Baju Adat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Simbol Identitas Bangsa yang Menyimpan Makna Tersembunyi 

16 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal sebagai negara multikultural. Hal ini tak lepas dari status Indonesia sebagai negara kepulauan. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Desember 2024, jumlah pulau di Indonesia mencapai 17.380. Tak heran jika Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai. 

Ratusan suku bangsa dari Sabang sampai Merauke memiliki tradisi, bahasa, pakaian adat yang berbeda-beda dan mencirikan kekhasan masing-masing daerah. Baju adat Indonesia bukan sekadar busana tradisional yang dipakai pada acara khusus, tetapi juga menunjukkan simbol identitas, filosofi, dan sejarah panjang setiap daerah. Baju adat adalah representasi nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang kepada generasi penerusnya.

Baju Adat Aceh hingga Sumatra Selatan

Ulee Balang - Aceh

Aceh yang dikenal dengan sebutan Serambi Mekah memili baju adat bernama Ulee Balang. Pakaian ini merupakan baju kebesaran bangsawan Aceh dan menunjukkan kewibawaan. Busana Ulee Balang untuk pria terdiri dari baju hitam dengan sulaman benang emas dan rencong terselip di pinggang.. Sementara perempuan mengenakan Baju Kurung Lengan Panjang lengkap dengan perhiasan emas seperti Anting Gayo. Perpaduan warna hitam dan emas menjadi lambang kekuatan serta kemuliaan rakyat Aceh.

Ulos - Sumatra Barat

Masyarakat Batak menganggap Ulos sebagai simbol kasih sayang dan ikatan keluarga. Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Samosir, kain tenun khas suku Batak ini tidak hanya sebagai pelengkap busana, tetapi juga media doa dan penghormatan. Contohnya, Ulos Ragidup yang melambangkan doa panjang umur. Pakaian adat ini biasanya digunakan untuk upacara penting seperti pernikahan atau kelahiran.

Baju Bundo Kanduang - Sumatra Barat

Baju Bundo Kanduang merupakan pakaian adat Sumatra Barat yang menunjukkan keanggunan perempuan. Pakaian ini terdiri dari penutup kepala berbentuk tanduk kerbau atau Tengkuluk Balapak yang merupakan simbol kebijaksanaan dan kedudukan perempuan dalam sistem matrilineal Minang. 

Baju Kurung Melayu - Riau

Pakaian adat Riau merupakan baju Kurung Melayu yang menunjukkan citra masyarakat yang berjiwa lembut dan menjunjung tinggi kesopanan. Baju adat Kurung Melayu didominasi warna lembut seperti hijau zamrud atau biru laut, yang melambangkan kesejukan hati. 

Baju Teluk Belanga - Kepulauan Riau

Kepulauan Riau, pakaian adat masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Baju Teluk Belanga. Ciri khasnya, potongan kerah bulat sederhana tanpa kancing depan yang mencerminkan kesederhanaan.

Baju Kurung Tanggung - Jambi

Busana adat Baju Kurung Tanggung didominasi warna merah dan emas, perpaduan yang mencerminkan keagungan dan kebijaksanaan. 

Aesan Gede - Sumatra Selatan

Pakaian adat Aesan Gede terbuat dari tenun songket dengan benang emas dan mahkota tinggi bernama Aghung. Baju adat ini menggambarkan kemewahan masa Kesultanan Sriwijaya.

Sementara di bagian selatan Pulau Sumatra, busana adat Lampung Tulang Bawang menonjolkan perpaduan putih dan emas. Kebaya putih dan kain tapis bermotif emas dikenakan bersama Siger, mahkota khas Lampung yang menandakan kehormatan perempuan. Motif tapis menyimbolkan nilai kesucian dan tanggung jawab keluarga.

Pakaian Adat Indonesia di Pulau Kalimantan

King Baba - Kalimantan Barat

Pakaian adat suku Dayak dikenal dengan sebutan King Baba dan King Bibinge, busana yang dibuat dari bahan alami seperti kulit kayu, manik-manik, dan bulu burung enggang. Motifnya menggambarkan keseimbangan manusia dan alam semesta.

Ta’a dan Sapei Sapaq - Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

Busana adat Kalimantan Timur untuk perempuan dikenal dengan sebutan Ta’a, sementara untuk laki-laki dinamakan Sapei Sapaq. Pakaian adat ini dibuat dari sulaman manik-manik berwarna cerah. Warna merah, putih, dan kuning melambangkan keberanian dan kemakmuran. Setiap helai kain juga diyakini memiliki nilai spiritual.

