Liputan6.com, Jakarta Rumah di gang sempit sering terasa sumpek karena lebar terbatas, minim cahaya, dan ruang gerak yang padat. Namun, hunian dengan gaya Jepang minimalis, setidaknya menjadi salah satu solusi bagi siapapun yang ingin memiliki tempat tinggal di area padat penduduk seperti gang. Meski begitu, perlu dilakukan penataan yang maksimal agar rumah bisa tetap jadi tempat untuk pulang yang bikin betah.
Sayangnya, banyak yang keliru menjaga tata letak barang-barang di rumah, hingga kondisinya semakin terlihat nyaman. Alih-alih menyusunnya, para pemilik justru menumpuknya di satu titik sehingga rumah makin terasa sumpek. Agar maksimal, diperlukan penempatan ulang sesuai barangnya, termasuk mengatur pencahayaan juga membuat pentimpanan built in yang praktis.
Sebagai pedoman, Liputan6, mencoba menyusun 8 cara dekorasi rumah untuk hunian bergaya Jepang dan berada di lingkungan padat penduduk seperti gang. Simak informasinya berikut, dirangkum untuk anda, Senin (8/9).
1) Mulai dari Memilah Barang-Barang yang Tidak Perlu
Mulailah dengan audit isi rumah per zona, seperti pintu masuk, ruang duduk, dapur, kamar. Keluarkan semua barang di tiap zona, lalu kelompokkan menjadi “pakai harian”, “pakai musiman”, dan “lepas”. Prinsipnya sederhana, yakni semakin sedikit objek, semakin kecil “beban visual” ruang.
Selanjutnya, siapkan tiga wadah besar (simpan, donasi/jual, buang) dan targetkan minimal 30% pengurangan barang dekoratif non-fungsional. Prioritaskan benda berulang fungsi (mis. vas, pajangan kecil) yang memecah fokus pandangan. Hasil langsung: bidang dinding dan lantai lebih banyak terlihat, memberi sensasi lega.
Finalisasi dengan aturan 1-masuk-1-keluar untuk mencegah penumpukan ulang. Simpan bukti keputusan (foto sebelum–sesudah) untuk menjaga disiplin. Langkah ini menjadi fondasi bagi semua penataan berikutnya.
2) Akses Pintu atau Jendela Jangan Sampai Terhalang Barang
Tentukan jalur utama dari pintu ke area aktivitas inti (duduk/makan). Pastikan jalur itu lurus atau seminimal mungkin belokan, tanpa penghalang setinggi pinggang. Prinsip Jepang mengutamakan alur gerak tenang, meminimalkan friksi harian.
Tindakannya dengan cara menggeser furnitur keluar dari koridor sirkulasi untuk menyisakan lebar langkah yang konsisten. Letakkan “drop zone” ringkas (tray kunci, rak sepatu tipis) di dekat pintu agar barang kecil tidak menyebar ke ruang dalam. Efeknya, rumah terasa tertata begitu pintu dibuka.
Gunakan karpet lorong polos sebagai penanda jalur, bukan sebagai fokus visual. Hindari karpet tebal bermotif ramai agar pandangan tidak “tersandung”. Sirkulasi yang bersih menurunkan stres visual dan mengunci kesan minimalis sejak awal.
3) Pilih Palet Berwarna Netral Seperti Putih, Beige, dan Kayu Terang
Palet netral menenangkan dan memantulkan cahaya. Dinding putih hangat, aksen beige, serta permukaan kayu terang menciptakan gradien lembut ala rumah Jepang. Hindari kontras tajam yang memecah ruang sempit.
Anda bisa mengunakan cat matte atau eggshell untuk dinding, karena meminimalkan pantulan kasar. Simpan warna gelap pada detail kecil (handle, bingkai) agar menjadi aksen tipis, bukan dominan. Seimbangkan dengan tekstur natural (linen, katun, rotan) agar netral tetap hidup.
Selaraskan warna antar-ruang agar transisi sesuai dengan keadaan di ruangan agar ilusi perpanjangan bidang bisa terlihat (tampak lega). Dengan latar yang menenangkan, furnitur dan objek fungsional tampil lebih rapi—inti dari minimalisme Jepang.
4) Gunakan Satu Jenis Lantai
Lantai yang konsisten mengurangi “garis potong” visual. Terapkan satu material dominan (vinyl kayu terang/parket) dan gunakan permadani tipis atau modul tatami sebagai zona duduk tanpa kaki tinggi. Ini menurunkan garis pandang dan memperluas rasa ruang.
Untuk tindakannya, bisa ditentukan satu titik fokus (meja rendah) dan bentangkan permadani polos bertekstur halus di bawahnya. Hindari multiple rugs kecil yang membuat ruang terfragmentasi. Jika memungkinkan, gunakan modul tatami sebagai area lesehan untuk aktivitas santai.
