Mengenal Apa Itu Label Hijau vs Greenwashing: Panduan Konsumen Cerdas

1 month ago 16

Liputan6.com, Jakarta Tren produk ramah lingkungan semakin populer, namun tidak semua “label hijau” tersebut benar-benar mencerminkan praktik berkelanjutan. Banyak perusahaan kini menggunakan strategi greenwashing, yaitu upaya menampilkan citra hijau tanpa bukti nyata di baliknya. Fenomena ini menyesatkan konsumen dan merusak kepercayaan publik terhadap gerakan hijau sebagai pemulihan kerusakan lingkungan.

Penelitian menunjukkan bahwa ribuan produk di pasaran menggunakan istilah seperti natural, eco-friendly, dan nontoxic tanpa sertifikasi resmi. Praktik ini bukan hanya menipu, tetapi juga menghambat upaya global dalam mencapai target keberlanjutan lingkungan. Pengklaiman sepihak ini seolah meyakinkan konsumen bahwa produk mereka ramah lingkungan dan tidak memperparah pemanasan global di masa sekarang.

Agar tidak tertipu dengan janji manis perusahaan nakal terkait praktik palsu label hijau, Liputan6.com coba hadirkan perbedaan antara label hijau dan greenwashing dalam prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), termasuk ciri-ciri tujuh dosa greenwashing, serta tips agar konsumen lebih cerdas dalam memilih produk hijau. Simak selengkapnya, dirangkum untuk Anda.

Promosi 1

Apa Itu Label Hijau dan Greenwashing?

Label hijau adalah tanda yang diberikan pada produk atau perusahaan yang memenuhi standar keberlanjutan lingkungan tertentu, seperti efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, atau penggunaan bahan ramah lingkungan. Menurut Journal of Environmental Psychology dari Science Direct berjudul "Green or greenwashed? Examining consumers’ ability toidentify greenwashing", label ini biasanya diverifikasi oleh lembaga independen dan memiliki dasar ilmiah yang jelas.

Sebaliknya, greenwashing adalah praktik manipulatif di mana perusahaan mengklaim dirinya ramah lingkungan tanpa bukti kuat. Menurut Delmas & Burbano (2011), greenwashing terjadi ketika performa lingkungan perusahaan buruk tetapi komunikasi pemasarannya menggambarkan seolah-olah produk mereka positif. Ini tentu merupakan praktik curang yang bisa merugikan konsumen dan stakeholders.

Berdasarkan definisinya, label hijau adalah hasil komitmen nyata terhadap keberlanjutan, sedangkan greenwashing adalah strategi pencitraan palsu untuk menarik konsumen yang peduli lingkungan.

Perbedaan Keduanya dalam Perspektif ESG

Dari sudut pandang ESG, label hijau menekankan keseimbangan antara praktik lingkungan yang berkelanjutan (Environmental), tanggung jawab sosial (Social), dan tata kelola yang transparan (Governance). Produk atau perusahaan yang mendapatkan label hijau biasanya memiliki proses audit dan verifikasi yang terbuka.

Sebaliknya, greenwashing mengabaikan aspek ESG. Dalam praktiknya, perusahaan yang melakukan greenwashing sering kali tidak transparan, bahkan menyembunyikan dampak sosial dan lingkungan dari proses produksinya. Marquis et al. (2016) menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih merusak lingkungan justru cenderung kurang terbuka terhadap publik, dan selalu berusaha menutup-nutupi proses kinerja industrinya.

Maka, indikator utama pembeda antara label hijau dan greenwashing adalah transparansi data dan akuntabilitas publik. Tanpa dua hal itu, klaim hijau hanyalah kampanye pemasaran semu.