Suku Dayak Lundayeh di Kalimantan Utara juga mengenakan versi sederhana dari Ta’a dan Sapei Sapaq, dengan dominasi warna hitam dan merah. Hiasan kepala dari bulu burung menjadi simbol spiritual yang dipercaya membawa keberuntungan bagi pemakainya.

Sangkarut - Kalimantan Tengah

Sangkarut dikenal sebagai pakaian adat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Pakaian ini terbuat dari kulit kayu dengan hiasan bulu burung enggang. Didominasi warna merah dan cokelat yang merupakan simbol darah dan tanah, dua elemen utama kehidupan.

Sasirangan - Kalimantan Selatan

Masyarakat Banjar memiliki dua pakaian adat, yakni Bagajah Gamuling Baular Lulut sebagai simbol kemegahan dan Sasirangan yang lebih sederhana untuk keseharian. Sasirangan adalah kain ikat tradisional dengan motif seperti Bayam Raja atau Gigi Haruan.

Busana Adat di Pulau Sulawesi

Pattuqduq Towaine - Sulawesi Barat

Pakaian adat Pattuqduq Towaine menonjolkan keanggunan perempuan Mandar melalui kebaya panjang dari kain sutra. Sementara, pria mengenakan sarung Mandar dengan peci songket sebagai pelengkap.

Baju Bodo - Sulawesi Selatan

Baju Bodo merupakan busana dengan potongan kotak dan transparan. Busana yang diyakini sebagai salah satu pakaiaan tertua di dunia ini memiliki beragam warna yang menunjukkan status sosial. Warna merah untuk bangsawan, jingga untuk remaja, dan hijau untuk gadis. Pemakaian busana ini dipadukan dengan sarung sutra dan Songkok Recca.

Nggembe - Sulawesi Tengah

Ngembe merupakan pakaian adat suku Kaili yang berupa pakaian longgar berwarna cerah. Busana ini menggambarkan kebebasan dan semangat hidup. Pria mengenakan kemeja panjang dengan ikat kepala batik, sedangkan wanita memakai selendang di bahu kanan.

Baju Baniang - Sulawesi Utara

Baju Baniang didominasi warna merah dan hitam yang menunjukkan keberanian. Busana ini sederhana dan elegan. 

Makuta - Gorontalo

Makuta merupakan pakaian kebesaran yang kental dengan nuansa kerajaan. Didominasi warna emas dan kuning yang menggambarkan kemuliaan. Sementara sulaman tangan Karawo mencerminkan ketekunan perempuan Gorontalo.

Babu Nggawi - Sulawesi Tenggara

Babu Nggawi merupakan busana adat suku Tolaki di Sulawesi Tenggara. Didominasi warna kuning, merah, dan hitam yang menunjukkan kehormatan dan tanggung jawab. Kain Tolaki terbuat dari kapas alami yang ditenun dengan kehati-hatian dan kesabaran tinggi.

Pakaian Adat Indonesia di Bali dan Nusa Tenggara

Payas Agung - Bali

Busana adat Bali yang dikenal dengan nama Payas Agung penuh dengan warna-warni dan simbol spiritualitas. Pakaian pria terdiri dari kamen panjang, selendang, serta udeng di kepala. Sementara pakaian perempuan merupakan kebaya brokat dan mahkota bunga segar. Warna putih, emas, dan merah menjadi lambang kesucian dan semangat hidup.

Lambung dan Pegon - Nusa Tenggara Barat

Masyarakat suku Sasak di Nusa Tenggara Barat memiliki pakaian adat Lambung untuk perempuan dan Pegon untuk pria. Pakaian ini didominasi warna hitam yang melambangkan keteguhan, sementara tenun songketnya mencerminkan kerja keras. 

Masyarakat di Bima juga memiliki pakaian adat bernama Rimpu yang hanya digunakan oleh perempuan. Busana adat ini merupakan kain sarung menutupi tubuh hingga kepala sebagai simbol kesopanan dan kehormatan.

Tenun Ikat - Nusa Tenggara Timur

Tenun ikat merupakan inti kebudayaan Nusa Tenggara Timur. Setiap daerah di provinsi ini, mulai dari Sumba hingga Flores memiliki motif berbeda-beda yang menggambarkan alam dan kehidupan. Warna gelap dan motif geometris menandakan hubungan erat antara manusia, hewan, dan alam.

Sementara itu, di Pulau Sabu, terdapat Hinggi Kombu untuk pria dan Lawo Lambaleko untuk perempuan. Pakaian ini didominasi warna merah dan hitam pada kain tenun yang menandakan kekuatan dan keberanian. Tenun ini menjadi simbol status sosial.

