7 Jenis Ular Berbisa yang Sering Masuk ke Perumahan, Ini Ciri-Ciri dan Cara Menghadapinya

1 day ago 4

Liputan6.com, Jakarta Musim hujan seringkali membawa kekhawatiran baru bagi sebagian besar penghuni rumah, salah satunya adalah potensi kedatangan hewan melata seperti ular. Reptil ini kerap mencari perlindungan dan sumber makanan di area pemukiman, terutama saat habitat aslinya terganggu atau kelembaban meningkat. Kehadiran ular, apalagi yang berbisa, tentu menimbulkan keresahan dan ancaman serius bagi keselamatan keluarga.

Untuk menjaga keamanan dan ketenangan di rumah, penting bagi kita untuk mengenali jenis-jenis ular yang berpotensi masuk ke lingkungan hunian. Dengan memahami ciri-ciri fisik, kebiasaan, serta tingkat bahaya bisanya, kita dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat. Berikut 7 jenis ular berbisa yang sering masuk ke perumahan, lengkap dengan ciri-ciri khas dan cara menghadapinya.

1. Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix)

Ular kobra Jawa memiliki kepala berbentuk oval yang sedikit lebih besar dari lehernya, dengan warna putih di sekitar leher. Warna tubuhnya bervariasi dari coklat pudar hingga hitam mengkilap, namun yang paling sering ditemukan adalah hitam. Panjang tubuhnya dapat mencapai 2 meter, bahkan rata-rata 1,4 meter hingga 4 meter. Moncongnya tumpul dan berwarna keputihan, serta memiliki taring kecil dengan ujung pendek. Saat merasa terancam, ular ini akan mengembangkan lehernya hingga membentuk tudung seperti sendok dan menegakkan badannya.

Ular kobra Jawa adalah jenis ular terestrial yang hidup di atas tanah dan sering ditemukan di persawahan, tegalan, ladang, serta pemukiman warga karena kemampuan adaptasinya yang hebat. Mereka tertarik masuk rumah karena mencari mangsa seperti tikus, yang juga sering mencari perlindungan di musim hujan. Ular ini memangsa mamalia kecil seperti tikus dan mencit, serta ular atau kadal lainnya, bahkan amfibi seperti katak dan kodok.

Bisanya berupa neurotoksin yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Ular kobra Jawa mampu menyemburkan bisa hingga jarak 1 meter saat merasa terancam. Bisa ular kobra akan menyerang saraf dan menyebabkan gangguan penglihatan, kesulitan menelan, kesulitan berbicara, otot menjadi lemah, dan muntah.

2. Ular Kobra Sumatera (Naja sumatrana)

Ular kobra Sumatera memiliki panjang sedang, antara 0,9 hingga 1,2 meter, namun beberapa bisa tumbuh hingga 1,5 meter. Kepalanya memiliki moncong pendek dan bulat, serta lubang hidung yang besar. Matanya berukuran sedang dengan pupil bulat, dan sisik punggungnya halus serta berjajar miring. Spesies kobra ini tidak memiliki tudung seperti kobra Jawa.

Ular ini banyak ditemukan di daerah khatulistiwa, termasuk di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Malaysia, Singapura, dan Thailand. Umumnya ditemukan di hutan tropis primer maupun sekunder hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Sering juga terlihat di taman, kebun, dan di daerah perkotaan. Ular kobra Sumatera adalah ular terestrial dan diurnal yang aktif di siang hari, memakan katak dan hewan pengerat, serta bisa juga memakan ular lain, mamalia kecil, dan kadal.

Ular ini sangat berbisa dan berbahaya. Beberapa ular dewasa akan langsung berdiri, melebarkan tudungnya, dan mendesis keras untuk menyerang, menggigit, dan menyemburkan racun jika merasa terancam. Oleh karena itu, sangat penting untuk berhati-hati jika bertemu dengan jenis ular ini.

3. Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma)

Ular tanah berukuran sedang, cenderung gemuk, dan agak pendek, dengan panjang rata-rata sekitar 76 cm, dan betina cenderung lebih panjang (hingga 1,10 meter). Punggungnya berwarna kemerahan, keabu-abuan, atau cokelat pucat dengan corak segitiga besar berwarna cokelat tua. Kepalanya menyegitiga dengan moncong meruncing, dan memiliki pola keputihan seperti anak panah di tengkuk. Sisi atas kepala tertutupi oleh perisai-perisai yang simetris, ciri khas di antara kelompok bandotan berdekik Asia. Matanya berbentuk vertikal, ciri khas pit viper.

Ular ini adalah spesies endemik Asia Tenggara, termasuk di pulau Jawa. Merupakan hewan terestrial dan nokturnal, namun bisa aktif di siang hari pada kondisi tertentu. Sering ditemukan di hutan dataran rendah, lereng bukit, daerah budidaya, perkebunan karet, dan dekat sawah. Ular tanah tidak agresif, tetapi akan menyerang dengan mudah jika terganggu. Rumah yang memiliki banyak celah dan tumpukan barang bekas menjadi tempat favorit ular tanah untuk bersembunyi.

