang baik apabila kegiatan di dalamnya diisi dengan hal-hal positif seperti pembacaan ayat Al-Qur’an, shalawat, ceramah keagamaan, serta pengajian. Hal senada disampaikan oleh Imam Ibn Hajar al-Asqalani, yang menilai bahwa memperingati Maulid merupakan wujud rasa cinta sekaligus sarana mengingat keagungan pribadi yang paling mulia di sisi Allah SWT.

Meski tidak ditemukan dalil langsung dalam Al-Qur’an maupun hadis yang secara tegas memerintahkan perayaan Maulid Nabi, para ulama memberikan pandangan moderat terhadap tradisi ini. Selama pelaksanaannya tidak mengandung hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, peringatan Maulid dinilai sebagai sesuatu yang boleh dilakukan. Mayoritas ulama dari empat mazhab besar yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali bahkan menyatakan bahwa Maulid Nabi termasuk dalam kategori bid’ah hasanah, yakni inovasi yang baik. Artinya, meskipun tidak secara eksplisit diajarkan pada masa Rasulullah, praktik ini dipandang memiliki nilai positif karena menjadi sarana dakwah, pendidikan, serta pengingat akan keteladanan Nabi Muhammad SAW.

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia tidak hanya menjadi ajang untuk meneguhkan keimanan dan memperdalam kecintaan kepada Rasulullah, tetapi juga menyatu dengan keragaman budaya lokal di berbagai daerah. Setiap wilayah menghadirkan cara perayaan yang khas, penuh simbol makna, serta mengandung nilai kebersamaan. Kehadiran tradisi-tradisi ini menjadikan Maulid Nabi bukan sekadar acara seremonial, melainkan momentum sosial-religius yang mempererat tali persaudaraan antarumat.

Grebeg Maulud – Yogyakarta dan Solo

Di wilayah Yogyakarta dan Surakarta (Solo), perayaan Maulid Nabi dikenal dengan sebutan Grebeg Maulud. Acara ini menjadi salah satu atraksi budaya yang sangat ditunggu masyarakat. Ciri khasnya adalah prosesi gunungan, yakni hasil bumi seperti sayuran, buah, dan makanan tradisional yang disusun menyerupai bentuk gunung. Gunungan kemudian diarak menuju masjid besar dan setelah itu diperebutkan oleh masyarakat. Bagi warga, keberhasilan memperoleh sebagian isi gunungan dipercaya membawa keberkahan. Tradisi ini tidak hanya bernuansa keagamaan, tetapi juga mencerminkan semangat berbagi serta penghargaan terhadap rezeki alam.

Endog-endogan – Banyuwangi

Berbeda lagi di Banyuwangi, Jawa Timur, masyarakat setempat memiliki tradisi yang disebut Endog-endogan. Dalam tradisi ini, telur dihias secara menarik lalu ditancapkan pada batang pisang atau bambu. Hiasan telur tersebut diarak keliling kampung sebagai simbol kehidupan, kesuburan, dan harapan baik. Setelah prosesi arak-arakan selesai, telur-telur tersebut dibagikan kepada warga sebagai bentuk sedekah sekaligus ungkapan syukur. Keunikan Endog-endogan menjadikannya salah satu tradisi Maulid yang sarat makna filosofis serta memperkuat ikatan sosial masyarakat.

Weh-wehan – Kendal

Di daerah Kendal, Jawa Tengah, dikenal tradisi Weh-wehan yang menekankan nilai berbagi. Pada momen Maulid Nabi, warga saling memberikan makanan, hasil bumi, maupun hidangan khas daerah kepada tetangga atau kerabat. Tradisi ini menjadi simbol kepedulian, memperkuat rasa persaudaraan, sekaligus menegaskan pentingnya berbagi rezeki dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui Weh-wehan, ajaran Rasulullah tentang saling membantu sesama umat tercermin dalam praktik nyata sehari-hari.

Tradisi Umum di Nusantara

Selain tradisi khas daerah, umat Islam di berbagai penjuru Indonesia juga memiliki cara seragam dalam memperingati Maulid Nabi. Biasanya acara diisi dengan pengajian, pembacaan sirah Nabawiyah, lantunan shalawat, serta majelis ilmu yang menghadirkan para ulama dan penceramah. Dalam forum tersebut, kisah hidup Nabi Muhammad SAW dijadikan sumber teladan, baik dalam aspek akhlak, kepemimpinan, maupun keteguhan iman. Tidak jarang pula perayaan dilengkapi dengan kegiatan sosial, seperti berbagi santunan kepada anak yatim atau fakir miskin.

FAQ Seputar Topik

Apakah Maulid Nabi 2025 ditetapkan sebagai hari libur nasional?

Ya, Maulid Nabi 2025 secara resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah.

Kapan tanggal resmi Maulid Nabi 2025?

Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 2025 jatuh pada hari Jumat, 5 September 2025.

Mengapa ada perbedaan tanggal Maulid Nabi antara organisasi keagamaan?

Perbedaan tanggal muncul karena variasi dalam metode perhitungan kalender atau penentuan awal bulan Hijriah.

Apakah Maulid Nabi 2025 berpotensi menjadi libur panjang?

Ya, karena jatuh pada hari Jumat, Maulid Nabi 2025 berpotensi menciptakan libur panjang atau long weekend.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|