Baju adat di Maluku

Cele - Maluku

Pakaian adat Maluku dikenal dengan sebutan Cele, busana bergaris-garis khas dengan warna merah bata. Pria mengenakan jas tertutup, sementara perempuan memakai kebaya panjang yang dipadukan dengan kain tenun. Motif garis mencerminkan keteguhan dan semangat hidup.

Kimun Gia - Maluku Utara

Pakaian adat Kimun Gia merupakan perpaduan budaya Melayu, Arab, dan Portugis. Baju adat ini dicirikan dengan warna-warna cerah yang mencerminkan keramahan masyarakat pesisir. 

Kie Raha - Ternate dan Tidore

Baju Kie Raha merupakan pakaian adat kerajaan Ternate dan Tidore. Pakaian adat ini didominasi hitam dan emas yang menandakan kekuasaan dan kebijaksanaan.

Tenun Ira - Pulau Seram

Tenun Ira merupakan pakaian adat masyarakat Pulau Seram yang didominasi warna tanah dan laut, simbol kedekatan masyarakat dengan alam. Pemakaiannya dipadukan dengan aksesori sederhana seperti kalung manik-manik.

Kain Tenun Timor - Maluku Barat Daya

Masyarakat Maluku Barat Daya mengenakan busana dari kain tenun Timor dengan warna yang lembut. Kesederhanaan busana ini merupakan lambang keharmonisan manusia dengan alam sekitar.

Busana Adat di Papua

Ewer - Papua Barat

Suku Asmat di Papua Barat memiliki busana Ewer yang terbuat dari serat pohon sagu dan hiasan kepala dari bulu kasuari. Tubuh mereka dihiasi lukisan tanah liat berwarna putih, merah, dan hitam yang melambangkan perlindungan dari roh jahat.

Koteka - Papua Pegunungan

Koteka menjadi pakaian ikonik pria suku Dani yang mendiami Papua Pegunungan. Koteka dibuat dari labu hutan kering. Ukuran dan bentuk Koteka menandakan status sosial. Sementara, para perempuan mengenakan rok rumbai dari daun sagu. Bulu kasuari di kepala melambangkan kejantanan dan kebanggaan suku.

Sali - Papua Selatan

Suku Marind di Papua Selatan memiliki busana adat yang disebut Sali, yakni berupa rok anyaman terbuat dari daun sagu kering. Pakaian ini dipakai perempuan saat pelaksanaan upacara adat. Filosofi Sali menandakan kesuburan dan peran penting perempuan sebagai penjaga kehidupan.

Yokal - Papua Tengah

Suku Mee yang mendiami Papua Tengah memiliki busana khas bernama Yokal. Pakaian adat ini terbuat dari kulit kayu dan noken di bahu, dengan hiasan kepala dari bulu burung. Warna alami seperti cokelat dan merah menandakan penghormatan terhadap bumi sebagai sumber kehidupan.

Baju Serat Kayu - Papua Barat Daya

Hingga kini, suku Korowai di Papua Barat Daya tetap mengenakan pakaian yang terbuat dari dari serat kulit kayu. Busana sederhana ini memiliki filosofi dalam, yakni menunjukkan harmoni antara manusia, hutan, dan roh leluhur.

Pakaian Adat Indonesia di Pulau Jawa

Batik

Setiap motif batik, seperti Sido Wirasat atau Parang Rusak, menggambarkan doa, harapan, dan kebijaksanaan. Sejak abad ke-16, batik menjadi bagian dari kehidupan di Surakarta dan Yogyakarta. Warisan Budaya Dunia yang diakui UNESCO ini digunakan pria dan perempuan dalam berbagai acara. 

Kebaya Jawa Tengah Dibuat dari kain tipis dengan bordir halus, biasanya dipadukan dengan kain batik bermotif klasik. Warna gelap seperti hitam dan cokelat melambangkan kesederhanaan dan kebijaksanaan.

Beskap

Pakaian adat pria yang digunakan dalam acara resmi seperti pernikahan dan upacara adat. Potongannya tegas dengan kerah tinggi tanpa lipatan, biasanya berwarna hitam atau cokelat tua. Pria mengenakan beskap dengan kain batik, blangkon di kepala, dan keris di pinggang. 

Surjan Pakaian ini merupakan kemeja lengan panjang bermotif garis vertikal berwarna cokelat dan hitam. Dikenakan bersama jarik dan blangkon, surjan melambangkan ketenangan dan kejujuran hati. 

Basahan 

Basahan merupakan pakaian adat yang dikenakan dalam prosesi pernikahan, terutama pada ritual siraman. Perempuan mengenakan kain batik panjang dan kemben, sementara pria memakai jarik dan udeng. 