Tujuh Dosa Greenwashing yang Wajib Diwaspadai

Menurut laporan UL (n.d.) dan penelitian de Freitas Netto et al. (2020), terdapat tujuh jenis “dosa” greenwashing yang paling umum ditemukan. Ini bisa jadi pegangan bagi masyarakat sebagai konsumen agar tidak tertipu. Berikut 7 dosanya yang patut diwaspadai:

  1. Hidden Trade-off: Fokus pada satu aspek hijau sambil menutupi dampak negatif lain.
  2. No Proof: Klaim tanpa bukti atau verifikasi independen.
  3. Vagueness: Penggunaan istilah kabur seperti “alami” tanpa konteks ilmiah.
  4. False Label Worship: Pencantuman simbol hijau palsu tanpa sertifikasi resmi.
  5. Irrelevance: Klaim yang benar tapi tidak penting, misalnya “bebas CFC” (padahal sudah dilarang).
  6. Lesser of Two Evils: Produk yang tampak lebih baik, tapi tetap merusak lingkungan dalam skala besar.
  7. Fibbing: Klaim hijau yang sepenuhnya palsu.

Ketujuh dosa ini menjadi panduan penting bagi konsumen agar tidak tertipu oleh tampilan produk yang seolah ramah lingkungan, padahal sebenarnya tidak memiliki dampak positif bagi bumi.

Tips dalam Membedakan Label Hijau dan Greenwashing

Agar tidak terjebak, konsumen perlu memahami tanda-tanda produk hijau yang valid. Pertama, periksa sertifikasi resmi seperti Ecolabel, Energy Star, atau Forest Stewardship Council (FSC). Kedua, baca komposisi dan asal bahan baku secara kritis, hindari produk yang hanya menonjolkan warna hijau atau istilah “alami” tanpa detail pendukung.

Konsumen juga dapat menelusuri jejak digital perusahaan, seperti laporan keberlanjutan atau audit lingkungan yang dipublikasikan secara terbuka. Jika data sulit ditemukan atau tidak terverifikasi, besar kemungkinan produk tersebut terindikasi greenwashing.

Langkah terakhir, kurangi konsumsi berlebihan dan dukung produk lokal dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Semakin sadar konsumen terhadap rantai produksi, semakin kecil peluang perusahaan memanipulasi persepsi hijau.

Mengapa Penting Mengetahui Perbedaan Label Hijau dan Greenwashing?

Mengetahui perbedaan ini bukan sekadar soal etika konsumsi, melainkan bagian dari tanggung jawab sosial. Jika masyarakat terus mendukung produk greenwashing, maka perusahaan tidak akan terdorong memperbaiki praktik lingkungannya.

Kesadaran konsumen dapat menciptakan tekanan pasar terhadap perusahaan untuk benar-benar menerapkan prinsip keberlanjutan. Greenpeace (2021) mencatat bahwa transparansi bisnis adalah kunci dalam memerangi greenwashing dan mendorong pendanaan yang sejalan dengan Kesepakatan Paris.

Pada akhirnya, pemahaman yang tepat akan membuat konsumen menjadi agen perubahan nyata, bukan hanya target pemasaran hijau palsu.

People Also Ask

1. Apa perbedaan utama antara label hijau dan greenwashing?

Label hijau bersertifikat dan diverifikasi, sedangkan greenwashing hanya klaim tanpa bukti.

2. Bagaimana cara mengenali produk yang melakukan greenwashing?

Periksa klaim yang kabur, simbol hijau palsu, atau tidak ada sertifikasi resmi.

3. Mengapa greenwashing berbahaya bagi lingkungan?

Karena menghambat perubahan nyata dan menyesatkan konsumen tentang produk ramah lingkungan.

4. Apa contoh praktik greenwashing yang umum?

Klaim “eco-friendly” pada plastik sekali pakai atau mobil listrik tanpa sumber energi bersih.

5. Apa langkah konsumen agar terhindar dari greenwashing?

Cari bukti sertifikasi, baca laporan keberlanjutan, dan dukung produk lokal yang transparan.

Read Entire Article
Hasil Tangan | Tenaga Kerja | Perikanan | Berita Kumba|