Bisanya menyebabkan rasa sakit yang parah dan pembengkakan lokal, serta kadang-kadang nekrosis jaringan. Kematian tidak umum, tetapi banyak korban mengalami cacat atau amputasi karena kurangnya antivenom dan perawatan dini. Gigitan ular ini bisa mengakibatkan disfungsi organ hingga kematian jika tidak ditangani dengan serius dan cepat.

4. Ular Welang (Bungarus fasciatus)

Ular welang memiliki ukuran sedang, dengan panjang maksimal mencapai 2 meter, namun umumnya sekitar 1,5 meter atau kurang. Ciri khasnya adalah belang-belang hitam kuning yang sangat mencolok di sepanjang tubuhnya. Pola ini membuatnya mudah dikenali di antara jenis ular lainnya.

Ular welang dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Ular ini memiliki kemampuan untuk menyelinap melalui saluran air dan celah sempit di rumah, mencari tempat berlindung atau mangsa. Keberadaannya di pemukiman seringkali menjadi perhatian serius.

Ular welang termasuk jenis ular berbisa dan sangat berbahaya. Bisanya adalah jenis neurotoksin yang dapat mempengaruhi sistem saraf, menyebabkan kelumpuhan dan komplikasi serius lainnya jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, penanganan harus dilakukan oleh profesional.

5. Ular Weling (Bungarus candidus)

Ular weling memiliki tubuh yang ramping dan panjangnya bisa mencapai 155 cm (sekitar 1,55 meter), dengan ekor yang runcing dan panjang sekitar 16 cm. Ciri paling mudah dikenali adalah pola belang hitam putih yang mencolok di seluruh tubuh hingga ekornya. Kepalanya kecil dan berbentuk segitiga, dengan bagian atas kepala hingga tengkuk berwarna hitam, sementara bagian bawahnya putih. Matanya kecil dengan pupil bulat, menunjukkan bahwa ular ini aktif di malam hari.

Ular weling adalah hewan nokturnal, aktif mencari mangsa seperti tikus, kadal, dan hewan kecil lainnya di malam hari. Ketika siang hari, ular ini lebih sering beristirahat di tempat persembunyian yang aman. Jika merasa terganggu atau terancam, ular ini akan menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya sebagai bentuk pertahanan diri. Keberadaannya cukup sering ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi, terutama di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.

Ular weling memiliki bisa neurotoksin yang sangat mematikan, bahkan dianggap lebih mematikan dari kobra. Penting untuk tidak menyentuh atau mencoba menangkap ular ini tanpa perlindungan yang tepat karena racunnya dapat berbahaya dan berakibat fatal. Segera cari bantuan profesional jika menemukan ular weling.

6. Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris)

Ular ini memiliki warna kulit hijau mencolok dengan bagian ekor berwarna merah kecoklatan, yang menjadi ciri khasnya. Panjangnya sekitar 100 cm (1 meter), dengan kepala berbentuk segitiga dan tampak lebih besar dari leher yang mengecil. Warna mata kuning dengan pupil vertikal, serta memiliki taring yang panjang. Pada bagian tubuh depan, terdapat belang-belang putih dan hitam yang terlihat saat ular merasa terancam.

Ular ini bersifat nokturnal, sering ditemukan di tanah saat malam hari untuk berburu mangsa seperti kodok, kadal, tikus kecil, dan burung. Bergerak lambat di siang hari, ular ini cenderung pasif. Meskipun tidak agresif, ular ini akan segera menggigit jika diganggu atau disentuh. Habitatnya ada di semak dan ranting pohon, dan keberadaannya sering ditemukan dekat permukiman, bahkan kerap kali memasuki rumah warga.

Ular ini tergolong ular beracun dan bisanya berbahaya bagi manusia, meskipun jarang menyebabkan kematian. Gigitan ular hijau ekor merah dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat, pembengkakan, dan gejala sistemik lainnya. Penanganan medis tetap diperlukan setelah gigitan.

7. Ular Cabe (Calliophis intestinalis)

Ular cabe memiliki warna merah cerah dengan pola hitam yang mencolok, dan bagian bawah ekornya berwarna merah. Ujung ekornya berwarna merah seperti cabe, memberikan nama khasnya. Pada kedua sisi badan bagian bawah terdapat garis berwarna keputihan yang membentang hingga ekor. Saat merasa terancam, ular ini akan memperlihatkan sisi bawahnya yang berpola menarik hitam dan putih, atau memipihkan tubuhnya dan menjungkitkan ekornya sehingga bagian merah terlihat jelas. Ular ini berukuran kecil namun memiliki warna yang mencolok.

Ular ini terutama hidup di hutan primer dan sekunder, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan di kebun-kebun atau pekarangan yang dekat dengan habitat alaminya. Aktif pada malam hari dan hidup di atas serta di bawah tanah, mencari mangsa. Meskipun berbisa, ular cabe tidak agresif dan lebih sering menghindari manusia, memilih untuk melarikan diri daripada menyerang.

Ular ini memiliki bisa yang kuat dan sangat berbahaya. Gigitannya dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan serius oleh tenaga medis profesional. Oleh karena itu, meskipun ukurannya kecil dan tidak agresif, tetap harus diwaspadai.