Jawi Jangkep 

Pakaian adat ini terdiri dari beskap, jarik, blangkon, dan keris yang disematkan di punggung. Sering digunakan dalam upacara resmi seperti pernikahan atau penyambutan tamu kehormatan. Warna gelap dan kain bermotif klasik memperlihatkan ketenangan serta kedewasaan. 

Kanigaran – Busana Agung Keraton Surakarta

Pakaian adat ini dipakai oleh kalangan bangsawan, khususnya dalam pernikahan adat Jawa. Busana pria terdiri dari beskap beludru hitam berhias bordir emas, sedangkan perempunan mengenakan kebaya mewah dengan sanggul besar dan mahkota bunga melati. Kanigaran merupakansimbol kemuliaan dan keanggunan yang diwariskan dari istana Mataram kuno.

Baju Pesa’an Madura – Madura

Masyarakat Madura memiliki busana Pesa’an. Pria memakai baju longgar dan celana hitam panjang dengan odheng, ikat kepala bermotif batik merah. pEREMPUAN mengenakan kebaya ketat dan sarung batik. Warna merah dan hitam melambangkan keberanian dan ketegasan.

Pakaian Cak dan Ning – Surabaya

Pria mengenakan beskap, sarung batik, dan odheng, sedangkan perempuan memakai kebaya modern berpayet. Busana ini menggambarkan perpaduan tradisi dan modernitas yang dinamis.

Kebaya Rancongan – Madura

Pakaian adat yang mencerminkan kepercayaan diri perempuan Madura ini terdiri dari kebaya pas di badan dan memiliki renda halus di tepiannya. Dikenakan dengan kain songket dan hiasan kepala sederhana. Warna cerah seperti merah dan ungu menjadi simbol semangat dan keberanian.

Baju Mantenan – Jawa Timur

Baju Mantenan menampilkan keanggunan klasik dengan dominasi warna hitam dan emas. Pria mengenakan beskap berhias payet, sedangkan perempuan memakai kebaya bordir mewah dengan sanggul besar dan riasan paes ageng. 

Kebaya Yogyakarta 

Kebaya khas Yogyakarta terbuat dari bahan halus berwarna hitam atau cokelat, dipadukan dengan jarik bermotif Sidomukti. Aksesori berupa konde besar, tusuk konde emas, dan melati di rambut menjadi pelengkapnya. Kebaya ini dulu hanya dipakai oleh kalangan bangsawan keraton.

Surjan Ontrokusuma 

Surjan jenis ini bermotif bunga dengan bahan sutra, menandakan status sosial tinggi. Dikenakan dengan jarik dan blangkon, biasanya hanya digunakan dalam upacara resmi di lingkungan keraton. Warna gelap melambangkan kebijaksanaan, sementara motif bunga menandakan kesuburan dan kehidupan.

Pinjung 

Pinjung merupakan kain penutup tubuh yang dikenakan Abdi Dalem perempuan di lingkungan keraton. Dipadukan dengan kemben atau lurik, pakaian ini ini mencerminkan kesopanan, ketulusan, dan kesetiaan dalam mengabdi. 

Janggan Hitam 

Janggan hitam dikenakan oleh Abdi Dalem perempuan. Modelnya mirip surjan, dengan kancing tertutup di leher yang memberi kesan sopan dan tegas. Warna hitam melambangkan keanggunan dan kesetiaan. 

Pertanyaan seputar Baju Adat Indonesia

Apa fungsi utama baju adat di Indonesia?

Simbol identitas dan warisan budaya. Pakaian ini dikenakan dalam upacara adat, pernikahan, hingga kegiatan kenegaraan.

Mengapa setiap daerah memiliki baju adat yang berbeda?

Perbedaan muncul karena faktor sejarah, lingkungan, serta kepercayaan. Setiap daerah memiliki filosofi sendiri yang tercermin lewat motif, warna, dan bahan kain.

Apakah baju adat masih digunakan di era modern?

Ya. Kini baju adat tidak hanya tampil di upacara tradisional, tetapi juga di ajang nasional seperti Hari Kemerdekaan atau festival budaya. 

Apa perbedaan antara baju adat dan busana tradisional sehari-hari?

Baju adat digunakan dalam acara resmi dan penuh makna simbolik, sedangkan busana tradisional sehari-hari cenderung lebih sederhana dan praktis.

Apa baju adat yang paling dikenal di Indonesia?

Beberapa di antaranya yakni Payas Agung dari Bali, Bundo Kanduang dari Minangkabau, Ulos Batak dari Sumatra Utara, serta Koteka dari Papua.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|