Akhiri dengan peredam kaki furnitur agar lantai tetap mulus dan tenang saat dipindah. Kesatuan lantai mempercepat alur pandangan, sehingga gang sempit terasa seolah memanjang.
5) Ruang Terlihat Luas karena Furnitur Rendah & Multifungsi
Furnitur rendah menurunkan tampilan ruang sehingga langit-langit terasa lebih tinggi. Pilih meja kopi rendah, bangku simpan, dan lemari pendek dengan kaki tipis. Multifungsi berarti satu benda bisa memaksimalkan fungsi sebagai tempat penyimpanan.
Anda bisa menggunakan meja lipat/stackable untuk makan & kerja, bangku dengan kompartemen untuk alat kebersihan, serta ottoman yang bisa menjadi meja tambahan. Pastikan profil bersih tanpa ornamen berat agar selaras dengan palet netral.
Batasi jumlah unit besar dan lebih baik satu kabinet modular rapi daripada beberapa rak kecil tersebar. Jalur sirkulasi tetap bersih, dan pembersihan harian lebih cepat.
6) Rapi karena Penyimpanan Vertikal dari Rak Grid Atau Laci Bawah Tangga
Naikkan penyimpanan ke dinding untuk menghemat lantai. Pakai rak grid atau lemari built-in dangkal agar tidak “menonjol” ke ruang. Pintu polos tanpa gagang mencolok menjaga tampilan zen.
Kemudian manfaatkan ruang bawah tangga untuk laci tarik, gunakan rel gantung untuk alat bersih-bersih, dan pasang hook minimal di area servis. Simpan barang kecil dalam kotak kain atau bambu agar visual tetap tenang saat pintu dibuka.
Terapkan label sederhana di dalam (bukan di luar) pintu lemari. Dengan begitu, eksterior bersih, interior terorganisasi. Hasilnya rapi tanpa kehilangan kemudahan akses.
7) Gunakan Tirai Linen agar Tampilan Silau Tidak Mengganggu Kelegaan Ruang
Gang sempit sering membatasi jendela. Solusinya, maksimalkan cahaya difus bukan tembus tajam. Panel shoji modern, kaca buram, atau tirai linen tipis menyaring cahaya dan menjaga privasi. Gantilah gorden tebal dengan kain tipis berwarna gading dan pertahankan jendela bebas dari dekorasi berat.
Kemudian, Anda juga bisa menambahkan cermin tinggi di dinding samping untuk memantulkan cahaya ke dalam. Hindari lampu putih kebiruan dan lebih baik gunakan lampu hangat (warm white) untuk suasana teduh. Tempatkan lampu lantai rendah di sudut gelap agar gradien cahaya merata. Cahaya yang lembut menonjolkan tekstur kayu dan kain sebagai ciri visual rumah Jepang minimalis.
8) Hangat karena Detail Zen yang Simpel
Aksen dipilih secukupnya agar makna terasa. Buat “tokonoma mini” melalui relung kecil atau rak tipis untuk satu karya seni, vas tunggal, atau cabang hijau. Satu fokus kuat lebih bercerita daripada banyak dekorasi kecil.
Anda juga bisa memilih tanaman berdaun sederhana (mis. sansevieria mini) dalam pot polos. Batasi pajangan menjadi 1–3 objek per zona agar pandangan tidak pecah. Tambahkan tray teh/ceret kecil sebagai gestur hospitalitas ala Jepang. Bangun ritme perawatan seperti lap permukaan kayu, ganti air vas, rotasi tanaman mingguan. Rumah terasa “hidup” dengan sedikit, namun terurus. Inilah kunci kehangatan minimalis.
Pertanyaan & Jawaban (People Also Ask)
1) Bagaimana cara menerapkan gaya Jepang di rumah yang sangat kecil?
Mulai dari decluttering ketat, palet netral, dan furnitur rendah. Fokus pada alur sirkulasi lurus, penyimpanan vertikal tertutup, dan cahaya hangat difus.
2) Warna apa yang paling cocok untuk gaya Jepang minimalis?
Putih hangat, beige, dan kayu terang. Warna gelap dipakai sebagai aksen kecil agar ruang tetap tenang dan terasa luas.
3) Furnitur apa yang wajib ada untuk ruang sempit ala Jepang?
Meja rendah/lipat, bangku simpan, kabinet dangkal dengan pintu polos. Prioritaskan profil bersih dan multifungsi.
4) Bagaimana mengatasi kurangnya cahaya di rumah gang sempit?
Gunakan tirai linen tipis, kaca buram, atau panel shoji modern. Tambahkan cermin tinggi dan lampu warm white berlapis (ambient–task).
5) Apakah perlu dekorasi khas seperti tatami atau tokonoma?
Tidak wajib, namun sangat membantu membangun suasana. Satu zona tatami atau relung pajang sederhana sudah cukup sebagai aksen berkarakter.