Cara Menghadapi Ular Berbisa

Menghadapi ular berbisa yang masuk ke area perumahan memerlukan kewaspadaan dan tindakan yang tepat. Pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan awal sangat krusial untuk menjaga keselamatan penghuni rumah. Berikut panduan komprehensif untuk mencegah ular masuk dan langkah yang harus diambil saat menemukannya.

A. Tindakan Pencegahan Ular Masuk Rumah

Mencegah ular masuk ke rumah adalah langkah pertama dan terpenting dalam menjaga keamanan. Ular tertarik pada lingkungan yang menyediakan makanan dan tempat berlindung. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang tidak menarik bagi ular menjadi kunci utama pencegahan.

  • Menjaga Kebersihan Lingkungan: Jauhkan masalah hewan pengerat seperti tikus dari rumah, karena tikus adalah sumber makanan utama bagi ular. Ular akan melacak aroma hewan pengerat dan berpotensi masuk ke rumah. Selalu jaga dan rawat rumput tetap pendek di halaman. Merapikan dan menata ulang halaman rumah, serta menyingkirkan tempat berlindung ular seperti tumpukan kayu, daun kering, atau semak-semak. Bersihkan sisa makanan hewan peliharaan di dalam rumah, dan hindari kebiasaan memberi makan hewan di halaman karena dapat mengundang ular dalam jangka panjang.
  • Menutup Akses Masuk: Tutup lubang dan celah di rumah, termasuk celah kecil di lantai, ventilasi, atau tumpukan barang yang jarang dibersihkan. Memasang pagar keliling atau dinding di sekitar tempat tinggal juga dapat menjadi penghalang. Pastikan untuk menutup pipa air atau saluran pembuangan yang bisa menjadi jalur masuk ular.
  • Menggunakan Aroma yang Tidak Disukai Ular: Ular sensitif terhadap asap dan berbagai bau menyengat seperti belerang, minyak cengkeh, kayu manis, cuka, serai, dan bawang putih. Menanam tanaman pengusir ular seperti lidah mertua, marigold, sereh, atau daun mint di sekitar rumah dapat membantu. Menyemprotkan wewangian ruangan atau karbol ke area yang rawan datangnya ular juga bisa menjadi solusi.
  • Langkah Tambahan: Buang genangan air di sekitar rumah yang bisa menarik mangsa ular. Gunakan bebatuan kecil seperti kerikil dan batu sungai untuk menghias tanaman rumah, karena ular merasa susah merayap di atas permukaan yang tidak rata.

B. Langkah Saat Menemukan Ular di Sekitar Rumah

Meskipun sudah melakukan pencegahan, terkadang ular tetap bisa menyelinap masuk. Mengetahui cara bertindak saat berhadapan dengan ular sangat penting untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan. Ketenangan adalah kunci utama dalam situasi ini.

  • Tetap Tenang dan Jangan Panik: Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan mental untuk tetap tenang dan sadar bahwa Anda sedang menghadapi ular. Jangan melempar sesuatu ke tubuh ular, karena ini bisa membahayakan diri sendiri dan membuat ular defensif atau menyerang.
  • Jaga Jarak Aman: Segera mundur dan jaga jarak aman dari ular. Jika ular kobra Jawa, jaga jarak lebih dari satu meter. Jangan menyentuh atau mencoba menangkap ular tanpa perlindungan yang tepat dan keahlian khusus.
  • Mengusir atau Menggiring (dengan Hati-hati): Gunakan sapu atau tongkat untuk mengetuk tubuh ular perlahan agar tidak kaget, kabur, atau marah. Giring ular menggunakan kardus atau karton jika Anda yakin ular tersebut tidak berbisa dan berada di dekat pintu rumah yang terbuka. Anda juga bisa mengurung ular menggunakan ember yang diboboti barang berat di atasnya sambil menunggu petugas.
  • Hubungi Profesional: Sangat tidak direkomendasikan untuk mencoba mengusir ular sendiri, terutama jika berbisa. Segera hubungi ahli penanganan satwa liar, snake rescuer, atau Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengusir ular secara profesional. Tetap tenang dan sadar akan membantu Anda memantau pergerakan ular ke tempat persembunyiannya, sehingga petugas profesional mudah menangkapnya.

Pertanyaan Umum Seputar Topik

1. Mengapa ular sering masuk ke area perumahan atau rumah?

Ular masuk ke rumah karena mencari mangsa seperti tikus atau serangga, serta mencari tempat berlindung yang sejuk dan lembap, terutama saat musim hujan.

2. Bagaimana cara mengetahui adanya ular di sekitar rumah?

Tanda-tanda keberadaan ular bisa berupa ditemukan kulit ular yang telah berganti, jejak pergerakan, atau suara gesekan saat ular bergerak.

3. Apakah semua ular yang ditemukan di rumah adalah jenis berbisa?

Tidak semua ular yang ditemukan di rumah berbisa. Banyak ular tidak berbahaya, namun tetap disarankan untuk tidak menanganinya sendiri tanpa keahlian.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|