Bola.com, Jakarta - Perjuangan Timnas Indonesia selama mengarungi Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia diwarnai berbagai dinamika yang menarik. Hasil yang diraih skuad Garuda tak hanya disebabkan faktor performa, tetapi juga kepemimpinan wasit.
Yang terbaru, kekalahan Timnas Indonesia saat menghadapi Irak pada putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia juga tak luput dari sorotan. Bahkan, Jay Idzes yang menjadi kapten juga mengeluhkan kepemimpinan wasit asal China, Ma Ning.
Sorotan kinerja wasit memang sudah beberapa kali menjadi isu yang mengiringi performa skuad Garuda selama babak ini. Bahkan, wasit juga pernah ‘merampok’ kemenangan Timnas Indonesia pada putaran ketiga lalu.
Menariknya, ada siklus mencolok yang dialami oleh Timnas Indonesia soal kepemimpinan wasit. Skuad Garuda harus menanggung kerugian akibat keputusan pengadil saat bermain baik. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bermain Baik, Wasitnya Kontroversial
Salah satu siklus yang dialami Timnas Indonesia ialah mendapatkan kerugian dari kepemimpinan wasit yang kontroversial di saat skuad Merah Putih bisa menampilkan performa yang cukup mengesankan di lapangan.
Duel melawan Irak pada putaran keempat ini menjadi salah satu buktinya. Kapten Timnas Indonesia, Jay Idzes, secara khusus memberikan sorotan terhadap kinerja wasit, Ma Ning, yang sering merugikan skuad Garuda.
"Namun ketika saya melihat di akhir pertandingan, saya ingin menjabat tangan wasit dan mereka menolak. Maksud saya, saya selalu berusaha bersikap hormat, saya ada di lapangan, saya memastikan semua pemain menjauh dari wasit," ungkap Idzes.
"Saya mencoba berbicara dengan sopan kepada para wasit. Dan meskipun mereka membuat beberapa keputusan yang tidak menguntungkan bagi kami, kami tetap harus bersikap hormat," lanjut bek Sassuolo tersebut.
Setidaknya, ada beberapa peristiwa yang membuat kinerja Ma Ning mendapatkan kritik. Yang pertama ialah ketika Ole Romeny dilanggar bek Irak, Zaid Tahssen, yang menjadi pemain terakhir di pertahanan Irak.
Namun, Ma Ning tak memberikan kartu merah kepada Tahseen, melainkan hanya kartu. Lalu, ada juga aksi Tahseen yang menyikut Kevin Diks saat menyundul bola. Ma Ning hanya memberinya kartu kuning tanpa meninjau VAR yang berpotensi memberikan kartu merah langsung.
Kinerja semacam ini sebetulnya sangat disayangkan mengingat performa Timnas Indonesia mengalami peningkatan setelah tumbang dari Arab Saudi.
Luka di Kandang Bahrain
Sebetulnya, ada pula insiden serupa yang dialami skuad Garuda pada putaran ketiga lalu.
Timnas Indonesia, yang saat itu diasuh oleh Shin Tae-yong, sempat tampil impresif ketika bertandang ke markas Bahrain. Skuad Garuda bahkan bisa sampai unggul 2-1 lewat gol Ragnar Oratmangoen (76’) dan Rafael Struick (74’).
Akan tetapi, keputusan wasit asal Oman, Ahmed Al-Kaf, sangat merugikan skuad Garuda. Dia membiarkan laga berlanjut sampai menit ke-90+9. Padahal, babak tambahan waktu hanya berlangsung enam menit saja.
Puncaknya, striker Bahrain Mohamed Marhoon, ketika itu bisa mencetak gol pada menit ke-90+9. Ahmed Al-Kaf pun langsung mengesahkan gol tersebut tanpa meninjau VAR, bahkan langsung mengakhiri pertandingan.
“Bahrain dan Indonesia sama-sama mengerahkan kemampuan terbaik hingga wasit meniupkan peluit panjang pertandingan. Namun, tetap saja, saya harus mempertanyakan tentang hal yang memalukan mengenai keputusan wasit. Jika wasit ingin berkembang maka keputusan wasit juga harus membaik," kata Shin.
“Jika kalian menyaksikan partai ini, kalian pasti memahami mengapa para pemain kami menjadi marah. Tambahan waktu adalah enam menit, itu sudah lebih dari 90 menit, keputusan wasit semuanya bias. Ketika pemain kami memperebutkan bola, pemain Bahrain berusaha mendapatkan pelanggaran, saya pikir semua orang tahu mengapa para pemain kami marah," lanjut Shin Tae-yong.
Saat Wasit Oke, Performanya Jelek
Fenomena lainnya yang juga mewarnai perjuangan Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 ini ialah penampilan yang buruk ketika dipimpin oleh wasit yang kinerjanya oke dan bersikap adil di lapangan.
Contoh yang paling dekat tentu pertandingan melawan Timnas Arab Saudi pada putaran keempat ini. Banyak pihak memang sempat mengkhawatirkan kinerja Ahmad Al-Ali karena dia berasal dari Kuwait.
Namun, tanpa disangka, Ahmed Al-Ali bertugas sangat baik ketika memimpin duel tersebut. Tidak ada kerugian yang menimpa skuad Garuda maupun Green Falcons. Namun, sayangnya performa anak asuh Kluivert jeblok.
Banyak yang menilai pelatih asal Belanda itu melakukan kesalahan dalam menyusun daftar starting eleven Timnas Indonesia. Nama-nama seperti Beckham Putra Nugraha, Marc Klok, hingga Yakob Sayuri tampil di bawah standar.
Akibat performa yang jeblok ini, skuad Garuda harus mengakui keunggulan tuan rumah setelah tumbang dengan skor 2-3. Kepemimpinan Ahmed Al-Ali pun menuai pujian kendati Timnas Indonesia menelan kekalahan.
Kejadian di China
Siklus semacam ini sebetulnya sempat dialami oleh Timnas Indonesia ketika mengalami kekalahan melawan China pada pertemuan pertama dalam babak putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Momen itu terjadi setelah laga kontroversial melawan Bahrain. Saat bermain di kandang Team Dragon, performa skuad Merah Putih malah jauh di bawah standar. Performa wasit Omar Mohammed Al-Ali sebetulnya juga baik-baik saja.
Namun, keputusan Shin Tae-yong merombak daftar sebelas pemain pertama itulah yang disebut menjadi penyebabnya. Sebab, ketika itu, dia mencopot sejumlah pemain penting skuad Garuda, termasuk Thom Haye dari daftar starter.
Ada pula nama-nama seperti Rizky Ridho hingga Sandy Walsh yang hilang dari starter. Bahkan, ban kapten yang sebelumnya digunakan oleh Jay Idzes juga bergeser kepada Asnawi Mangkualam.
Karena performa yang tak memuaskan ini, skuad Merah Putih ketika itu harus mengalami kekalahan pertamanya di putaran ketiga. Mereka digebuk 1-2 oleh tuan rumah dan harus pulang dengan tangan hampa.